BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai dorongan sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar untuk mengarahkan tindakan orang lain sebagai reaksi antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya sebagai

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Umi Rahayu Fitriyanah, 2014

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN PEMILIHAN KARIR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggung jawab pada diri masingmasing.

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai dorongan sosial untuk berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia,maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan begitu terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Interaksi sosial ialah hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan dapat saling mempengaruhi sehingga dapat terjadi hubungan timbal balik. (Walgito, 2003: 65). Individu dilahirkan untuk selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Herimanto dan Winarno (2012: 49) manusia sebagai pribadi adalah berhakekat sosial. Artinya, manusiasenantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut kebutuhan fisik atau biologis seperti makan atau minum, seksual, kesehatan, dan kebutuhan akan rasa aman, 2) Kebutuhan sosial, menyangkut kepentingan untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti berkomunikasi, melakukan kegiatan bersama, keteraturan sosial, dan kontrol sosial, 3) Kebutuhan integratif, menyangkut hakikat manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral seperti kebutuhan akan adanya perasaan benar atau salah dan adil atau tidak adil, mengungkapkan perasaan dan sentimen-sentimen kolektif atau kebersamaan, serta 1

2 keyakinan diri tentang pengakuan atas keberadaan dirinya. Ketika individu menginjak pada usia remaja, individu cenderung lebih sering bergaul dan menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya. Hal seperti itu dapat dilakukan salah satunya di lingkungan sekolah. Lingkungan inilah yang bisa membentuk watak, karakter dan adab manusia.sekolah juga dapat dikatakan sebagai lingkungan yang paling mempunyai peranan penting bagi individu dalam berkomunikasi dengan individu lainnya.sekolah juga merupakanwadah untuk siswa dalam melakukan interaksi dengan siswa seusianya.di dalam sekolah, individu mulai mengenal dan bergaul dengan temanteman sebayanya. Siswa diharapkan mampu membina hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya yang berasal dari lingkungan keluarga, status dan tingkat sosial yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu lainnya.hal tersebut menjadikan kemampuan siswa melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya sangat penting untuk dimiliki siswa agar dapat menjalin hubungan yang baik antara sesama teman. Kemampuan siswa untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya akan membuat siswa merasa nyaman berada di dalam lingkungan sekolah, mudah bergaul dengan orang lain serta mudah mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan (Djannah dan Edy, 2012: 149). Pada dasarnya interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Tanpa adanya interaksi sosial seseorang tidak akan mampu hidup tanpa bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Menurut Walgito (2003 : 65) adanya dorongan atau motif sosial pada manusia menyebabkan manusia akan mencari orang lain untuk berhubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian

3 maka akan terjadilah interaksi antara manusia dengan manusia yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi manusia memiliki perilaku yang berbeda-beda, baik tingkat kualitas maupun kuantitasnya. Siswa melakukan kontak sosial dengan temannya, masing-masing akan menyesuaikan diri guna memenuhi kebutuhannya dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya. Menurut Walgito (2003: 65), interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat adanya hubungan saling timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak akan lepas dari interaksi sosial, karena individu membutuhkan bantuan dari individu lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pada kenyataannya tidak semua individu mampu melakukan interaksi sosial yang baik dengan individu lain. Terdapat banyak hal yang dapat menjadi jurang pemisah interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.untuk dapat mencapai perkembangan hubungan dengan teman sebaya secara optimal, maka diperlukan juga pencapaian hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dinamis secara otomatis akan tercapai seiring terbentuknya interaksi sosial yang baik. Dalam penelitiannya, Djannah dan Edy (2012: 149), tepatnya di SMP Negeri 8 Surakarta ditemukan bahwa terdapat banyak siswa yang belum mampu melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya disekolah atau bisa dikatakan masih mengalami kesulitan melakukan interaksi dengan teman sebaya. Siswa yang tidak mampu melakukan interaksi dengan teman sebaya antara lain

4 menunjukkan perilaku yang acuh tak acuh terhadap teman, senang menyendiri, kurang tanggap apabila teman membutuhkan bantuan, tidak mau menanggapi pendapat teman, serta kurang aktif apabila bekerja kelompok dengan teman. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada saat saya melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) yang dilaksanakan lebih kurang selama tiga bulan tampak bahwa salah satu masalah yang saat ini sedang dialami siswa kelas X-4 ADP adalah kurangnya interaksi antar siswa dikarenakan banyak siswa yang bergaul dengan cara berkelompok dengan siswa-siswa tertentu dan tidak mau membaur dengan kelompok yang lain. Hal itu sesuai dengan pernyataan beberapa siswa melalui wawancara yang dilakukan pada saat saya PPLTmengatakan bahwa penyebab timbulnya situasi tersebut antara lain siswa selalu mementingkan diri sendiri, suka menyendiri, tidak mau bergaul, tidak menyenangkan, kurang kenal dengan yang lain, sangat sulit untuk berkomunikasi dengan teman perempuan atau laki-laki, mendapatkan kenyamanan tersendiri dengan beberapa teman saja, banyak siswa yang pendiam, tidak mau membantu, tidak peduli serta acuh tak acuh terhadap teman. Jadi ada sekitar lebih kurang 25% siswa yang mengalami rendahnya interaksi sosial, seperti gejala di atas. Dampak yang diakibatkan apabila siswa tidak bisa melakukan interaksi dengan teman sebaya maka siswa akan mengalami gangguan dalam melakukan hubungan sosialnya di sekolah. Hal tersebut apabila tidak segera diatasi akan membuat siswa lebih mengalami kesulitan untuk berkomuniksai dengan orang lain. Dampak lain yang dapat ditimbulkan yaitu siswa akan menjadi terisolir, tidak dapat berkembang, serta tidak mampu melakukan aktualisasi diri secara optimal.

