Girlda Elynikie B. 25, Dinawati Trapsilasiwi 26, Arif Fatahillah 27

dokumen-dokumen yang mirip
Siska dkk : Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)... Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Arynda 28, Susanto 29, Dafik 30

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Herdika Lestiyaningsih 6, Hobri 7, Arika Indah 8

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

Kadikma, Vol. 5, No. 3, hal 9-18, Desember 2014

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

Idawati Mahanurani 1, Toto Bara Setiawan 2, Ervin Oktavianingtyas 3

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Dwi Septi 25,Hobri 26, Arika Indah K. 27

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI TEKNIK PICK UP CARDS GAME DI SDN KEBONSARI 04 KABUPATEN JEMBER

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

Widanti et al., Penerapan Teknik Mind Mapping...

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Putri et al., Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual...

Abstrak. Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan Metode Inquiry

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Elok Asmaul Husna 4,Dafik 5, Hobri 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES

Pendahuluan. Ratnasari et al., Penerapan Model Pembelajaran Word Square.

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Chandayu et al., Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS...

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Sri Imawatin, Bambang Hari Purnomo Abstrak:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

masih rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut ditandai dengan masih banyakya

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Mebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul Fitriah 1)

Joyful Learning Journal

Pendahuluan. Kharisma et all, Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman...

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Pendahuluan. Nurlaili et al., Penerapan teori belajar Bruner dan metode Discovery...

Penerapan Model Pembelajaran Guided Note Taking

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

PENERAPAN MODEL EXPERIENTAL LEARNING

Joyful Learning Journal

Desi Wahyuningtyas 16, Didik Sugeng Pambudi 17, Dinawati Trapsilasiwi 18

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

p-issn : e-issn :

Key Words: Student Teams Achievement Division, mind mapping, students test result, students activities.

Pendahuluan. Wardani et all, Pendekatan Kontekstual...

Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif TPS, Kemampuan membaca pemahaman, Penelitian tindakan kelas.

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

Jenny Oka Puspitasari, Subiki, Trapsilo Prihandono

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

Athar Zaif 32, Sunardi 33, Nurcholif Diah 34

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Tiruan Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pemahaman Siswa Friska Eris Novitasari,Titin Kartini Abstrak:

Key Words : cooperative learning two stay two stray, interactive cd, student learning achievement, cylinder and cone.

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI DI KELAS X IPA 2 SEMESTER GENAP SMA NEGERI ARJASA TAHUN AJARAN 2013-2014 Girlda Elynikie B. 25, Dinawati Trapsilasiwi 26, Arif Fatahillah 27 Abstract. The problem based learning model or known as Problem Based Instruction (PBI) always presents problems in real life context. This learning model has brought the students to get involved in the process of finding and investigating. The steps in this learning model were directing the students to the problems, organizing the students to learn, helping independent and group investigation, developing and presenting artifact and exhibits, and also analyzing and evaluating of problem solving. This research applied two cycles covering planning, action, observing, and reflection. The Approach used in this research was qualitative approach. This research was a Class room Action Research Design (CAR). This research design was adopted from Hopkin s, which each cycle has four phases or steps, those are planning, action, observing, and reflection, and then continued to the following cycle. Data collection method used in this research was test, observation, documentation, and interview. Acording to the observation, the students individual activity from the first up to the fourth meeting is 69,87%, 72,22%, 74,3% and 79,72%, and the students group activity from the first up to the fourth meeting is 75,27%, 76,13%, 80,83% and 91,1%. The percentage of the students who achieved the target was 82.5%, with 7 students were failed in the first cycle. In the second cycle, the percentage of the students who achieved the target was 95% with 2 students were failed. Key Words : Problem Based Instruction, Achievements PENDAHULUAN Keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik di Indonesia belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa disertai pengembangan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, ketrampilan berpkir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kompleksitas pengetahuan yang ada. Dewasa ini, pembelajaran matematika di sekolah menjadi penting terkait dengan banyaknya aplikasi penggunaan matematika dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher oriented). Keadaan seperti ini cenderung membosankan dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. 25 Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 26 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 27 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

