BAB V. Kesimpulan dan Saran. yang memiliki berbagai macam kegunaan. Selain menjadi salah satu sektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH [LN 2008/94, TLN 4867]

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 19 /PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Azas-Azas Perbankan. Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS, SH, MH

RAHASIA BANK THALIS NOOR CAHYADI, M.A., M.H., CLA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN RAHASIA BANK

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/19/PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/5/PBI/2017 TENTANG SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BATANG TUBUH PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik. kesimpulan, yaitu :

-2- Valuta Asing beserta derivatifnya ke arah yang lebih baik dan sehat. Bank Indonesia juga secara berkesinambungan melakukan pengembangan produk ata

Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 79 /POJK.04/2017 TENTANG PENDAFTARAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DI BIDANG PASAR MODAL

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN DALAM BERBAGAI PERATURAN. A. Pengaturan dan Jenis-jenis Tindak Pidana Di Bidang Perbankan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian auditor dan kriteria seorang auditor

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG LEMBAGA PENDANAAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

No. 7/58/DPBPR Jakarta, 23 Desember 2005 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Otoritas Moneter di Indonesia

Edisi 2, Juni 2006

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA

PERATURAN BADAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO NO: 1 / 1 / PBSMR / 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN .. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

Transkripsi:

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Sistem perbankan di Indonesia saat ini merupakan salah satu poros yang memiliki berbagai macam kegunaan. Selain menjadi salah satu sektor penanaman modal, sistem perbankan merupakan sebuah fasilitas untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian. Melalui jasa layanan perbankan yang disediakan oleh bank umum. Masyarakat mendapatkan kemudahan dalam hal transaksi ekonomi. Masyarakat yang menggunakan jasa layanan perbankan tentunya terikat dalam hubungan kontraktual antara bank dan nasabah. Hubungan kontraktual dalam prespektif 1339 KUH Perdata menyebutkan bahwa adanya persetujuan dari para pihak untuk mengikatkan diri dalam perjanjian yang berlaku seperti undang undang bagi para pihak. Berdasarkan perjanjian tersebut kemudian lahir rahasia bank dimana dalam pengaturan di Indonesia rahasia bank merupakan segala bentuk informasi yang terkait dengan nasabah. Pemberlakuan rahasia bank di Indonesia bersifat relatif dimana dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 diberikan pengecualian dalam Pasal 41 berkaitan dengan pembukaan rahasia bank. Berkaitan dengan objek skripsi yaitu penilaian tanggung jawab bankir dalam berakhirnya izin operasional bank diluar merger dan akuisis. Maka kesimpulan yang didapat adalah: 145

146 1. Kategorisasi rahasia bank menurut Undang Undang No 7 Tahun1992 junto Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan peraturan lain yang berlaku di Indonesia Pasal 36 Undang Undang Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan yang dimaksudkan dengan rahasia bank ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah menurut kelaziman dunia perbankan perlu dirahasiakan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia maka pemberlakuan rahasia bank dikategorikan bersifat nisbi atau relatif. Hal ini dibuktikan dengan pengecualian yang ada dalam Pasal 41 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pengecualian tersebut merupakan bentuk proporsionalitas dalam ketentuan mengenai rahasia bank serta bentuk win win solution dimana negara tetap menjaga kerahasiaan bank tetapi disisi lain tetap memberikan jaminan keamanan bagi nasabah. Ketentuan mengenai kategori rahasia bank dalam hubungan kontraktual masyarakat sebagai nasabah dan bank adalah Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam Pasal 1 ayat 16 dimana rahasia bank merupakan segala bentuk informasi hasil dari hubungan nasabah dan bank sebagai penyedia jasa perbankan. Sedangkan pada UU No.21 tahun 2008, ruang lingkup rahasia bank tetap berada pada Nasabah Penyimpan dan Simpanannya serta Nasabah Investor dan Investasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kategori rahasia bank tidak terbatas pada nasabah penyimpan dana tetapi juga nasabah sebagai pengguna layanan perbankan secara umum.

147 2. Peranan dan tanggung jawab seorang bankir dalam kegiatan operasional perbankan di Indonesia menurut Undang Undang No 7 Tahun1992 junto Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan peraturan lain yang berlaku di Indonesia Pengelolaan terhadap rahasia bank yang baik dan aman merupakan kunci utama dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan. Dengan penerapan hukum yang baik maka pelanggaran terhadap ketenuan rahasia bank dapat di hindari untuk meminimalisir risiko dalam operasional. Pengelolaan yang baik dalam sistem perbankan tentunya diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kegiatan operasional yang didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas tentunya akan meningkatkan kepercayaan dan keuntungan dari bank. Profesi bankir dalam struktur operasional bank memiliki peranan yang sangat vital. Individu yang berprofesi sebagai bankir merupakan salah satu komponen sumber daya manusia yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan bank Untuk menghasilkan bankir yang baik dan memiliki kompetensi seperti yang diamanatkan dalam No. 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang bertujuan untuk mewadahi legalitas dan memberikan tolak ukur atas penetapan kompetensi kerja. Bagi individu yang ingin berprofesi sebagai bankir berdasarkan persyaratan keanggotaan Ikatan Bankir Indonesia diwajibkan untuk mengikuti test kompetensi kerja. Pelaksanaan fit and proper test sektor perbankan sendiri diamanatkan oleh pemerintah dalam PP No. 23 Tahun 2004 untuk mengatur sertifikasi kompetensi kerja di Indonesia serta menjadi

