NILAI NUTRISI AMPAS TEBU (Bagasse) YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN STARBIO PADA LEVEL YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Januari

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan di mulai dari Bulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

KANDUNGAN NUTRISI HAY MURBEI (Morus alba) YANG DITANAM PADA LAHAN GAMBUT DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

MATERI DAN METODE. Sedangkan analisis kimia dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

SIFAT FISIK DAN FRAKSI SERAT SILASE PELEPAH KELAPA SAWIT YANG DITAMBAH BIOMASSA INDIGOFERA (Indigoferazollingeriana)

II. TINJAUAN PUSTAKA

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

FERMENTASI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING DAN ABU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK PUTIH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS NUTRISI JERAMI PADI. Jamila Mustabi, Asmuddin Natsir, Ismartoyo dan Tutik Kuswinanti

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

KOMPOSISI KIMIA DAUN KELAPA SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN FESES SAPI DAN FESES KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

III. MATERI DAN METODE. Kampar yang merupakan salah satu daerah tumbuhnya tanaman sagu di Provinsi

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April -

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

KOMPOSISI FRAKSI SERAT DARI SERAT BUAH KELAPA SAWIT (SBKS) YANG DI FERMENTASI DENGAN PENAMBAHAN FESES KERBAU PADA LEVEL BERBEDA

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG YANG DIFERMENTASI ISI RUMEN KERBAU

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015.

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober-November 2013, di Laboratorium Ilmu Nutrisi

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS UREA DALAM AMONIASI LIMBAH TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

TINJAUAN PUSTAKA. Nenas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

Transkripsi:

Jurnal Peternakan Vol 13 No 2 September 2016 (59-65) ISSN 1829 8729 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU (Bagasse) YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN STARBIO PADA LEVEL YANG BERBEDA RAFLES, A. E. HARAHAP DAN D. FEBRINA Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Kampus Raja Ali Haji Jl. H. R. Soebrantas Km 16 Pekanbaru E-mail : raflez808@gmail.com ABSTRACT The bagasse has potential as an alternative feed for ruminant. However, though the high of the crude fibre and the very low in the nutritional value make them very limited in using for animal feed. To overcome the problem in order to increase nutritional value was the fermentation technology by the application of the starbio inoculums. The objective of the research was to observe the nutrition qualities of the bagasse with aplication of different levels of starbio. The experimental design was a completely Randomized Design with 4 treatments i.e. P0 (bagasse + 0% Starbio), P1 (bagasse+ 0.2% starbio), P2 (bagasse+ 0.4% Starbio), P3 (bagasse+ 0.6% Starbio) and each treatment has 5 replication, The parameters measured were ph, dry matter (DM), crude protein (CP), ether extract (EE) crude fiber (CF), ash and Nitrogen Free Extract (NFE). The results of the research indicated that ph of the fermentation was very good (3.37-3.67), DM (66.59-68.73%), and CP 1.47-1,97%. However, there was no effect on EE, CF, ashes and NFE. The addition of 0.6% starbio was the best result to increase CP but did not affect on ash content. Keywords : sugarcane, by product, probiotic PENDAHULUAN Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu penyediaan pakan harus diusahakan dengan biaya murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Hijauan merupakan salah satu makanan utama bagi ternak, namun penyediaan hijauan secara kontinu mengalami beberapa kendala, karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman hijauan sehingga ketersediaan pakan semakin berkurang. Salah satu alternatif menanggulangi masalah ketersediaan pakan adalah memanfaatkan hasil sampingan pertanian. Salah satu hasil sampingan pertanian yang dapat dimanfaatkan adalah ampas tebu. Menurut Sutardi (1980) hasil sampingan penggilingan tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Pangestu (2003) menyatakan hasil sampingan tebu dapat dijadikan sebagai pakan karena toleran terhadap musim panas, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah tersedia pada musim kemarau saat pakan hijauan kurang tersedia. Pemanfaatan hasil sampingan tebu sebagai bahan pakan membutuhkan sentuhan teknologi karena memiliki serat kasar yang tinggi dan kadar protein kasar yang rendah. Menurut Plantus (2008) hasil sampingan tebu berpotensi sebagai pakan, namun perlu ditambahkan beberapa bahan untuk melengkapi kebutuhan mineral yang diperlukan dalam bahan pakan tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau Tahun (2013) luas lahan perkebunan tebu di Provinsi Riau adalah 28,94 Ha. Suparjo (2008) menyatakan 24-36% dari total bagian tebu adalah ampas dan merupakan sampingan terbesar pada tanaman tebu dengan nilai kecernaan bahan kering yang rendah. Pengolahan ampas tebu diperlukan untuk meningkatkan kualitas bahan pakan. Apabila hasil sampingan ini diberikan kepada ternak tanpa disuplementasi atau diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi hasil sampingan ini tidak mencukupi kebutuhan ternak. Melalui fermentasi menggunakan inokulan, kualitas dan tingkat kecernaan ampas tebu akan 59