96 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 Salah satu strategi yang cocok untuk meningkatkan motivasi siswa agar belajar lebih efektif adalah melakukan variasi pembelajaran matematika yaitu dengan melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Esensi PBI terdiri dari memperkenalkan kepada siswa tentang situasi masalah yang sebenarnya dan bermakna, yang dapat sebagai sarana untuk investigation (penyelidikan) dan Inquiry (pemeriksaan). Berdasarkan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa PBI merupakan salah satu pendekatan untuk siswa aktif ( active learning)(hobri,2009:101). Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri Arjasa Jember, proses pembelajaran yang berorientasi pada guru masih terjadi di sekolah tersebut. Siswa cenderung pasif terhadap pelajaran. Kreativitas siswa tidak dapat tersalurkan dengan baik saat pelajaran, sehingga tidak jarang mereka akan ramai pada akhir pelajaran karena mereka merasa jenuh tehadap pelajaran. Selain itu, pada pokok bahasan trigonometri ini siswa diharapkan mampu menguasai konsep dengan memahami semua rumus trigonometri yang jumlahnya tidak sedikit. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep trigonometri dan menilai pokok bahasan ini adalah pokok bahasan yang sangat sulit untuk dipahami. yang berorientasi pada guru (teacher oriented) selalu menempatkan siswa pada obyek yang kurang menguntungkan. Siswa hanya mendengarkan dan menyimak secara seksama penjelasan guru dan untuk selanjutnya mengerjakan tugas tugas yang diberikan guru. Peran guru sebagai satu satunya sumber sangat dominan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun pada beberapa bagian tertentu hal tersebut dapat diperbaiki ( Hobri,2009:9). Berdasarkan uraian di atas, diajukan penelitian dengan judul Penerapan Problem Based Instruction (PBI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X IPA 2 SMA Negeri Arjasa Semester Genap Tahun Ajaran 2013-2014. Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada pokok bahasan Trigonometri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 97 2 dan bagaimanakah aktivitas serta ketuntasan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 selama mengikuti proses pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada pokok bahasan Trigonometri semester genap SMA Negeri Arjasa Jember tahun ajaran 2013-2014. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini secara umum diharapkan secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika, terutama pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dalam proses pembelajaran matematika serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu pendidikan, disamping itu diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dalam kegiatan penelitian dengan kasus sejenis dengan kajian lebih luas dan mendalam bagi peneliti lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Arjasa. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru matematika, kelas X IPA 2 merupakan kelas yang aktivitas siswanya kurang sehingga hasil belajarnya juga rendah. Oleh karena itu, subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 2 semester genap SMA Negeri Arjasa Tahun Ajaran 2013-2014. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian mengadaptasi model penelitian tindakan Hopkins, yang setiap siklusnya terdiri dari empat fase atau tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi kemudian diikuti siklus berikutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah aktivitas siswa dan guru serta ketuntasan hasil belajar siswa. 1. Aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. a. Persentase aktivitas siswa (P1) diperoleh dengan rumus : Keterangan : P1 : Persentase keaktifan siswa A P1 100 % N