148 pengaturan pelaksanaan dari kompetensi kerja Sertifikasi dalam dunia perbankan perbankan di Indonesia dikembangkan dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSP Perbankan) yang telah memperoleh lisensi dari BNSP melalui SK No. KEP 16/BNSP/VI2008 tanggal 19 Juni 2008. Ruang lingkup uji kompetensi profesi perbankan sendiri mencakup bidang 102 : 1) Audit Internal 2) Treasury Dealer, Settlement, dan Money Broker. 3) Wealth Management 4) Risk Management Kedudukan bankir dalam struktur kepegawaian bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/7/PBI/2010 Tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 Tentang Sertifikasi Managemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum serta digabungkan dengan Ketentuan Keanggotan Ikatan Bankir Indonesia adalah individu yang dalam struktur operasional perbankan berada satu tingkat dibawah direksi. Serta memiliki wewenang serta pengaruh atas kebijakan dan atau operasional bank dan telah dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi menejemen risiko oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan. 102 Diakses dari http://www.lspp.ikatanbankir.com/home/content.php?id=18 pada 30 oktober 2014

149 3. Tanggung jawab bankir terhadap rahasia bank pada saat izin operasional bank berakhir menurut Undang Undang No 7 Tahun1992 junto Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan peraturan lain yang berlaku di Indonesia Kedudukan dari bankir yang sangat vital tentunya memiliki akses langsung terhadap rahasia bank. Untuk mencegah pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank tanggung jawab bankir terbagi dalam dua golongan yaitu moral obligation dan law abiding. Jika melihat kedalam kerangka moral obligation pemerintah memberikan sanksi terhadap pelanggaran rahasia bank dalam Pasal Pasal 47 ayat 1 Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahunj serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Perlindungan pada saat berakhirnya izin operasional bank terhadap rahasia bank terdapat dalam Pasal Pasal 322 KUHP, yang lengkapnya berbunyi: Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah. Berdasarkan ketentuan diatas maka adanya sanksi dalam 322 KUHP tidak terbatas dalam hubungan kerja semata melainkan adanya jabatan tertentu yang dipegang dalam hal ini adalah bankir. Hal ini dikarenakan jika izin operasional bank berakhir maka tidak turut serta menghapuskan status bankir dari seseorang. Tetapi

150 apabila dikemudian hari ada pihak yang merupakan mantan nasabah dan merasa dirugikan dengan penyalahgunaan rahasia bank oleh bankir tersebut maka dapat mengajukan gugatan perdata untuk meminta pertanggungjawaban secara materil. Jika menganalisis dalam kerangka moral obligation maka bankir terikat dengan ketentuan kode etik bankir sebagai koridor utama pemberi batasan dalam hal menentukan etika bankir. Tanggung jawab mengikat seorang bankir terdapat dalam ketentuan Ikatan Bankir Indonesia yang memiliki sanksi yang wajib dijalankan oleh seorang bankir. Sehingga dalam kerangka moralitas bankir juga dituntut memiliki integritas untuk menjaga nama baik dari profesi bankir. B. Saran 1. Untuk Akademisi Bagi kalangan akademisi penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai bentuk tanggung jawab seorang bankir pada saat izin operasional bank berakhir. Serta menambah kompilasi pengetahuan bagaimana penerapan rahasia bank serta kedudukan bankir dalam kerangka perlindungan terhadap nasabah 2. Untuk Pemerintah Bagi pemerintah Beberapa mekanisme yang dapat digunakan dalam rangka perlindungan terhadap nasabah berkaitan dengan tanggung jawab bankir terhadap rahasia bank pada saat izin operasional bank berakhir adalah 1) Pembuatan peraturan baru Pembuatan peraturan baru terkait dengan pengaturan atas profesi bankir merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan

151 bagi nasabah. Pembentukan peraturan baru harus mengakomodir secara detail batasan tanggung jawab dari seorang bankir serta kewajiban. Secara khusus perlu diatur mengenai kewajiban hukum dari seorang bankir terlepas dari hubungan kerja dengan bank 2) Pelaksanaan Peraturan yang baik Pelaksanaan peraturan berkaitan erat dengan penegakan hukum dimana saat ini sistem perbankan telah berjalan dengan baik dan efisien. Berkaitan dengan masalah rahasia bank pengawasan terhadap pengecualian tentang pembukaan rahasia bank serta pengelolaan rahasia bank harus terus dijaga. 3) Pembaharuan Ujian Kompetensi Profesi Perbankan Secara Berulang Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan telah mengamanatkan bahwa ada batasan kadaluarsa dalam sertifikasi yang perlu terus diperbaharui. Pengaturan ini mewajibkan pemegang sertifikat untuk secara rutin dalam jangka waktu tertentu mengikuti ujian ulang. Hal ini perlu didukung dengan materi yang terus secara berkesinambungan mengikuti perkembangan jaman agar para bankir tidak hanya mampu berkompetisi secara nasional melainkan memiliki kompetensi untuk bersaing dalam tingkatan global 3. Untuk Pembaca Bagi para pembaca penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai perlindungan yang dimiliki oleh seorang nasabah dalam hal

152 kontraktual bank dan nasabah. Serta penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara jelas bagaimana masyarakat memiliki perlindungan apabila nasabah dirugikan atas rahasia bank yang dibukakan walau izin operasional berakhir.