RAFLES, dkk Jurnal Peternakan diperbaiki sehingga dapat digunakan sebagai pakan, salah satu inokulan fermentasi yang dapat digunakan adalah starbio (Kusuma, 2009). Starbio adalah pakan tambahan yang membantu meningkatkan nilai cerna pakan karena mengandung koloni mikroba (bakteri fakultatif) yang bersifat lignolitik, selulolitik, proteolitik, dan fiksasi nitrogen non simbiotik. Jerami padi yang telah difermentasi menggunakan starter mikroba (starbio) sebanyak 0,6% dari berat jerami padi meningkatkan protein kasar dari 4,23% menjadi 8,14% (Syamsu, 2001). Ampas tebu yang difermentasi menggunakan jamur tiram putih menghasilkan kandungan protein kasar 5,85%; serat kasar 36,75%; lemak kasar 1,7%; abu 0,48%; Ca 1,41%; F 0,49%; TDN 42,76%; hemiselulosa 17,92%; selulosa 46,07%; lignin 10,76% (Tarmidi, 2004). Penggunaan starbio 0,6% dari berat ampas ganyong meningkatkan kandungan protein kasar dari 4,43% menjadi 6,02% serta menurunkan serat kasar dari 3,84% menjadi 3,54% dan lemak kasar dari 0,46% menjadi 0,32% (Wahyuningsih, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi ampas tebu yang difermentasi menggunakan starbio pada level yang berbeda meliputi kandungan Bahan Kering, Serat Kasar, Lemak Kasar, Protein Kasar, Abu dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Bahan dan Alat MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus September 2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Bahan yang digunakan untuk fermentasi adalah ampas tebu, starbio, dan aquades. Untuk analisis proksimat digunakan adalah aquadest, HCl, K 3SO 4, MgSO 4, NaOH, H 3BO 4, metilen red, brom kresol green dan aceton. Peralatan yang digunakan adalah baskom, plastik, timbangan analitik, spatula, termometer dan selotip. Alat untuk analisis proksimat yaitu pemanas, oven listrik, desikator, timbangan analitik, kjeltec, fibertec,soxtec, digestion tubes straight, tanur listrik, crusible, crusible tang, gelas piala, buret, desikator, aluminium cup dan erlenmeyer. Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan masing-masing dengan 5 ulangan. Perlakuan adalah : A. Ampas tebu + starbio 0,0% B. Ampas tebu + starbio 0,2% C. Ampas tebu + starbio 0,4% D. Ampas tebu + starbio 0,6% dilakukan selama 21 hari (3 minggu), parameter yang diukur adalah ph, Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Serat Kasar (SK), Lemak Kasar (LK), abu dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1995). Bila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan s Multiple Range Test (DMRT). Prosedur Penelitian Ampas tebu dipotong-potong menggunakan mesin chooper dengan ukuran 3 5 cm kemudian dikeringkan. Ditimbang starbio sesuai perlakuan, kemudian ditaburkan starbio ke hamparan ampas tebu hingga homogen lalu ditambahkan aquades. Bahan yang telah tercampur dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam dan dipadatkan hingga mencapai keadaan anaerob dengan cara menekan plastik hingga udara yang ada di dalam kantong plastik keluar, kemudian diikat dan dilapisi dengan plastik kedua selanjutnya plastik dimasukkan lagi ke dalam plastik ketiga, dan diberi kode sesuai perlakuan. dilakukan selama 21 hari. 60

Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU Setelah 21 hari fermentasi dibuka lalu dilihat perbedaan warna, bau dan dilakukan pengukuran ph. Selanjutnya ampas tebu hasil fermentasi tersebut dikeringan dan dilakukan analisis laboratorium sesuai peubah yang diukur. HASIL DAN PEMBAHASAN ph Ampas Tebu Nilai ph dan kandungan nutrisi ampas tebu fermentasi menggunakan starbio pada level yang berbeda dapat dilihat pada 1. Tabel 1. Nilai ph dan kandungan nutrisi ampas tebu fermentasi Perlakuan ph BK (%) PK (%) L K(%) SK(%) Abu % BETN % P0 3,65±0,19 68,73 b ±7,63 1,54 a ±0,18 0,48±0,00 36,44±4,08 1,72 a ±4,08 59,78±4,26 P1 3,37±0,40 66,59 a ±5,73 1,47 a ±0,13 0,49±0,00 38,22±2,18 1,75 a ±2,18 57,96±1,84 P2 3,54±0,32 68,44 b ±6,09 1,58 a ±0,15 0,51±0,22 39,28±3,77 2,52 b ±3,77 45,01±3,94 P3 3,67±0,09 67,04 a ±4,73 1,97 b ±0,14 0,59±0,21 38,73±3,62 2,67 b ±3,62 56,15±3,67 Ket : Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 = Ampas Tebu + 0,0% Starbio P1 = Ampas Tebu + 0,2% Starbio P1 = Ampas Tebu + 0,4% Starbio P1 = Ampas Tebu + 0,6% Starbio ampas tebu menggunakan starbio pada level yang berbeda tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap nilai ph, dengan nilai ph 3,65 3,67 dan termasuk ampas tebu fermentasi berkualitas baik. Sandi et al. (2010) menyatakan kualitas silase digolongkan empat kategori, yaitu sangat baik (ph 3,2-4,2), baik (ph 4,2-4,5), sedang (ph 4,5-4,8), dan buruk (ph >4,8). Nilai ph pada penelitian ini hampir sama dengan yang dilaporkan Pertiwi (2010) pada ampas ganyong (canna edulis kerr) difermentasi menggunakan 0,6% starbio menghasilkan ph 3,86. Kandungan Bahan Kering Ampas Tebu Terjadi penurunan kandungan BK ampas tebu fermentasi pada perlakuan P0 (0% starbio) dibandingkan P1 (0,2% starbio) yaitu 68,73-66,69%. Terjadi penurunan BK ini diduga penambahan starbio 0,2% meningkatkan aktivitas mikroba. Peningkatan aktivitas mikroba ditandai dengan terjadinya pemanasan/ penguapan pada kondisi aerob yang menghasilkan air sehingga menurunkan kandungan BK. Surono et al. (2006) menyatakan peningkatan kandungan air pada saat ensilase menyebabkan kandungan BK menurun sehingga meningkatkan kehilangan BK, semakin tinggi air yang dihasilkan maka penurunan BK semakin meningkat. Terjadi peningkatan kandungan BK pada perlakuan P2 (0,4% starbio) dibandingkan P1 (0,2% starbio). Hal ini diduga penambahan starbio 0,4% menyebabkan bakteri dan mikroba dapat memanfaatkan sumber energi berupa karbohidrat untuk pertumbuhannya sehingga mikroba mampu memecahkan struktur sel dan mentransformasikan ke ampas tebu. Ritonga (1992) menyatakan penambahan starbio yang cukup pada bahan pakan akan meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan tersebut. Penambahan starbio 0,6% (P3) menghasilkan kandungan bahan kering yang lebih rendah dibandingkan penambahan 0,4% starbio (P2). Hal ini diduga sebagian besar air keluar dari produk, sehingga air yang tertinggal dalam produk inilah yang menyebabkan kadar air menjadi tinggi dan bahan kering menjadi rendah. Fardiaz (1988) menyatakan selama fermentasi berlangsung, mikroba menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi yang 61

