DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pesawat Polonia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RENCANA KEGIATAN STRATEGIS PERHUBUNGAN DI BIDANG ENERGI

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

KEGIATAN- KEGIATAN STRATEGIS DIREKTORAT LALU LINTAS PERHUBUNGAN DARAT

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

Knowledge Management Forum April

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TTD. Drs. PUDJI HARTANTO, MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

GREEN TRANSPORTATION

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat

K E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR $0 TAHUN 2015 TENTANG TATANAN TRANSPORTASI IOKAL

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

Terwujudnya sistem transportasi yang selamat, efektif, efisien dan terpadu dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional.

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas, Keterpaduan Program, dan Pendanaan Pembangunan di Bidang Perhubungan Darat Antar Sektor dan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Arah Pembangunan Perhubungan Darat dalam RPJMN 2015-1019 Kesimpulan dan Rekomendasi

KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DARAT SAAT INI (Menurut Kementerian Perhubungan sesuai undangan) Rendahnya Kualitas SDM Lemahnya Struktur Kelembagaan Kurangnya Konsistensi dan Keterpaduan Program Program Pembangunan ataupun Berbagai Peraturan dan Perundangan Kurangnya Keterlibatan Masyarakat Luas Terutama Pihak Swasta dan Dunia Usaha dalam Keputusan Publik dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Kurang Menariknya Iklim Investasi Khususnya yang Menyangkut : Keterbatasan Jaringan Prasarana an Sarana Wilayah Keterbatasan Akses kepada Modal/Kapital Masih Kurangnya Insntif Fiskal Khususnya Di Kawasan Timur Indonesia

LANDASAN HUKUM KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERHUBUNGAN DARAT UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, Dan Pemerintah Kabupaten/Kota PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 2 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Teknis Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota

AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Azas Transparan, Akuntable, Berkelanjutan, Partisipasi, Bermanfaat, Efisien dan Efektif, Seimbang, Terpadu dan Mandiri. (UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 2) Tujuan : Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. (UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 3).

AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAN LALU LINTAS DAN ASDP YANG TUNDUK PADA UU NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN Azas manfaat, usaha bersama atas dasar kekeluargaan, persaingan sehat, adil dan merata tanpa diskriminasi, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan. (pasal 2) Tujuan : memperlancar arus perpindahan orang dan atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional, membina jiwa kebaharian, menjunjung kedaulatan negara, menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional, menunjang, menggerakkan dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara, dan meningkatkan ketahanan nasional. (pasal 3).

PP NO. 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI, DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Kebijakan Nasional adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan atau kriteria yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintahan.(pasal 1) Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan / atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. (Pasal 1) Perhubungan (termasuk perhubungan darat) merupakan urusan Pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan pemerintahan dan/atau susunan pemerintahan (Pasal 2). Perhubungan merupakan urusan wajib urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pelayanan dasar (Pasal 7).

PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Kewenangan dan Kewajiban Penyelenggaraan Perhubungan Darat Pemerintah Pusat : Jalan Nasional Kementerian PU Fasilitas keselamatan jalan dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis Kementerian Perhubungan Jaringan angkutan umum LINTAS Batas Negara, antar kota antar propinsi, angkutan perkotaan yang mencakup wilayah dua propinsi atau lebih Pemerintah Propinsi Jalan Propinsi Jaringan angkutan umum antar kota dalam propinsi, angkutan perkotaan yang mencakup wilayah dua kabupaten/kota dalam satu propinsi Fasilitas keselamatan jalan propinsi dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis Pemerintah Kabupaten/kota Jalan Kabupaten/Kota Jaringan angkutan umum perkotaan dan perdesaan dalam wilayah satu kabupaten/kota Fasilitas keselamatan jalan Jalan Kabupaten/kota dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal serta subsidi operasi angkutan perintis

PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (2) Sinergitas dan Keterpaduan Perhubungan Darat dengan sektor/subsektor lain Kementerian Perhubungan : Perhubungan Laut Perhubungan Udara Perkereta-apian Kementerian Pekerjaan Umum Prasarana Jalan Kepolisian RI Keselamatan Lalu-lintas dan Penegakan hukum berlalu lintas Kementerian Perindustrian Kendaraan/Alat transportasi Kementerian Ristek/BPPT/ Teknologi Kendaraan dan Fasilitas Prasarana Perhubungan Darat

PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PRHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Sumber Pendanaan untuk Perhubungan Darat APBN : Jalan Kementerian PU Fasilitas keselamatan jalan dan asdp termasuk dermaga, pengadaan bus dan kapal) Kementerian Perhubungan Infrastruktur jalan propinsi, kabupaten/kota dan transportasi perdesaan serta keselamatan transportasi darat (Dana Transfer ke Daerah atau (Dana Alokasi Khusus = DAK masuk ke APBD) APBD : Propinsi /Kabupaten/Kota (berasal dari Pendapatan Asli Daerah = PAD)

PRINSIP PRINSIP PENINGKATAN SINERGITAS DAN KETERPADUAN PROGRAM DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT ANTAR SEKTOR DAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Data /Bukti Empiris : Dasar Usulan dan Persetujuan Kepentingan Publik (lokal, regional, nasional) Transparan : Perencanaan & Pelaksanaan Akuntable : Keadilan

AKURASI DATA/BUKTI UNTUK PERENCANAAN

AKURASI DATA/BUKTI UNTUK PERENCANAAN Kecelakaan lalu Lintas Jala Raya di Indonesia 2007-2012 No. Jenis Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan lima tahun 1 Kecelakaan Kecelakaan 45.508 59.164 62.960 109.319 109.776 117.949 159,2% 2 Kendaraan yang terlibat*) unit 84.090 130.062 212.308 212.011 239.257 239.257 184,5% 3 Korban meninggal orang 16.548 20.188 19.979 31.234 31.185 29.544 78,5% 4 Korban luka berat orang 20.180 23.440 23.469 46.851 36.767 39.704 96,7% 5 Korban luka ringan orang 45.860 55.772 62.936 97.702 108.811 128.312 179,8% 6 Total Korban orang 82.588 99.400 106.384 175.787 176.763 197.560 139,2% Dirjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan; Perhubungan Darat Dalam Angka 2012 *) tahun 2011 dan 2012 prediksi kementerian perhubungan

PRIORITAS PENANGANAN Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Umum 2011 dan 2012 2011 2012 No. Uraian Jenis Unit Unit % Unit Unit % 1 AKAP BB 16.610 20.505 3,2% 4.249 17.303 2,6% BS 3.895 13.054 2 Pariwisata BB 11.933 11.933 1,9% 1.987 20.959 3,2% BS - 18.972 3 AKDP BB 18.419 139.045 22,0% 41.796 135.583 20,8% BS 40.579 82.448 MPU 80.047 11.339 4 Angkutan Kota BB 11.067 269.320 42,7% 15.115 268.484 41,1% BS 14.675 250.885 MPU 243.578 2.484 5 Angkutan Perdesaan BS 2.412 100.651 15,9% 101.186 101.255 15,5% MPU 98.239 69 6 Antar jemput BS 67 335 0,1% 276 307 0,0% MPU 268 31 7 Sewa BS 30 11.386 1,8% 11.697 12.194 1,9% MPU 11.356 497 8 Angkutan Karyawan BB 483 1.081 0,2% 296 647 0,1% BS 287 320 MPU 311 31 9 Angkutan Permukiman BB 30 1.126 0,2% 1.129 1.377 0,2% MPU 1.096 248 10 Angkutan Perbatasan BS 241 8.584 1,4% 8.593 77.712 11,9% MPU 8.343 69.119 11 Taksi MPU 67.106 67.106 10,6% 17.477 17.477 2,7% Total 631.072 631.072 100,0% 653.298 653.298 100,0% Sub-total BB 58.542 64.572 Sub-total BS 62.186 487.431 Sub-total MPU 510.344 101.295 Total 631.072 653.298 Sumber : Ditjen Perhubungan Darat 2013 ; PDDA 2012

RPJMN PRIORITAS NASIONAL RPJP 2005-2025 RPJM IV (2020 2024) RPJM I (2005 2009) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJM II (2010 2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualias SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. RPJM III (2015 2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif RPJMN 2005-2024, Undang- Undang No. 17 Tahun 2007

ARAH PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN DARAT DALAM RPJMN 2015-1019 Konektivitas Angkutan Perkotaan Angkutan Intermoda Kontribusi sektor Transportasi untuk Pengurangan Gas Rumah Kaca

KONEKTIVITAS MELALUI ASDP, AKAP DAN PEMADU MODA SERTA ANGKUTAN PERDESAAN Penyusunan dan Integrasi Jaringan Pelayanan transportasi. Kontrak pelayanan kinerja untuk simpul simpul transportasi (Pengelola Bandara, pelabuhan, terminal bus, stasiun kereta api).

