BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

Kompetensi Umum Mata Kuliah Kompetensi Khusus Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

MENGANALISIS ADMINISTRASI PENDAPATAN DAN BELANJA KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dituntut kerjasama dari semua pihak khususnya masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di era globalisasi dan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat bersaing dalam arti positif, dapat bekerjasama, kreatif dan inovatif, sehingga hasil karya atau produk yang dihasilkan dapat berkompetisi untuk mengarah pada kualitas yang semakin lama semakin meningkat. Kemampuan untuk berkompetisi dihasilkan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula.. Berbicara tentang tantangan dan peluang tenaga profesional dalam era globalisasi, tidak dapat lepas dari perubahan lingkungan, karena perubahan lingkungan akan menuntut perubahan yang sangat besar dan mendasar terhadap cara hidup. Tuntutan ilmu pengetahuan yang pesat mengakibatkan semakin banyaknya timbul masalah yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus modal dasar pembangunan. Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan manusia secara fisik dan mental akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Dan sekarang ini diikuti dengan adanya semangat reformasi di berbagai bidang. Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntunan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran

dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance. Adapun tujuan, tugas dan kewajiban negara dan pemerintah Indonesia secara jelas diingatkan dalam alinea terakhir UUD 1945 yang berbunyi :.melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Good governance merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Good governance ( pemerintahan yang baik ) mencakup aspek kehidupan yang luas mulai dari aspek hukum, politik, ekonomi, sosial, dan terkait erat dengan tugas dan fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta dengan posisi dan peran sektor dunia usaha, dengan masyarakat. Dalam kaitan pembiayaan pelayanan publik dan pembangunan, pemerintah mengemban 3 fungsi utama yaitu : 1. Fungsi alokasi (atas sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan publik); 2. Fungsi distributif (pendapatan dan kekayaan masyarakat, dan pemerataan pembangunan); 3. Fungsi stabilitas (pertahanan, keamanan, ekonomi, dan moneter). Dilihat dari aspek masyarakat, dengan adanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik maka dapat meningkatkan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk bekerja sama lebih efisien dan efektif terutama dalam menyediakan

layanan prima bagi seluruh masyarakat. Keserasian dan keselarasan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, merupakan landasan bagi terwujudnya tugas pemerintah yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) adanya kemampuan aparat pengelola, walaupun belum memadai dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tiap unit atau satuan kerja daerah tetapi dalam pengelolaan keuangan daerah dapat memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. Di dalam pelaksanaan otonomi daerah, perlu diperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: a. kemantapan kelembagaan, b. ketersediaan SDM yang memadai khususnya aparatur pemerintah daerah dan masyarakat, c. potensi ekonomi daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri, serta d. kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Di dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka mencapai good governance tersebut, terdapat berbagai kendala. Menurut Kaho ( 2001 : 16 ) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan yang baik. Istilah keuangan di sini mengandung arti bahwa setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.

Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan pemerintahan, hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia, makin banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Demikian juga semakin banyak pengelolaannnya semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Manullang (1973 : 67) bahwa : Bagi kehidupan suatu negara, masalah keuangan negara sangat penting. Makin baik keuangan suatu negara, maka semakin stabil pula kedudukan pemerintah dalam negara itu. Sebaliknya, kalau keuangan negara itu kacau maka pemerintah akan menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan dalam menyelenggarakan segala kewajiban yang diberikan kepadanya. Demikian juga bagi suatu pemerintah daerah, keuangan merupakan masalah penting baginya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan atas penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri, penerimaan dari badan usaha milik pemerintah, penerimaan dari lelang, dan sebagainya. Menurut UU RI No. 22 Thn 1999, sumber-sumber penerimaan daerah terdiri dari 4 bagian, yakni : a. Pendapatan Asli Daerah yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah;

b. Dana Perimbangan; c. Pinjaman daerah, dan ; d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Pada umumnya penerimaan pemerintah sangat diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Penerimaan pemerintah lainnya yang berupa pajak dapat dilihat dalam suatu rencana keuangan yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan untuk di daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dapat dikatakan bahwa APBD sebagai alat/ wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program, di mana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat umum. APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas dan pemerintah daerah. Anggaran daerah digunakan untuk sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu dalam mengambil keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa mendatang. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Penentuan besarnya penerimaan / pendapatan dan pengeluaran / belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Salah satu unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah adalah sistem atau cara pengelolaan keuangan daerah harusnya

dapat secara berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut diharapkan agar sesuai dengan aspirasi pembangunan dan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang akhir-akhir ini. Sistem pengelolaan penerimaan keuangan tersebut tentunya diterapkan melalui strategi-strategi tertentu sehingga di tengah keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang dinamis, pemerintah harus lebih mampu memberi berbagai pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang dituntut oleh masyarakat. Pamudji ( dalam Kaho, 2001 : 125 ) menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Birokrasi atau pemerintah dalam peranannya menghadapi peran ganda yakni di satu sisi pemerintah harus mampu melakukan kiat-kiat strategis dalam rangka memberikan pelayanan terbaik dan lebih baik lagi kepada masyarakat (outward looking), namun di pihak lain harus juga mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam lingkungannya (inward looking). Peningkatan sumber daya manusia tentunya tidak terlepas dari faktor pendidikan. Pesatnya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kualitas SDM yang lebih lagi agar tidak ketinggalan. Dalam upayanya, sering diadakan pelatihan-pelatihan atau diklat-diklat untuk meningkatkan kualitas SDM pemerintah agar dapat sinkron dengan pendidikan mereka, bisa mengikuti perkembangan teknologi dan bisa meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Namun, dalam kenyatannya

masih banyak pelatihan atau diklat tersebut yang tumpang tindih antara satu dinas dengan dinas lainnya, ataupun tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, ataupun tidak sesuai lagi dengan usia mereka. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya kegiatankegiatan tersebut dan cenderung mengakibatkan kurang efisiennya pengalokasian keuangan daerah. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia tersebut dimaksudkan untuk mengadakan penyempurnaan di segala bidang, dengan efektif dan efisien memberdayakan seluruh sumber daya yang dapat dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas para aparatur pemerintah, serta menambah optimalnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul Analisis Terhadap Strategi Pendanaan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pemerintah di Kabupaten Simalungun. 1.2. Perumusan Masalah Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya apara aparatur pemerintah di Kabupaten Simalungun, tentunya memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan strategi pendanaan/ pembiayaan baik yang bersumber dari sumbersumber PAD, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat maupun dari negara donor atau pihak ketiga. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas pengalokasian APBD sebagai salah satu strategi pendanaan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah di Kabupaten Simalungun? 1.3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut : Sejauh ini tingkat efisiensi dan efektivitas pengalokasian APBD sebagai salah satu strategi pendanaan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah di Kabupaten Simalungun masih rendah. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas pengalokasian APBD sebagai salah satu strategi pendanaan yang diterapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah di Kab. Simalungun. 2. Untuk mengetahui program-program apa yang tepat dapat dilakukan untuk mendukung peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah, terutama di Kab. Simalungun.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, instansi / lembaga yang terkait dalam menentukan kebijaksanaan dalam usaha peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya para aparatur pemerintah.. 2. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi USU, khususnya mahasiswa/i jurusan Ekonomi Pembangunan. 3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.