RAFLES, dkk Jurnal Peternakan dapat menghasilkan molekul air dan CO 2. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan (Zumael, 2009) penggunaan nutrisi dari substrat oleh mikroba sebagai sumber karbon, nitrogen dan mineral serta dilepaskannya CO 2 dan energi dalam bentuk panas yang menguap bersama partikel air. Hasil penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan Ghafur (2009) pada ampas tebu yang difermentasi menggunakan starbio 0,6% menghasilkan bahan kering 69,24-79,24%. Penelitian yang dilaporkan Rayhan dkk (2013) pada fermentasi ampas tebu menggunakan Phanerochaete chrysosporium menghasilkan bahan kering 35,92-46,48%. Kandungan Protein Kasar Ampas Tebu Semakin tinggi penambahan level starbio ke dalam fermentasi ampas tebu semakin tinggi peningkatan kandungan protein kasar dengan nilai 1,54-1,97%. Kandungan PK tertinggi terdapat pada P3 (0,6% starbio), hal ini diduga semakin banyak starbio yang ditambahkan maka akan semakin banyak enzim protease yang dihasilkan. Starbio mengandung mikroba proteolitik yang akan memecah protein menjadi asam amino dan produk lainnya. Kusumaningrum dkk. (2012) menyatakan peningkatan kadar protein pada ransum fermentasi disebabkan adanya kerja mikroba dan adanya penambahan protein yang terdapat pada sel mikroba itu sendiri. Selanjutnya Sukara dan Atmowidjojo (1980) menjelaskan mikrobia yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangbiakan yang baik akan dapat mengubah lebih banyak komponen penyusun media menjadi massa sel sehingga akan terbentuk protein yang berasal dari tubuh kapang itu sendiri dan pada akhirnya akan meningkatkan protein kasar dari bahan Hasil penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan Tarmidi dan Hidayat (2002) kandungan proteian kasar ampas tebu fermentasi dengan jamur tiram putih (pleuretus ostreorus) adalah 3,1%, tetapi tidak jauh berbeda yang dilaporkan Tarmanto (2009) fermentasi menggunakan 0,6% starbio pada ransum kelinci menghasilkan kandungan protein kasar 2%. Kandungan Lemak Kasar Ampas Tebu Tabel 1 memperlihatkan tidak terjadi perubahan LK seiring dengan penambahan starbio, dengan kandungan lemak kasar 0,48-0,59%. Tidak adanya pengaruh kandungan LK seiring dengan penambahan starbio diduga selama proses ensilase tidak banyak terjadi pemecahan lemak menjadi asam lemak, di samping itu Bakteri Asam Laktat (BAL) belum memanfaatkan lemak kasar yang ada pada substrat sebagai energi (sumber energi untuk BAL adalah gula). Menurut Mulyani dkk. (2009) BAL dianggap memiliki aktifitas lipolisis yang lebih rendah dibandingkan bakteri lainnya. Kandungan LK penelitian ini lebih rendah dengan yang dilaporkan Amiroh (2008) ransum komplit yang berasal dari limbah tebu fermentasi lemak kasar adalah 2,0%, tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Tarmidi dan Hidayat (2002) ampas tebu yang difermentasi menggunakan jamur tiram putih menghasilkan lemak kasar 1,5%. Kandungan Serat Kasar Ampas Tebu Tidak terjadi penurunan kandungan serat kasar seiring dengan penambahan level starbio. Hal ini diduga ampas tebu memiliki kandungan lignin (13,74-21,58%) dan selulosa (28,75-40,07%) yang tinggi dan berstruktur kristal sehingga penambahan starbio sampai 0,6% belum mampu menghasilkan enzim selulase yang cukup untuk menurunkan kandungan serat kasar ampas tebu fermentasi. Soejono dkk (1985) menyatakan bakteri selulolitik menghasilkan enzim selulase yang dapat 62

Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU mendegradasi senyawa selulosa limbah organik, sehingga menghasilkan glukosa. Imsya dan Palupi (2008) menyatakan kecernaan bahan pakan serat dipengaruhi oleh kandungan penyusun dinding sel tanaman berupa NDF, ADF dan lignin. Lama fermentasi 21 hari kemungkinan belum optimal dalam mendukung pertumbuhan bakteri selulolitik sehingga belum dapat menurunkan kandungan serat kasar. Jaelani dkk (2014) melaporkan silase daun kelapa sawit yang disimpan selama 35 hari dapat menurunkan kadar serat kasar. Kandungan serat kasar pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan Febrina dkk (2013) pada fermentasi ransum komplit dari limbah perkebunan kelapa sawit dan agroindustri menggunakan 0,6% starbio dengan lama pemeraman yang berbeda kandungan serat kasar berkisar 26,25-27,64%, tetapi tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Tarmidi dan Hidayat (2002) ampas tebu yang difermentasi dengan jamur tiram putih (Pleourotus Ostreorus) kandungan serat kasar yaitu 34,9%. Kandungan Abu Ampas Tebu Tabel 1 menunjukkan fermentasi ampas tebu menggunakan starbio pada level yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap perubahan kadar abu. Kandungan abu pada penelitian ini berkisar 1,72-2,67%. Meningkatnya kadar abu seiring dengan penambahan level starbio diduga berhubungan dengan kadar abu starbio yang tinggi yaitu 54,79%. Semakin tinggi starbio yang ditambahkan maka semakin tinggi kandungan abu ampas tebu fermentasi. Tarmidi dan Hidayat (2002) melaporkan ampas tebu melalui fermentasi dengan jamur tiram putih (pleuorotus ostreorus) menghasilkan kandungan abu yaitu 8,8%. Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) Ampas Tebu Tabel 1 memperlihatkan tidak terjadi perubahan kandungan BETN seiring dengan penambahan starbio. Hal ini disebakan karena penambahan starbio tidak mempengaruhi kandungan SK, dan LK sehingga tidak mempengaruhi kandungan BETN. BETN dipengaruhi oleh kandungan abu, PK, dan SK (Tilman dkk. 1989). Menurut Kusumaningrum dkk. (2012) BETN dapat dikatakan sebagai karbohidrat yang larut, kebalikan dengan serat kasar yang merupakan polisakarida yang tidak larut. Kandungan serat kasar ini mempengaruhi nilai BETN. Tilman dkk. (1989) menambahkan BETN berisi zat-zat monosakarida, disakarida, trisakarida dan polisakarida terutama pati yang mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam analisis serat kasar dan mempunyai daya cerna tinggi. KESIMPULAN Penambahan starbio dengan level yang berbeda pada fermentasi ampas tebu meningkatkan kandungan bahan kering dan protein kasar, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap LK, SK, abu dan BETN. ampas tebu dengan penambahan 0,6% starbio merupakan hasil terbaik karena meningkatkan protein kasar. DAFTAR PUSTAKA Amiroh, I. 2008. Pengaruh Wafer Ransum Komplit Limbah Tebu dan Penyimpanan terhadap Kualitas Sifat Fisik. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2013. Riau dalam Angka : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru. Fardiaz, S. 1988. Pangan. Pusat Antara Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 63

