BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah produk budaya manusia yang berfungsi sebagai alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, mengolah data dan menarik

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN POHON PINTAR DI TAMAN KANAK-KANAK LUBUK BASUNG. Eva Mirmiyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN PIRING HURUF DI RAUDHATUL ATHFAL DARMA WANITA PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa usia Taman Kanak-kanak (TK) merupakan fase yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING HURUF BERGAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM NIKE PRANSISKA ABSTRAK

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan. Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dema Yulianto, M.Psi 2. Anik Lestariningrum, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENTINGNYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. datang. Mengembangkan bahasa seyogyanya dimulai dari masa usia dini, sebab. Lenneberg (Santrock, 371) tahun-tahun prasekolah

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. adalah ta'arafu artinya saling mengenal dan berinteraksi dengan. sesamanya. Melalui Al-Quran Allah memfirmankan-nya, "Hai manusia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia pra sekolah. Masa anak usia dini itu dapat disebut sebagai masa peka

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

PENGEMBANGAN BERBAHASA PADA ANAK USIA 4 5 TAHUN MELALUI METODE BERMAIN KARTU HURUF DI TK PSM 2 KAWEDANAN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V melalui Pendekatan Pragmatik, (Serang : IAIN SMH Banten, 2012), 1.

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah produk budaya manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa pula kita bisa menjelajahi dunia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga dapat dipergunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dengan jalan banyak bertanya atau membaca. Bahasa berperan pula untuk mengungkapkan isi hati dan perasaan atau menyampaikan buah pikiran. Dengan demikian manusia tidak mungkin melepaskan diri dari kegiatan berbahasa. Tanpa bahasa kita tidak dapat menyampaikan buah pikiran. Tanpa bahasa kita tidak dapat menyampaikan ide atau gagasan serta tidak dapat menyampaikan rasa ingin tahu. Apalagi bagi anak usia dini yang rasa ingin tahunya sangat besar. Dengan bahasalah anak dapat memenuhi bahkan memuaskan rasa ingin tahunya tersebut. Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap manusia. Bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi yang digunakan manusia sehari-hari. Menurut Judd dalam Hananti Sulastriningsih (2006:53) fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk membangun dan membentuk hubungan yang meluaskan cara berpikir pribadi sehingga kehidupan mentalnya menjadi bagian dari kehidupan mental kelompok. Pengertian tentang bahasa yang lain dikemukakan oleh Santrock (2007:353-355), Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi -entah itu lisan, tertulis atau isarat- yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Sedangkan 1

2 menurut Badudu dalam Dhieni et al. (2007) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Sekalipun berbeda tujuan dan berbeda asal bahasa, namun muara dari berbahasa adalah komunikasi dengan lingkungan dalam rangka mencari informasi maupun mengungkapkan gagasan. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipakai masyarakat untuk berinteraksi.tak bisa dibayangkan apabila manusia hidup tanpa bahasa atau tanpa komunikasi. Seluruh potensi akan berhenti berkembang baik sosial, emosional, dan intelektualnya. Bahkan pewarisan budaya pun akan terhambat kalau tidak mau dikatakan berhenti. Sebagai alat komunikasi, bahasa membuat kita mudah dalam bergaul dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia. Peran bahasa paling tidak meliputi tiga hal yang harus diketahui secara umum sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhartono (2005:12-13), yaitu : 1. Bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar. Manusia berpikir menggunakan otak, dan mengolah pemikiran tersebut melalui bahasa. Dengan bahasa pula manusia dapat menyampaikan hasil pemikiran atau penalaran, sikap serta perasaanya. Bergaul, berkomunikasi, mencari informasi, serta mengendalikan pikiran, sikap, dan perbuatan dengan menggunakan bahasa. 2. Bahasa sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Perilaku, tradisi, dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat akan terus diturunkan atau diwariskan secara terus menerus kepada generasigenerasi berikutnya, disampaikan menggunakan bahasa. Apabila tidak ada bahasa, maka semua hal yang telah disebutkan di atas tidak akan dikenal atau diketahui oleh masyarakat penerusnya. Begitu pula dengan ilmu dan teknologi, tidak akan bermanfaat dan berkembang karena untuk mengenalkan dan mengembangkannya menggunakan bahasa.

