BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundangundangan

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING OLEH DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh. Saputri Ratu Penghuni JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang memerlukan tenaga kerja yang berkualitas. Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Organisasi Perburuhan Internasional

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam BAB II maka diambil kesimpulan :

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Pokok Bahasan : Tenaga Kerja Asing. Oleh : Dr. Agusmidah, SH.,M.Hum. 1. Latar belakang dan filosofi penggunaan TKA di Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI NO. 09 TH 2005

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/XI/2011 TENTANG JARINGAN INFORMASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita untuk melaksanakan amanat para pejuang kemerdekaan bangsa dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-14/MEN/IV/2006 TENTANG TATA CARA PELAPORAN KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

2017, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Repub

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN DALAM JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-07/MEN/IV/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat perlindungan sebagaimana mestinya. Dalam Pasal 27 ayat (2)

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PADA PT. LINGUA MUNDA SURAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun nonlitigasi. Sejak dulu keberadaan advokat selalu ada semacam. penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM)

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

IMAM MUCHTAROM C

KONSEP KETENAGAKERJAAN dan KONSEP HUBUNGAN INDUSTRIAL. Rizky Dwi Pradana, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bali merupakan nama salah satu kota wisata di Indonesia. Kota ini

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat dari belum terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah ketenagakerjaan di masa datang akan terus berkembang semakin kompleks sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius. Pada masa perkembangan tersebut pergeseran nilai dan tata kehidupan akan banyak terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku. Menghadapi pergeseran nilai dan tata kehidupan para pelaku industri dan perdagangan, pengawasan ketenagakerjaan dituntut untuk mampu mengambil langkah-langkah antisipatif serta mampu menampung segala perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu penyempurnaan terhadap sistem pengawasan ketenagakerjaaan harus terus dilakukan agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pelaku industri dan perdagangan. Dengan demikian pengawasan ketenagakerjaan sebagai suatu sistem mengemban misi dan fungsi agar peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan dapat ditegakkan. Penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja / buruh sehingga kelangsungan usaha dan ketenangan

2 kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja dapat terjamin. 1 Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja / buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum, dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan konprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan ketenagakerjaan harus diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan. Untuk itu, pengakuan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia sebagaimana yang dituangkan dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998 harus diwujudkan. Dalam bidang ketenagakerjaan ketetapan MPR ini merupakan tonggak utama dalam menegakkan demokrasi di tempat kerja. Penegakan demokrasi di tempat kerja diharapkan dapat mendorong partisipasi yang optimal dari seluruh tenaga 1 Penjelasan atas UU No. 21 Thn 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 81 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan.

3 kerja dan pekerja / buruh Indonesia untuk membangun Negara Indonesia yang dicita-citakan. 2 Beberapa peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang ada saat ini, belum memberikan gambaran secara jelas mengenai pengawasan ketenagakerjaan terhadap tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah Indonesia, di bidang ketenagakerjaan internasional, pembahasan mengenai pengawasan ketenagakerjaan masih dalam sektor perindustrian dan perdagangan sebagaimana terdapat dalam konferensi ketenagakerjaan Internasional ketiga puluh tanggal 11 Juli 1994 di Jenewa, Swiss, telah menyetujui ILO convention ILO No. 81 concerning labour inspection in industry and commerce (Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan). Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu meratifikasi ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) sehingga pengawasan ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara lebih efektif sesuai standar ILO. Pokok-pokok pikiran yang mendorong lahirnya konvensi ini : 1. Konvensi ILO Nomor 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan meminta semua negara anggota ILO untuk melaksanakan sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja. 2 UU Ketenagakerjaan lengkap, Sinar grafika, hlm 70

4 2. Agar sistem Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan mempunyai pengaturan yang sesuai dengan standar Internasional sehingga dirasa perlu untuk mengesahkan Konvensi ILO Nomor 81. Alasan Indonesia mengesahkan konvensi ini : 1. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Penegakan atau penerapan peraturan perundangundangan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja / buruh. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. 2. Agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan pengawasan ketenagakerjaan yang independen dan kebijakan yang sentralistik. 3. Selama ini pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kedua Undang-Undang tersebut secara eksplisit belum mengatur mengenai kemandirian profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta supervisi tingkat pusat sebagaimana dinyatakan

5 dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 Konvensi ILO Nomor 81. Dengan meratifikasi Konvensi ILO Nomor 81 memperkuat pengaturan pengawasan ketenagakerjaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dan sebagai anggota ILO mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan ketentuan yang bersifat Internasional termasuk standar ketenagakerjaan Internasional. Memasuki era liberalisasi pasar kerja babas, mobilitas tenaga kerja antar negara cenderung meningkat ditandai dengan adanya "request" dan "offer" dari negara anggota WTO kepada Indonesia yang meminta Indonesia, membuka kesempatan terhadap tenaga kerja profesional asing untuk dapat bekerja di Indonesia. Kebijakan ketenagakerjaan termasuk kebijakan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam menyikapi pada perubahan multi dimensional tersebut harus tetap mengarah pada prinsip selektivitas dan satu pintu (one gate policy), sehingga kepentingan perlindungan kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia dapat terlaksana tanpa mengurangi prinsip globalisasi dan pelaksanaan otonomi daerah. Dengan bergulirnya otonomi daerah, banyak daerah Kabupaten yang peraturan daerahnya (perda) yang mengatur ketenagakerjaan khususnya penggunaan TKA tidak sejalan dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi. Kondisi demikian tidak menguntungkan bagi kepentingan iklim investasi keamanan pasar kerja dan keamanan negara dalam negeri. Fungsi lembaga keimigrasian dalam hal