98 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 A : Jumlah skor yang diperoleh siswa N :Jumlah skor seluruhnya Tabel 1. Kriteria aktivitas siswa No Persentase KategoriAktivitas 1 2 3 4 P1 83,34% 66,67% P1< 83,34% 50% P1 < 66,67% 33,33% P1 < 50% Sangat aktif Aktif Cukup Aktif Tidak Aktif (diadopsi dari: Depdiknas,2004:17) b. Persentase aktivitas guru (P2) diperoleh dengan rumus : A P2 100 % N Keterangan : P2 : Persentase keaktifan guru A N : Jumlah skor yang diperoleh guru :Jumlah skor seluruhnya Tabel 2. Kriteria aktivitas guru No Persentase KategoriAktivitas 1 2 3 4 P2 83,34% 66,67% P2< 83,34% 50% P2 < 66,67% 33,33% P2 < 50% Sangat aktif Aktif Cukup Aktif Tidak Aktif (diadopsi dari: Depdiknas,2004:17) Dalam penelitian ini digunakan kriteria aktivitas siswa dan guru yang di modifikasi oleh peneliti. Acuan dari kriteria ini adalah kriteria yang dibuat oleh Depdiknas tahun 2004. Kriteria ini disesuaikan dengan persentase minimal dan persentase maksimal yang mungkin diperoleh dari aktivitas siswa dan aktivitas guru. 2. Ketuntasan Belajar Siswa a. Skor akhir siswa secara individu ( setiap siklus ) dicari dengan rumus 2P 3L 5T N 10 Keterangan: N = Nilai akhir siswa secara individu P = Rata-rata nilai pekerjaan rumah pada setiap siklus L = Rata-rata nilai pengerjaan LKS pada setiap siklus T = Nilai tes akhir pada setiap siklus

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 99 Pada rumus skor akhir siswa di atas, pembobotan tiap komponen dalam rumus didasarkan pada hal-hal berikut: Rata-rata nilai pekerjaan rumah diberi bobot 2 karena dalam pengerjaan tugas rumah, siswa masih bisa bertanya kepada teman-temannya atau orang lain. Rata-rata nilai pengerjaan LKS diberi bobot 3 karena dalam pengerjaan LKS tersebut, siswa juga masih bisa bertanya kepada temannya tetapi hanya pada teman sekelompoknya. Nilai tes akhir siswa diberi bobot 5 karena dalam mengerjakan soal tes siswa di tuntut untuk bekerja sendiri, tanpa ada bantuan dari temantemannya. b. Kriteria untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa, berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas X IPA 2 SMA Negeri Arjasa Jember sebagai berikut: 1). Ketuntasan secara individu. Seorang siswa telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor akhir individu 75 dari skor maksimal 100. 2). Ketuntasan secara klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut telah terdapat minimal 75% siswa yang telah mencapai skor akhir individu 75 dari skor maksimal 100. Persentase ketuntasan secara klasikal dapat diperoleh dengan rumus : T Pt 100% S Keterangan: Pt = Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal T = Jumlah siswa yang tuntas secara individu S = Jumlah seluruh siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas siswa (individu) yang diamati meliputi bertanya mengenai materi, menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti, mengerjakan LKS, mengeluarkan

100 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 pendapat, menggunakan buku paket matematika sebagai sumber belajar, dan menyimpukan permasalahan. Aktivitas kelompok yaitu mengerjakan tugas kelompok dengan berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok, bertanya mengenai tugas kelompok dan peran aktif siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi. Aktivitas guru yang diamati yaitu membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, melakukan tanya jawab untuk mengingatkan materi sebelumnya (bertanya), memberikan masalah nyata, membagi siswa dalam kelompok belajar (masyarakat belajar) dan membagi LKS, membimbing siswa dalam memahami permasalahan dengan menemukan dan menerjemahkan permasalahan kedalam model/kalimat matematis (inkuiri), membimbing siswa dalam membuat rencana penyelesaian, membimbing siswa dalam melaksanakan rencana penyelesaian, membimbing siswa dalam memeriksa jawaban, membimbing siswa dalam membuat rangkuman dan menyimpulkan pembelajaran(refleksi), serta memberikan penilaian dan penghargaan kepada siswa atau kelompok. a. Analisa Data Aktivitas Siswa Hasil analisa aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung secara keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2 tersaji pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Persentase Aktivitas Individu Siswa pada Siklus I dan Siklus II Aktivitas Siswa Bertanya mengenai materi Menjawab pertanyaan yang diberikan Mengerjakan LKS 1 Siklus 1 Sklus 2 2 3 59,2 68,3 73,3 64,2 66,7 71,7 80,8 90 90 4 73,3 79,2 Mengeluarkan pendapat 73,3 65,8 71,7 80,8 Menggunakan buku paket matematika sebagai sumber belajar 67,5 72,5 67,5 76,7 Menyimpulkan 73,3 permasalahan 74,2 70 71,7 95 Dari hasil analisis data diatas nampak bahwa pada indikator mengerjakan LKS memperoleh hasil paling bagus. Siswa termotivasi untuk mengerjakan LKS karena masalah yang disajikan dalam LKS membuat mereka tertarik. Sebaliknya pada indikator

