DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013
OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas, Keterpaduan Program, dan Pendanaan Pembangunan di Bidang Perhubungan Darat Antar Sektor dan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Arah Pembangunan Perhubungan Darat dalam RPJMN 2015-1019 Kesimpulan dan Rekomendasi
KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DARAT SAAT INI (Menurut Kementerian Perhubungan sesuai undangan) Rendahnya Kualitas SDM Lemahnya Struktur Kelembagaan Kurangnya Konsistensi dan Keterpaduan Program Program Pembangunan ataupun Berbagai Peraturan dan Perundangan Kurangnya Keterlibatan Masyarakat Luas Terutama Pihak Swasta dan Dunia Usaha dalam Keputusan Publik dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kurang Menariknya Iklim Investasi Khususnya yang Menyangkut : Keterbatasan Jaringan Prasarana an Sarana Wilayah Keterbatasan Akses kepada Modal/Kapital Masih Kurangnya Insntif Fiskal Khususnya Di Kawasan Timur Indonesia
LANDASAN HUKUM KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERHUBUNGAN DARAT UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, Dan Pemerintah Kabupaten/Kota PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 2 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Teknis Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Azas Transparan, Akuntable, Berkelanjutan, Partisipasi, Bermanfaat, Efisien dan Efektif, Seimbang, Terpadu dan Mandiri. (UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 2) Tujuan : Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. (UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 3).
AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAN LALU LINTAS DAN ASDP YANG TUNDUK PADA UU NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN Azas manfaat, usaha bersama atas dasar kekeluargaan, persaingan sehat, adil dan merata tanpa diskriminasi, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan. (pasal 2) Tujuan : memperlancar arus perpindahan orang dan atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional, membina jiwa kebaharian, menjunjung kedaulatan negara, menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional, menunjang, menggerakkan dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara, dan meningkatkan ketahanan nasional. (pasal 3).
PP NO. 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI, DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Kebijakan Nasional adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan atau kriteria yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintahan.(pasal 1) Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan / atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. (Pasal 1) Perhubungan (termasuk perhubungan darat) merupakan urusan Pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan pemerintahan dan/atau susunan pemerintahan (Pasal 2). Perhubungan merupakan urusan wajib urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pelayanan dasar (Pasal 7).
PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Kewenangan dan Kewajiban Penyelenggaraan Perhubungan Darat Pemerintah Pusat : Jalan Nasional Kementerian PU Fasilitas keselamatan jalan dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis Kementerian Perhubungan Jaringan angkutan umum LINTAS Batas Negara, antar kota antar propinsi, angkutan perkotaan yang mencakup wilayah dua propinsi atau lebih Pemerintah Propinsi Jalan Propinsi Jaringan angkutan umum antar kota dalam propinsi, angkutan perkotaan yang mencakup wilayah dua kabupaten/kota dalam satu propinsi Fasilitas keselamatan jalan propinsi dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis Pemerintah Kabupaten/kota Jalan Kabupaten/Kota Jaringan angkutan umum perkotaan dan perdesaan dalam wilayah satu kabupaten/kota Fasilitas keselamatan jalan Jalan Kabupaten/kota dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis
PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (2) Sinergitas dan Keterpaduan Perhubungan Darat dengan sektor/subsektor lain Kementerian Perhubungan : Perhubungan Laut Perhubungan Udara Perkereta-apian Kementerian Pekerjaan Umum Prasarana Jalan Kepolisian RI Keselamatan Lalu-lintas dan Penegakan hukum berlalu lintas Kementerian Perindustrian Kendaraan/Alat transportasi Kementerian Ristek/BPPT/ Teknologi Kendaraan dan Fasilitas Prasarana Perhubungan Darat
PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PRHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Sumber Pendanaan untuk Perhubungan Darat APBN : Jalan Kementerian PU Fasilitas keselamatan jalan dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal) Kementerian Perhubungan Infrastruktur jalan propinsi, kabupaten/kota dan transportasi perdesaan serta keselamatan transportasi darat (Dana Transfer ke Daerah atau (Dana Alokasi Khusus = DAK masuk ke APBD) APBD : Propinsi /Kabupaten/Kota (berasal dari Pendapatan Asli Daerah = PAD)
PRINSIP PRINSIP PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Data /Bukti Empiris : Dasar Usulan dan Persetujuan Kepentingan Publik (lokal, regional, nasional) Transparan : Perencanaan & Pelaksanaan Akuntable : Keadilan
AKURASI DATA/BUKTI UNTUK PERENCANAAN
AKURASI DATA/BUKTI UNTUK PERENCANAAN Kecelakaan lalu Lintas Jala Raya di Indonesia 2007-2012 No. Jenis Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan lima tahun 1 Kecelakaan Kecelakaan 45.508 59.164 62.960 109.319 109.776 117.949 159,2% 2 Kendaraan yang terlibat*) unit 84.090 130.062 212.308 212.011 239.257 239.257 184,5% 3 Korban meninggal orang 16.548 20.188 19.979 31.234 31.185 29.544 78,5% 4 Korban luka berat orang 20.180 23.440 23.469 46.851 36.767 39.704 96,7% 5 Korban luka ringan orang 45.860 55.772 62.936 97.702 108.811 128.312 179,8% 6 Total Korban orang 82.588 99.400 106.384 175.787 176.763 197.560 139,2% Dirjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan; Perhubungan Darat Dalam Angka 2012 *) tahun 2011 dan 2012 prediksi kementerian perhubungan
PRIORITAS PENANGANAN Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Umum 2011 dan 2012 2011 2012 No. Uraian Jenis Unit Unit % Unit Unit % 1 AKAP BB 16.610 20.505 3,2% 4.249 17.303 2,6% BS 3.895 13.054 2 Pariwisata BB 11.933 11.933 1,9% 1.987 20.959 3,2% BS - 18.972 3 AKDP BB 18.419 139.045 22,0% 41.796 135.583 20,8% BS 40.579 82.448 MPU 80.047 11.339 4 Angkutan Kota BB 11.067 269.320 42,7% 15.115 268.484 41,1% BS 14.675 250.885 MPU 243.578 2.484 5 Angkutan Perdesaan BS 2.412 100.651 15,9% 101.186 101.255 15,5% MPU 98.239 69 6 Antar jemput BS 67 335 0,1% 276 307 0,0% MPU 268 31 7 Sewa BS 30 11.386 1,8% 11.697 12.194 1,9% MPU 11.356 497 8 Angkutan Karyawan BB 483 1.081 0,2% 296 647 0,1% BS 287 320 MPU 311 31 9 Angkutan Permukiman BB 30 1.126 0,2% 1.129 1.377 0,2% MPU 1.096 248 10 Angkutan Perbatasan BS 241 8.584 1,4% 8.593 77.712 11,9% MPU 8.343 69.119 11 Taksi MPU 67.106 67.106 10,6% 17.477 17.477 2,7% Total 631.072 631.072 100,0% 653.298 653.298 100,0% Sub-total BB 58.542 64.572 Sub-total BS 62.186 487.431 Sub-total MPU 510.344 101.295 Total 631.072 653.298 Sumber : Ditjen Perhubungan Darat 2013 ; PDDA 2012
RPJMN PRIORITAS NASIONAL RPJP 2005-2025 RPJM IV (2020 2024) RPJM I (2005 2009) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJM II (2010 2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualias SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. RPJM III (2015 2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif RPJMN 2005-2024, Undang- Undang No. 17 Tahun 2007
ARAH PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN DARAT DALAM RPJMN 2015-1019 Konektivitas Angkutan Perkotaan Angkutan Intermoda Kontribusi sektor Transportasi untuk Pengurangan Gas Rumah Kaca
KONEKTIVITAS MELALUI ASDP, AKAP DAN PEMADU MODA SERTA ANGKUTAN PERDESAAN Penyusunan dan Integrasi Jaringan Pelayanan transportasi. Kontrak pelayanan kinerja untuk simpul simpul transportasi (Pengelola Bandara, pelabuhan, terminal bus, stasiun kereta api).