6 pengawasan terhadap keberadaan orang asing khususnya tenaga kerja asing menjadi sangat penting. 3 Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1990, yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tentang pemberian izin mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing pendatang adalah Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja, sebagaimana tercantum dalam Pasal 21 peraturan ini. 4 Perundang-undangan untuk melindungi buruh / tenaga kerja hanya akan mempunyai arti, bila pelaksanaannya diawasi oleh suatu ahli, yang harus mengunjungi tempat kerja pada waktu-waktu tertentu, untuk dapat menjalankan tiga tugas yang pokok, yaitu : 1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan dilaksanakan dan jika tidak demikian halnya, mengambil tindakan-tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu. 2. Membantu baik buruh maupun pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan-penjelasan teknis dan nasehat yang mereka perlukan agar mereka menyelami apakah yang dimintakan oleh peraturan dan bagaimanakah melaksanakannya. 3 Robin, Margareth, Email: library@lib.unair.ac.id, pengawasan bagi tenaga kerja asing di indonesia 4 A.R. Budiono, SH., M.H. 1999, Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Juli 1995, hlm. 276

7 3. Menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk penyusunan perundang-undangan perburuhan dan penetapan kebijaksanaan Pemerintah. 5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenagakerja Asing, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka (4), menyebutkan bahwa Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin kerja (IKTA). Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat RPTKA, adalah rencana penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sejarah dan Perkembangan Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menerangkan bahwa Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya merupakan unit pendukung di Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1990 dengan nama awalnya adalah Lembaga Bahasa beradasarkan Surat Keterangan (SK) Rektor UAJY bernomor 05/SK/R/LB/HP/UAJY/VI/1990 pada hasil rapat pimpinan UAJY tanggal 20 April 1990. Unit ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dosen-dosen internal UAJY yang akan melanjutkan studi mereka ke luar negeri. Bersamaan dengan program reorganisasi di semua bagian struktur Universitas Atma Jaya Yogyakarta saat itu, pada sekitar Tahun 1995 nama Lembaga Bahasa diubah menjadi Pusat Bahasa (PB). Perubahan yang disampaikan secara lisan (oleh Pembantu Rektor II) saat itu dimaksudkan agar unit ini dapat memungkinkan melakukan diversivikasi atau pengembangan program bahasa asing, namun perubahan nama ini tidak didukung oleh sebuah surat keputusan. Pada akhir Tahun 2009, terjadi perubahan kelembagaan yang ada di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan adanya kebijakan tersebut, nama Pusat Bahasa resmi diganti menjadi Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya 5 Prof. Iman, SH., 1968, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta, Djambatan, Agustus 1974, hlm. 54-56

8 (KPBB), berdasarkan Surat Keterangan (SK) Rektor bernomor 68/HP/2009. Salah satu program bahasa yang ditawarkan adalah bahasa Inggris. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, permasalahan yang timbul adalah : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terhadap perusahaan yang hanya menggunakan seorang pekerja asing? 2. Bagaimana pengurusan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) bagi tenaga pengajar bahasa Inggris yang mengajar di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya (KPBB) Universitas Atma Jaya Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peraturan-peraturan perundangan tentang pekerja asing dari segi pengawasan terutama di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan keberadaan GATS di era liberalisasi pasar bebas. UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, untuk menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional, yaitu dengan penetapan prinsip, tata pengawasan, tata pelayanan terhadap arus keluar masuknya orang ke dan dari wilayah Indonesia sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan nasional. Ketentuan tentang segala hal yang menyangkut imigrasi di

9 negara kita diatur oleh Direktorat Jenderal Imigrasi yang berada dibawah Departemen Kehakiman. Masalah perizinan penggunaan tenaga kerja asing diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1990, dimana perizinan dilakukan melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Departemen Teknis Perizinan ini terkesan rumit karena harus melewati beberapa meja sehingga memungkinkan sekali terjadi kolusi, korupsi dan nepotisme. Salah satu alternatif untuk mengatasi rumitnya perizinan tersebut adalah dengan pelayanan satu atap. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor 291 Tahun 1991 hanya membahas masalah tenaga kerja dalam lingkup wilayah timur Indonesia. Pernyataan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja sangat bertolak belakang dengan substansi dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 dan UU Nomor 9 tahun 1992. 6 Berdasar permasalahan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian mengenai Pengawasan Penggunaan Pekerja Asing terhadap Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta, adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dilakukan juga terhadap perusahaan yang hanya menggunakan seorang pekerja asing. 6 Robin, Margareth, op.cit.,hlm. 6.