3 3. Bahasa berperan mempersatukan anggota masyarakat. Hal ini sejalan dengan bunyi sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 tepatnya butir ketiga : Menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Dapat diartikan bahwa di manapun kita berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, apabila mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu dengan menggunakan Bahasa Indonesia akan dipahami oleh lawan bicara meskipun berbeda bahasa karena berbeda daerah dan berbeda suku bangsa. Bahasa memberikan sumbangan besar dalam perkembangan anak. Dengan menggunakan bahasa, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa dan dapat bergaul di tengah-tengah masyarakat. Akhadiah et al. dalam Suhartono (2005:8) menyatakan bahwa dengan bantuan bahasa anak tumbuh organisme biologisnya menjadi pribadi dalam kelompok. Pemenuhan minat seseorang, bertambahnya pengalaman dan berkembangnya kemampuan untuk ikut serta dalam aktivitas berpikir dan penalaran yang lebih tinggi, kesemuanya menyandarkan pada penggunaan bahasa. Bahasa mempunyai beberapa fungsi, namun secara khusus kemampuan berbahasa pada anak usia dini mempunyai beberapa fungsi antara lain. 1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan 2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak 3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak 4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain (Depdiknas,2003:105). Bahasa harus terus dicari dan dikembangkan. Bahasa dapat diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, maupun apa yang dirasakan. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih bahasa yang paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan (Tarigan, 1988:1).

4 Anak berbahasa atau awal belajar bahasa dengan meniru apa yang didengar dari orang-orang di sekitarnya terutama ibu, baru kemudian meniru apapun yang didengar dari lingkungannya. Bahasa yang pertama diperolehnya disebut bahasa ibu. Anak adalah peniru ulung. Dalam pemerolehan bahasa pun meniru apa yang didengar secara berulang-ulang sampai anak memahaminya. Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan sehingga sejak usia dini aspek bahasa dikembangkan. Tujuan pengembangan berbahasa pada anak usia dini adalah agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan keluarga, teman sebaya, teman bermain, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggal anak. Seiring dengan berkembangnya kemampuan anak untuk merasa, berpikir, dan meluasnya minat anak yang ditunjang oleh pembelajaran yang merangsang, perbendaharaan bahasa anak akan semakin luas. Anak akan semakin mencurahkan perhatiannya pada bentuk-bentuk bahasa dan ketepatan makna, memperoleh kemampuan untuk memahami bahasa lisan dan tulisan. Lyons dalam Suhartono (2005:70) menyatakan: Suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Ketika anak mendapatkan bahasa, anak lebih mengarah pada manfaat komunikasi sehingga buah pikiran yang disampaikan dapat difahami oleh pendengar atau lawan bicaranya. Artinya, seorang penutur bahasa dapat menguasai bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari seluk-beluk atau tatanan bahasa tersebut. Ruqayyah (http://wassofa. wordpress.

5 com/2008/11/19/) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pemerolehan bahasa yang diutamakan oleh anak adalah anak dapat menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Benar atau salah bentuk bahasa tersebut tidak menjadi ukuran bagi anak. Ada beberapa cara tentang pemerolehan bahasa pada anak. Pemerolehan bahasa secara behavioristik, yaitu pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan. Yang perlu mendapat perhatian adalah frekuensi berulangnya kata dalam peniruan tersebut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Padeta dalam Suhartono (2005:74) bahwa, Berbahasa merupakan seperangkat kebiasaan yang diperoleh melalui proses belajar, sedangkan factor bawaanhanyalah merupakan potensi herediter. Lain pula teori pemerolehan bahasa mentalistik yang dikemukakan oleh Chomsky dalam Suhartono (2005:75) bahwa, Anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Potensi bahasa ini akan turut menentukan struktur bahasa yang akan mereka gunakan. Pandangan ini disebut pula hipotesis rasionalis atau hipotesis ide-ide bawaan. Menurut teori mentalistik proses pemerolehan bahasa bukan berdasarkan pada hasil belajar, tetapi disebabkan sejak anak dilahirkan, anak telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan

6 intelektualnya. Sedangkan perkembangan bahasa anak bukanlah perubahan rangkaian proses yang berlangsung sedikit demi sedikit pada struktur bahasa yang tidak benar. Pemerolehan bahasa merupakan tingkatan yang bersistem dari kelengkapan-kelengkapan bawaan ditambah pengalaman ketika anak mulai bersosialisasi yang kemudian dikembangkan, diperluas bahkan diubah. Teori selanjutnya disebut kognitif. Dalam teori ini disebutkan bahwa apa yang dikemukakan dalam teori behaioristik hanya yang dapat dilihat, dan teori menalistik sangat abstrak, formal,dan implisit.sedangkan menurut teori kognitif itu sendiri beranggapan bahwa struktur secaraproses linguistic yang abstrak mendasari produksi dan komprehensi ujaran. Pemerolehan bahasa pada anak akan terjadi apabila (1) apa yang ingin diketahui anak dari orang lain, (2) hubungan kata-kata yang membentuk kalimat yang diucapkan anak, (3) interaksi anak dengan pendengar, dan (4) pecakapan determinasi linguistik (linguistic determinism) dan determinasi kognitif (cognitive determinism). Determinasi linguistic mengacu pada perkembangan bahasa anak yang ditentukan oleh system bahasa yang telah dibawa sejak lahir. Determinasi kognitif dipengaruhi oleh lingkungan anak. Artinya, apa yang ingin diketahui anak dari orang lain diperoleh melalui proses mendengarkan. Hasil mendengarkan yang maknyanya tidak dipahami anak akan ditanyakan pada pihak lain dengan menggunakan kegiatan berbicara dalam bentuk kalimat. Kalimat yang keluar dari alat ucap anak tidak mengindahkan pada tata kalimat akan tetapi pada konteks pemahaman apa yang disampaikan anak.