ANGKUTAN PERKOTAAN Pengintegrasian tarif dan jadwal Kontrak Pelayanan antara Pemerintah dengan Transport Operator Penegakan hukum lalulintas

ANGKUTAN PERKOTAAN Komposisi Jumlah Penduduk tinggal di Perkotaan dan Perdesaan 1971-2010 Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 Pertumbuhan 2000-2010 Indonesia 119,2 147,5 179,4 206,3 237,6 15,2% Kota (juta orang) 20,5 32,8 55,5 85,8 118,3 37,9% 17,2% 22,2% 30,9% 41,6% 49,8% Desa (juta orang) 98,7 114,7 123,9 120,5 119,3-0,9% % 82,8% 77,8% 69,1% 58,4% 50,2% Sumber ; BPS Sensus Penduduk 1971, 1980,1990,2010 21

ANGKUTAN PERKOTAAN Kota Kota di Indonesia Dengan Penduduk di atas 500 Ribu Jiwa di Tahun 2010 No. Nama Kota Provinsi Jumlah Penduduk (jiwa) 1 Jakarta Jakarta 9.588.198 2 Surabaya Jawa Timur 2.765.908 3 Bandung Jawa Barat 2.393.633 4 Bekasi Jawa Barat 2.336.489 5 Medan Sumatera Utara 2.109.339 6 Tangerang Banten 1.797.315 7 Depok Jawa Barat 1.736.565 8 Semarang Jawa Tengah 1.553.778 9 Palembang Sumatera Selatan 1.452.840 10 Makassar Sulawesi Selatan 1.339.374 12 Tangerang Selatan Banten 1.303.569 13 Batam Kepulauan Riau 949.775 14 Bogor Jawa Barat 949.066 15 Pekanbaru Riau 903.902 16 Bandar Lampung lampung 879.651 17 Padang Sumatera Barat 833.584 18 Malang Jawa Timur 819.708 19 Denpasar Bali 788.445 20 Samarinda Kalimantan Timur 726.223 21 Tasikmalaya Jawa Barat 634.424 22 Banjarmasin Kalimantan Selatan 625.395 23 Serang Banten 576.961 24 Balikpapan Kalimantan Timur 559.196 25 Pontianak Kalimantan Barat 551.983 26 Cimahi Jawa Barat 541.139 27 Jambi Jambi 529.118 28 Surakarta Jawa Tengah 500.642 22

ANGKUTAN INTERMODA Pengintegrasian tarif dan jadwal Pengurangan transaksi cost Pengurangan waktu perpindahan moda 23

KONTRIBUSI PENGURANGAN GAS RUMAH KACA DARI SEKTOR TRANSPORTASI Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 26% 26% Upaya sendiri RAN-GRK 15% 41% Upaya sendiri dan dukungan internasional Rencana Aksi Nasional GRK berasal dari usulan K/L yang merupakan optimalisasi kegiatan eksisting yang mempunyai co-benefit untuk penurunan emisi GRK. Proses seleksi kegiatan untuk pencapaian target penurunan emisi 26% (unilateral) dan 41% (dengan bantuan internasional) dilakukan melalui proses konfirmasi dan diskusi dengan K/L. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg Tahun 2009 untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 24

KEBIJAKAN UNTUK ENERGI DAN TRANSPORTASI (PERATURAN PRESIDEN NO. 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA ) Peningkatan Penghematan Energi. Penggunaan Bahan Bakar yang Lebih Bersih (Fuel Switching). Peningkatan Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Pemanfaatan Teknologi Bersih baik untuk Pembangkit Listrik dan Sarana Transportasi (Kapal angkutan sungai dengan tenaga matahari?). Pengembangan Transportasi Massal Nasional yang Rendah Emisi, Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. 25

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Sinergitas dan keterpaduan program dan pendanaan pembangunan di bidang perhubungan darat antar sektor dan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan tantangan dan sulit dilaksanakan karena selain keterbatasan anggaran juga karena berbagai kepentingan yang kadang saling bertentangan. Namun usaha melakukan sinergitas dan keterpaduan harus tetap dilaksanakan. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara transparan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan penting dan mendesaknya suatu kegiatan itu dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara umum (lokal, regional, nasional). Data yang akurat dan relevan yang disertai analisa yang adil diperlukan untuk menyusun dan atau menyetujui kegiatan yang paling banyak memberikan pelayanan kepada kepentingan umum sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dari berbagai pilihan yang ada (ditawarkan).

TERIMA KASIH