10 2. Untuk mengetahui peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY terhadap Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) pengajar bahasa Inggris di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya (KPBB) Universitas Atma Jaya Yogyakarta. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan masukan berupa pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya tentang Pengawasan Penggunaan Pekerja Asing Terhadap Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini akan memberikan pengetahuan hukum bagi penulis dan diharapkan dapat berguna bagi para pihak yang terlibat, serta masyarakat, terkait Pengawasan Penggunaan Pekerja Asing Terhadap Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. E. KEASLIAN PENELITIAN Penulisan hukum dengan permasalahan pandangan empiris tentang pengawasan penggunaan pekerja asing terhadap rencana penggunaan tenaga kerja asing di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya (KPBB) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, merupakan hasil karya asli, bukan merupakan

11 duplikasi ataupun plagiasi ataupun dari hasil karya penulis lain. Apabila ada hasil karya penulis lain yang sama, maka hasil karya ini merupakan pelengkap atau pembaharuan. F. BATASAN KONSEP Batasan atau pengertian istilah yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti yaitu : 1. Pengawasan menurut Pasal 42 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tatacara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Bab XVIII Pengawasan adalah Pengawasan terhadap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang undangan. 2. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 3. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. 4. Rencana menurut Obenmayer, dlm Belinfante 1983:75, pudyatmoko, hand out, hukum sarana pemerintahan, hal, adalah : - Merupakan suatu (keseluruhan peraturan yang bersangkut paut yang mengusahakan dengan sepenuhnya terwujudnya suatu keadaan tertentu yang teratur).

12 - Tindakan-tindakan yang berhubung secara menyeluruh, yang memperjuangkan dapat terselenggaranya suatu keadaan yang teratur secara tertentu. - Keseluruhan tersebut tersusun dalam suatu bentuk tindakan hukum administrasi, yang sebagai tindakan hukum menimbulkan akibat hukum administrasi. 5. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 6. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja diwilayah Indonesia. 7. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. 8. Rencana penggunaan tenaga kerja asing merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin kerja (IKTA). G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian empiris, yaitu yang berfokus pada data primer sebagai data utama sedangkan data sekunder hanya sebagai data pendukung. Teori kebenaran yang digunakan adalah

13 koresponden yaitu jika pengetahuan itu memberikan gambaran yang persis dari kenyataan yang diamati, yang penguji kebenarannya dengan menggunakan asas verifikasi dan dilanjutkan dengan proses berpikir secara induktif yang terdiri dari fakta empiris, norma hukum dan kesimpulan. 7 2. Sumber Data Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer adalah data yang langsung diperoleh melalui wawancara dengan responden sebagai data utama dan narasumber, berkaitan mengenai obyek yang diteliti. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan hukum yang meliputi : 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu: - UUD 1945, Amandemen, Pasal 28D (2) tentang Hak untuk bekerja, Pasal 28I (5) tentang Menegakkan dan Melindungi Hak Asasi Manusia. - UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. - UU Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 81 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan. - UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. 7 Hand Out Metodologi penelitian Hukum, disampaikan oleh Prof. Endang Sumiarni, hlm 3

14 - UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA). - UU Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing. - Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. - Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223 Tahun 2003 tentang Jabatan-Jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan Dari Kewajiban Membayar Kompensasi, - Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 173 Tahun 2000 tentang Jangka Waktu Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang meliputi : literatur, jurnal hukum, dan data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan data Data ini sebagai data utama dalam penelitian ini. Data tersebut dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan studi kepustakaan :

15 a. Kuesioner Peneliti akan melakukan pengumpulan data, membuat suatu daftar pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka kepada narasumber dan responden mengenai Pengawasan Penggunaan Pekerja Asing Terhadap Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing Berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. b. Wawancara Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara kepada narasumber dan responden dengan melalui tanya-jawab secara langsung dengan tujuan memperoleh data yang berkenaan dengan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. c. Studi kepustakaan Pengumpulan data ini yaitu diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya (KPBB) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang mempekerjakan pekerja asing untuk pengajar bahasa Inggris. 5. Responden dan Narasumber a. Responden dalam penelitian ini adalah seorang pekerja asing bernama Mr. Luke Harris Douglas, pengajar bahasa Inggris yang ada di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

16 mengenai pemilihan dari responden sendiri yaitu dilakukan secara langsung. b. Selanjutnya narasumber dalam penelitian ini yaitu : 1) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY. 2) Kepala Kantor Admisi dan Akademik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 3) Kepala Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 6. Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif, yaitu suatu analisis penelitian yang dilakukan dengan cara memahami dan menggunakan data-data yang telah dikumpulkan secara sistematis sehingga mendapat suatu gambaran mengenai kenyataan yang berlaku dan masih ada kaitannya dengan ketentuan hukum yang berlaku serta proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berpikir induktif, yaitu metode yang berangkat pada pengetahuanpengetahuan yang bersifat khusus untuk digunakan dalam menarik kesimpulan atas suatu kejadian atau peristiwa yang bersifat umum. 8 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, UGM, hal. 36