5 Oleh sebab itu kemampuan melakukan interaksi sosial sangat penting untuk dimiliki siswa (Djannah dan Edy, 2012: 151). Selain itu menurut Djannah dan Ismiyati (2012: 258), apabila siswa tidak memiliki keterampilan berkomunikasi maka akan berakibat siswa kesulitan dalam memahami lingkungan sekitar dan tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan orang lain selain itu hubungan dengan kelompok sebaya yang buruk dapat membuat anak tidak dapat menyesuaikan diri di masa sekolah dan kehidupan selanjutnya akibatnya di masa remaja anak tersebut menjadi bermasalah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya kerjasama yang sinergis yang dilakukan para pendidik, terutama guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang mampu memberi bantuan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, merencanakan masa depan (Prayitno, 2004: 30). Dalam rangka memberikan bantuan, guru bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan beberapa layanan, salah satunya yaitu dengan layanan bimbingan kelompok melalui metode latihan triad untuk meningkatkan interaksi sosial. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok untuk memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan ataumembahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.dengan layanan bimbingan kelompok tersebut, guru bimbingan dan konseling menerapkannya melalui metode latihan triad. Metode latihan triad, dapat

6 membantu siswa dalam memecahkan masalah mereka dengan membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari masing-masing tiga orang di dalamnya dan melakukan saling berinteraksi. Dalam bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan kelompok terdapat banyak sekali strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah adalah melalui bimbingan kelompok metode latihan triad. Digunakannya metode latihan triad dalam penelitian ini karena metode latihan triad merupakan salah satu metode dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang dialami oleh individu khususnya minimnya interkasi sosial melalui kegiatan membentuk kelompok-kelompok kecil di dalam suatu kelompok dan saling berinteraksi. Misalnya bagaimana berperan sebagai teman sebaya yang baik, perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode latihan triad dijadikan salah satu metode untuk mengatasi siswayang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah, dikarenakan metode latihan triad memiliki kelebihan yaitu dapat membantu siswa dalam berinteraksi dengan 2 atau 3 individu lainnya (Rusmana, 2009 : 20). Dengan mengetahui kelebihan metode latihan triad maka penelitian ini cenderung untuk memilih metode latihan triad sebagai metode untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut, perludilakukan penelitian. Adapun penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X-4 ADP SMK Swasta Harapan

7 Stabat.Pengertian ADP yang saya maksud pada penunjukan kelas untuk penelitian ini adalah akuntansi, dimana singkatan ADP yang berarti administrasi perkantoran ini sudah dapat diterima baik oleh pihak sekolah, masyarakat dan dinas pendidikan. Singkatan ADP ini sudah lama dipakai di sekolah ini, sejak sekolah ini berdiri ADP dipakai untuk menunjukkan bahwa ADP merupakan kelas administrasi perkantoran. Dari latar belakang tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh bimbingan kelompok metode latihan triad terhadap peningkatan interaksi sosial siswa kelas X-4 ADP SMK Swasta Harapan Stabat Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah yakni: 1. Kurangnya interaksi sosial antar siswa ditunjukkan dengan perilaku selalu mementingkan diri sendiri, suka menyendiri, tidak mau bergaul, tidak menyenangkan, kurang kenal dengan yang lain,mendapatkan kenyamanan tersendiri dengan beberapa teman saja, sangat sulit untuk berkomunikasi dengan teman perempuan, banyak siswa yang pendiam tidak mau membantu, tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap teman. 2. Antara siswa perempuan dan laki-laki kurang berinteraksi. 3. Masih banyak siswa yang berkelompok dengan siswa-siswa tertentu dan tidak mau membaur dengan siswa lainnya.

8 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah akan dibatasi pada pengaruh bimbingan kelompok metode latihan triad terhadap peningkatan interaksi sosial siswa kelas X-4 ADP SMK Swasta Harapan Stabat Tahun Ajaran 2015/2016. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh bimbingan kelompok metode latihan triad terhadap peningkatan interaksi sosial siswa kelas X-4 ADP SMK Swasta Harapan Stabat Tahun Ajaran 2015/2016? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok dengan metode latihan triad terhadap peningkatan interaksi sosial siswa kelas X-4 ADP SMK Swasta Harapan Stabat Tahun Ajaran 2015/2016. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Dapat memperkaya referensi penelitian sejenis tentang pengaruh bimbingan kelompok dengan metode latihan triadterhadap peningkatan interaksi sosial siswa. b. Untuk memperkaya pengetahuan dalam bidang bimbingan terutama tentang layanan bimbingan kelompok dengan metode latihan triad.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Sebagai bahan masukan agar siswa mengetahui dan memanfaatkan metodelatihan triad dalam bimbingan kelompok terhadap masalah interaksi sosial pada siswa sehingga dapat menjalin komunikasi yang baik dan akrab dengan teman sebayanya. b. Bagi konselor Sebagai pendekatan untuk membantu siswa yang memiliki masalah dalam berinteraksi sosial melalui bimbingan kelompok metode latihan triad dalam bimbingan kelompok. c. Bagi sekolah Dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangandalam memberikan pengarahan kepada konselor/guru BK untuk menjadikan metode latihan triad dalam bimbingan kelompok, sebagai salah satu cara menangani masalah interkasi sosial siswa. Bagi kepala sekolah, hendaknya mendorong dan memfasilitasi guru BK untuk mengaplikasikan metode latihan triad tersebut.