ANGKUTAN PERKOTAAN Pengintegrasian tarif dan jadwal Kontrak Pelayanan antara Pemerintah dengan Transport Operator Penegakan hukum lalulintas
ANGKUTAN PERKOTAAN Komposisi Jumlah Penduduk tinggal di Perkotaan dan Perdesaan 1971-2010 Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 Pertumbuhan 2000-2010 Indonesia 119,2 147,5 179,4 206,3 237,6 15,2% Kota (juta orang) 20,5 32,8 55,5 85,8 118,3 37,9% 17,2% 22,2% 30,9% 41,6% 49,8% Desa (juta orang) 98,7 114,7 123,9 120,5 119,3-0,9% % 82,8% 77,8% 69,1% 58,4% 50,2% Sumber ; BPS Sensus Penduduk 1971, 1980,1990,2010 21
ANGKUTAN PERKOTAAN Kota Kota di Indonesia Dengan Penduduk di atas 500 Ribu Jiwa di Tahun 2010 No. Nama Kota Provinsi Jumlah Penduduk (jiwa) 1 Jakarta Jakarta 9.588.198 2 Surabaya Jawa Timur 2.765.908 3 Bandung Jawa Barat 2.393.633 4 Bekasi Jawa Barat 2.336.489 5 Medan Sumatera Utara 2.109.339 6 Tangerang Banten 1.797.315 7 Depok Jawa Barat 1.736.565 8 Semarang Jawa Tengah 1.553.778 9 Palembang Sumatera Selatan 1.452.840 10 Makassar Sulawesi Selatan 1.339.374 12 Tangerang Selatan Banten 1.303.569 13 Batam Kepulauan Riau 949.775 14 Bogor Jawa Barat 949.066 15 Pekanbaru Riau 903.902 16 Bandar Lampung lampung 879.651 17 Padang Sumatera Barat 833.584 18 Malang Jawa Timur 819.708 19 Denpasar Bali 788.445 20 Samarinda Kalimantan Timur 726.223 21 Tasikmalaya Jawa Barat 634.424 22 Banjarmasin Kalimantan Selatan 625.395 23 Serang Banten 576.961 24 Balikpapan Kalimantan Timur 559.196 25 Pontianak Kalimantan Barat 551.983 26 Cimahi Jawa Barat 541.139 27 Jambi Jambi 529.118 28 Surakarta Jawa Tengah 500.642 22
ANGKUTAN INTERMODA Pengintegrasian tarif dan jadwal Pengurangan transaksi cost Pengurangan waktu perpindahan moda 23
KONTRIBUSI PENGURANGAN GAS RUMAH KACA DARI SEKTOR TRANSPORTASI Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 26% 26% Upaya sendiri RAN-GRK 15% 41% Upaya sendiri dan dukungan internasional Rencana Aksi Nasional GRK berasal dari usulan K/L yang merupakan optimalisasi kegiatan eksisting yang mempunyai co-benefit untuk penurunan emisi GRK. Proses seleksi kegiatan untuk pencapaian target penurunan emisi 26% (unilateral) dan 41% (dengan bantuan internasional) dilakukan melalui proses konfirmasi dan diskusi dengan K/L. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg Tahun 2009 untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 24
KEBIJAKAN UNTUK ENERGI DAN TRANSPORTASI (PERATURAN PRESIDEN NO. 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA ) Peningkatan Penghematan Energi. Penggunaan Bahan Bakar yang Lebih Bersih (Fuel Switching). Peningkatan Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Pemanfaatan Teknologi Bersih baik untuk Pembangkit Listrik dan Sarana Transportasi (Kapal angkutan sungai dengan tenaga matahari?). Pengembangan Transportasi Massal Nasional yang Rendah Emisi, Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. 25
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Sinergitas dan keterpaduan program dan pendanaan pembangunan di bidang perhubungan darat antar sektor dan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan tantangan dan sulit dilaksanakan karena selain keterbatasan anggaran juga karena berbagai kepentingan yang kadang saling bertentangan. Namun usaha melakukan sinergitas dan keterpaduan harus tetap dilaksanakan. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara transparan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan penting dan mendesaknya suatu kegiatan itu dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara umum (lokal, regional, nasional). Data yang akurat dan relevan yang disertai analisa yang adil diperlukan untuk menyusun dan atau menyetujui kegiatan yang paling banyak memberikan pelayanan kepada kepentingan umum sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dari berbagai pilihan yang ada (ditawarkan).
TERIMA KASIH