RAFLES, dkk Jurnal Peternakan Febrina. D., J. Handoko dan Erizal. 2013. Kandungan Nilai Nutrisi Limbah Perkebunan Kelapa Sawit dan Agroindrustri yang Difermentasi Menggunakan Starbio dengan Lama Pemeraman yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA RIAU hal 107 113. Ghafur, A,M. 2009. Nilai Kecernaan In Vivo Ransum Kelinci New Zealand white Jantan yang Menggunakan Bagasse. Jurusan Ilmu Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Imsya. A dan R. Palupi. 2009. Pengaruh Dosis Starter Cair terhadap Kandungan Lignin, Selulosa, Hemiselulosa, Pelepah Sawit. Majalah Ilmiah Sriwijaya. 13(5). Jaelani.A., A. Gunawan., I. Asriani. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Silase Daun kelapa Sawit terhadap Kadar Protein dan Serat Kasar. Ziraa ah. 39(1):8-16. Kusuma, J. K. 2009. Pengaruh Tingkat Penggunaan Ampas Tebu (Bagasse) dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kusumaningrum, M., Sutrisno, C.I. dan Prasetiyono, B.W.H.E. 2012. Kualitas Kimia Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah Pertanian dan Hasil Samping Pertanian yang Difermentasi dengan Aspergillus Niger. Animal Agriculture Journal. 1:109-119. Mulyani. S., A. Azizah dan A.M. Legowo. 2009. Profil, Kolestrol, Kadar Protein, dan Tekstur Keju Menggunakan muchor miechei sebagai sumber Koagulan. Seminar Kebangkitan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang. Pangestu, E.2003. Evaluasi potensi nutrisi fraksi pucuk tebu pada ternak ruminansia.media.peternakan.5:65-70. Pertiwi, S. 2010. Pengaruh Penggunaan Ampas Ganyong (Canna Edulis Kerr) dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Domba Lokal Jantan. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Plantus. 2008. Ampas Tebu Untuk Pakan Ternak. http ://www.fermentasi aneka plantasia cybermedia clips.htm. Diakses tanggal 2 Juni 2016. Rayhan, M. W., Suryapratama, dan T. R. Sutardi. 2013. ampas tebu (bagasse) menggunakan Phanerochaete chrysosporium sebagai upaya meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik secara invitro. Jurnal Ilmiah Peternakan. 17:2:82. Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah Ayam dan Telur N. 73: 24-26. Sandi. S, E. B. Laconi, A. Sudarman, K.G. Wiryawan dan D. Mangundjaja. 2010. Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku Singkong yang Diberi Enzim Cairan Rumen Sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Media Peternakan. 33(1): 25-30. Soejono, M, R. Utomo dan S.Priyono. 1985. Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Kecernaan In Vitro Bagasse. Proc. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. Grati. Steel and Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Utama. Jakarta. Sukara, E dan A. H. Admowidjojo. 1980. Pemanfaatan Ubi Kayu untuk Produktivitas Enzim ansilase dan Protein Tunggal ; Optimasi Nutrisi untuk Proses Substrat Cair dengan Menggunakan Kapang Rhizopus. Seminar Nasional UPT-EPG-Lampung. Suparjo. 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Artikel. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi. 64

Vol 13 No 2 NILAI NUTRISI AMPAS TEBU Surono, I. S. 2004. Probiotik Susu dan Kesehatan. Tri Cipta Karya. Jakarta. Sutardi, T. 1980. Peningkatan Mutu Hasil Limbah Lignoselulosa sebagai Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Syamsu, J. A. 2001. Jerami Padi dengan Probiotik Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Agrista 5(3):280-283. Tarmanto, E. 2009. Performan Produksi Kelinci New Zealand White jantan dengan Bagasse sebagai salah satu Komponen Ransumnya. Skripsi. Program Studi Ilmu Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tarmidi, A. R. & Hidayat, R. 2002. Peningkatan Kualiatas Ampas tebu Melalui dengan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Jurnal Ilmu Hayati dan Fisik. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang mengandung Ampas Tebu Hasil Biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleuretus ostreorus) terhadap Performans Domba Priangan. Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. 9:3:158. Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wahyuningsih, N. 2010. Pengaruh Penggunaan Ampas Ganyong (canna edulis Carr) dalam Ransum terhadap Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi. Prodi Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Zumael, Z. 2009. The Nutrient Enrichment of Biological Processing. Agricmed, Warsaw. 65