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 101 bertanya mengenai materi hasilnya tidak terlalu bagus, namun peningkatannya sangat tinggi jika dibandingkan dengan indikator yang lain. Hal tersebut disebabkan, dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) siswa menjadi lebih kritis dan tidak takut untuk menanyakan hal yang belum mereka pahami. b. Analisa data aktivitas kelompok Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan analisis aktivitas kelompok diperoleh data aktivitas kelompok secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus II seperti Tabel 4. Tabel 4 Persentase Aktivitas Kelompok pada Siklus I dan Siklus II Aktivitas Kelompok Mengerjakan tugas kelompok dengan berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok Bertanya mengenai tugas kelompok Peran aktif siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi 1 Siklus I 2 3 Sklus II 4 77,5 80 85,8 96,7 70,8 76,7 76,7 90,8 77,5 71,7 80 85,8 Dari analisis data di atas indikator 1 pada proses pembelajaran ini mengalami peningkatan yang sangat tinggi. pertama 77,5% siswa melakukan indikator 1 dengan baik, sedangkan pada pembelajaran keempat persentasenya menjadi 96,7%, hal ini disebabkan siswa semakin berperan aktif dalam diskusi kelompok dan kerjasama antar kelompok. Indikator 3 mengalami penurunan pada pembelajaran kedua, hal ini disebabkan hanya beberapa siswa yang berinisiatif untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. Namun pada pembelajaran berikutnya persentase indikator 3 semakin naik. c. Observasi Aktivitas Guru Pada penelitian ini, observasi aktivitas pada guru diperlukan agar dapat mengetahui semua aktivitas guru selama mengajar dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Instruction(PBI), sesuai tidaknya aktivitas guru tersebut dengan komponen-komponen pembelajaran Problem Based Instruction(PBI) yang harus dimunculkan pada pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis observasi aktivitas

102 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dapat dilihat pada Tabel 5. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Aktivitas Guru Membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Melakukan tanya jawab untuk mengigatkan materi sebelumnya (Bertanya) Memberikan masalah nyata kepada siswa Membagi siswa dalam kelompok belajar (Masyarakat Belajar) dan membagi LKS Membimbing siswa dalam memahami permasalahan dengan menemukan dan menerjemahkan permasalahan kedalam model / kalimat matematis (Inkuiri ) Membimbing siswa dalam membuat rencana penyelesaian Membimbing siswa dalam melaksanakan rencana Tabel 5 Persentase Aktivitas Guru 1 Siklus I 2 3 Siklus II 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 103 No. 8. 9. 10. Aktivitas Guru penyelesaian Membimbing siswa dalam memeriksa jawaban Membimbing siswa dalam membuat rangkuman dan menyimpulkan pembelajaran (Refleksi) Memberikan penilaian dan penghargaan kepada siswa atau kelompok 1 Siklus I 2 3 Siklus II 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 Jumlah 25 28 29 28 Skor Total 30 30 30 30 Persentase 93,3% 83,3% 93,3% 96,7% Ketercapaian d. Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Data ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai pekerjaan rumah, nilai LKS dan nilai tes akhir siklus. Pada siklus I, persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 sebesar 82,5%. Hal tersebut berarti ketuntasan secara klasikal telah tercapai. Pada siklus ini terdapat 7 siswa dari 40 siswa yang mendapat nilai di bawah 75. Selebihnya terdapat 33 siswa yang mencapai ketuntasan individu atau mendapatkan nilai 75. Pada siklus II, persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 meningkat yakni sebesar 95%. Hanya terdapat 2 siswa yang mendapat nilai dibawah 75. Selebihnya terdapat 38 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar atau memperoleh nilai 75 berikut diagram ketuntasan belajar siswa kelas X IPA 2 pada proses pembelajaran.

104 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 e. Analisis Hasil Wawancara Wawancara setelah siklus I menghasilkan kesimpulan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) telah berjalan dengan lancar walaupun masih ada sedikit hambatan. Hambatan yang terjadi salah satunya para siswa masih terlihat kebingungan dalam melaksanakan proses pembelajaran hal ini tampak dari para siswa yang masih belum mengerti cara mengerjakan pada tahap-tahap dalam mengerjakan LKS. Hambatan yang kedua yaitu masalah pengaturan waktu. Waktu yang sudah tersedia dan diatur supaya pembelajaran berjalan lancar dan tepat waktu ternyata berubah. Dengan adanya penambahan waktu pada tahap tertentu yang mengakibatkan tahap yang lain waktunya menjadi berkurang. Hal tersebut dikarenakan pada fase membantu independent dan group investigation memerlukan waktu yang cukup panjang karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Hasil wawancara setelah siklus II diperoleh bahwa guru bidang studi tertarik dan senang dengan diterapkannya pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) dan akan dijadikan referensi dalam pembelajaran selanjutnya agar pembelajaran tidak monoton menggunakan metode ceramah karena siswa sudah banyak yang mengerti tentang pembelajaran yang diberikan, sehingga lebih mudah dan lancar dalam pelaksanaannya dan siswa sudah terlihat lebih aktif dari siklus I. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan bagaimana persentase ketuntasan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Problem Based Instruction (PBI) merupakan pembelajaran yang melatih ketrampilan berpikir siswa serta mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Model pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan pembelajaran yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri Arjasa, pembelajaran Problem Based Instruction(PBI) ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana siklus I terdiri dari 3 pertemuan dan siklus II terdiri dari 3 pertemuan. Persentase aktivitas siswa pada pembelajaran siklus 1 sebesar 69,87%, dan72,22%. Aktivitas belajar kelompok siswa

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 105 pada siklus I yaitu sebesar 75,27%, dan 76,13%. Sedangkan persentase aktivitas guru pada pembelajaran 1 siklus 1 sebesar 83,33%, pada pembelajaran 2 siklus 1 sebesar 93,33%. Dan untuk ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 82,5% dimana ada 33 siswa yang tuntas, dan 7 siswa yang tidak tuntas. Karena masih ada 7 dari 40 siswa yang belum tuntas serta persentase aktivitas siswa juga belum mencapai target yang diinginkan, maka peneliti ingin melakukan perbaikan dengan melanjutkan ke siklus II agar diperoleh persentase aktivitas dan ketuntasan hasil belajar yang lebik baik. Dari hasil observasi pembelajaran siklus I dapat disimpulkan bahwa siklus I mempunyai kekurangan seperti kurangnya kemampuan siswa dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menganalisa data, presentasi, guru kurang dalam membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan yang tertuang dalam LKS, dan guru melakukan refleksi/evaluasi di akhir pembelajaran dengan kurang jelas dan terburu-buru. Berdasarkan refleksi dari siklus I, maka pembelajaran pada siklus II perlu diadakan perbaikan yaitu dengan cara guru lebih mengorganisasikan waktu seefisien mungkin agar tidak terburu-buru dalam pembelajaran. Pada pembelajaran siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan. pada siklus II lebih baik, siswa mulai terbiasa dengan diskusi kelompok dan Tanya jawab dengan teman-temanya pada saat presentasi, dan siswa lebih terampil dalam memecahan masalah melalui penyelidikan yang mereka lakukan secara berkelompok. Mereka merasa senang dan antusias untuk mengerjakan tes pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung, Persentase aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II sebesar 74,3%, dan79,72%. Aktivitas belajar kelompok siswa pada siklus II yaitu sebesar 80,83%, dan 91,1%.. Sedangkan persentase keaktifan guru sebesar 96,7% dan 93,3% pada siklus II. Persentase keaktifan guru lebih tinggi dari pada keaktifan siswa, hal ini dikarenakan siswa baru mengenal model pembelajaran yang digunakan sehinga kurang mengerti langkah-langkah pembelajarannya. Hal ini mengakibatkan guru sangat berperan aktif dan terlihat semangat agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Untuk ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II juga mencapai persetase yang memuaskan yaitu sebesar 95% dimana ada 38 siswa yang tuntas, dan 2

106 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015 siswa yang tidak tuntas atau mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari siklus I. Peningkatan tersebut menunjukkan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Kurikulum yang digunakan pada penelitian ini adalah kurikulum 2013, dimana pada jenjang Sekolah Menengah Atas ( SMA) aktivitas siswa dianggap sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sikap yang terdapat pada kompetensi dasar 2 tidak semua dimunculkan pada proses pembelajaran, dipilih tiga sikap yakni aktif, bekerjasama dan toleran karena sikap tersebut sangat diperlukan pada pembelajaran problem based instruction (PBI). Hasil penelitian tentang sikap dan keterampilan ini digunakan untuk melengkapi analisis aktivitas siswa selama proses pembelajaran, serta sebagai bahan untuk merefleksi pembelajaran. Oleh karena itu sikap dan keterampilan yang digunakan sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa, dapat diketahui bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Mereka merasa pembelajaran ini tidak pernah dilakukan oleh guru mereka selama mereka belajar di sekolah, dan mereka merasa dalam mempelajari matematika banyak manfaat yang akan diperoleh terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas X IPA 2 diketahui bahwa pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dapat dijadikan sebagai pembelajaran alternatif yang tepat untuk memotivasi siswa dalam belajar. Secara keseluruhan pembelajaran Problem Based Instruction(PBI) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi teorema Trigonometri KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Problem Based Instruction (PBI) pada penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar meskipun terdapat beberapa kekurangan pada siklus I yakni langkah langkah PBI yang belum dikuasai serta instruksi yang kurang jelas tetapi dapat diperbaiki pada siklus II. Hal hal yang dijumpai dalam proses pembelajaran ini adalah pada fase mengarahkan siswa kepada masalah dan mengorganisasi siswa

Girlda dkk : Penerapan Problem Based Instruction (PBI) 107 untuk belajar siswa cenderung termotivasi untuk bertanya dan menjawab pertanyaan mengenai masalah, pada fase membantu independent dan group investigation siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya, namun pada fase ini membutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga mengurangi waktu pada fasefase yang lain, pada fase mengembangkan dan mempresentasikan artifact dan exhibits tiadk semua siswa kelompok memiliki kesempatan untu menyajikan hasil diskusi karena waktu yang tersedia tidak mencukupi, sedangkan pada fase menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah siswa dapat menyimpulkan permasalahan dengan baik. Perbaikan yang dilakukan yaitu mengatur waktu dengan baik supaya semua fase dapat terlaksana dengan baik dan siswa dapat memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2) Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran pada siklus I terhadap pembelajaran pada siklus II. Dari hasil analisa, aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai 4 yaitu 69,87%, 72,22%, 74,3% dan 79,72%. Aktivitas belajar kelompok siswa mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai 4 yaitu sebesar 75,27%, 76,13%, 80,83%, dan 91,1%. 3) Problem Based Instruction (PBI) juga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 82,5% dengan siswa yang tuntas sebanyak 33 orang meningkat menjadi 95% pada siklus II dengan banyak siswa yang tuntas 38 orang siswa DAFTAR PUSTAKA Depdiknas.2004. Pedoman Tuntas. Jakarta : Depdiknas Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jember : Pena Salsabila Hobri.2009. Model Model Inovatif. Jember : Center for Society Studies (CSS) Jember

108 Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 95-108, Agustus 2015