7 Ketika seorang anak telah memasuki dunia pendidikan (sekolah), perkembangan sosial pun semakin bertambah. Komunikasi yang berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi dengan lingkungan semakin dirasakan keberadaannya. dan komunikasi mutlak menggunakan bahasa. Dengan demikian, menambah perbendaharaan kata menjadi kebutuhan bagi anak. Pelatihan berbahasa formal dirancang oleh guru untuk menerima bahasa atau dalam rangka pemerolehan bahasa melalui mendengarkan cerita dari guru, percakapan teman bermain maupun mendengarkan lagu baik dari guru maupun dari kaset yang diputarkan, serta syair yang diucapkan guru atau temannya. Kegiatan dalam rangka pemerolehan bahasa pada anak usia dini sangat efektif apabila dilakukan melalui kegiatan bermain. Bermain merupakan kebutuhan anak untuk menyalurkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Bermain juga untuk memuaskan rasa ingin tahu anak yang merupakan bagian dari kehidupan anak. Seperti yang dikemukakan oleh Dockett dan Fleer dalam Yuliani (2009:144) bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak dapat memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Penekanan bermain adalah pada perkembangan kreativitas anak-anak, karena pada kegiatan bermain secara tidak sadar anak-anak melakukan berbagai percobaan atau eksperimen untuk meyakinkan dirinya akan apa-apa yang diperoleh melalui apa yang dilihat dan apa yang didengar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wolfgang dalam Yuliani (2009:145) yang mengatakan bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan

8 kognitif. Jelaslah, seluruh potensi yang ada dan dibutuhkan anak dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Pada dasarnya anak belajar melalui bermain. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak berkembang secara optimal. Cukup kuat alasan kenapa pada pendidikan anak usia dini menerapkan prinsip belajar melalui bermain. Salah satu aspek pengembangan yang dikembangkan di pendidikan anak usia dini ada pengembagan bahasa. Banyak strategi yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk membantu anak dalam mengembangkan aspek bahasanya. Beberapa strategi tersebut antara lain bercerita, permainan bahasa, sandiwara boneka, bercakap-cakap, dramatisasi, mengucapkan syair, dan yang lainnya. Implementasi kegiatannya yaitu berupa permainan. Permainan akan lebih bermakna apabila ditunjang oleh alat bantu pembelajaran yang kita kenal sebagai alat permainan edukatif. Alat permainan yang digunakan dalam pengembangan bahasa cukup beragam di antaranya: buku cerita, gambar seri, kartu huruf dan kartu kata, papan planel dengan potongan-potongan gambar, serta yang lainnya. Dengan alat permainan yang bervariasi, diharapkan dapat memotivasi peserta didik dalam mengembangkan bahasanya. Tanpa rangsangan yang disiapkan atau diciptakan oleh guru di lingkungan bermain anak, minat anak dalam berbahasa akan lamban tumbuhnya. Hal ini dapat menghambat pemerolehan bahasa anak. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, kurangnya pemerolehan bahasa pada anak usia dini yang telah memasuki dunia sekolah lebih

9 diakibatkan dampak dari bahasa ibu yang telah dikuasai serta cara memanfaatkan media pembelajaran. Menurut Helnich, Molenda dan Russell dalam Eliyawati (2008:9), media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan bahwa, proses dan hasil belajar pada siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Pada kenyataannya berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa taman kanak-kanak dan raudhatul atfal yang ada di Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka tepatnya di TK Setya Budhi Desa Ciparay, TK Karangsari Desa Karangasem, RA Raudlatul Ulum Desa Leuwimunding, dan RA Laa Tansa Desa Lame, pemerolehan bahasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Anak kurang lancar atau tersendat-sendat ketika mengungkapkan pengalamannya. Terlebih lagi ketika menjawab pertanyaan guru tentang materi yang disampaikan. Kenyataan ini ditunjang pula oleh dialog dengan dua orang tua murid dari TK Setya Budhi, dua orang dari TK Karangsari, tiga orang dari RA Raudlatul Ulum, dan dari RA Laa Tansa. Informasi yang penulis peroleh, anak belum mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan oleh guru. Jawaban yang dikemukakan oleh anak hanya berupa kata setelah dimotivasi oleh guru berkenaan

10 dengan cerita yang telah diceritakan. Salah satu sebab ketidaklancaran anak dalam mengungkapkan buah pikirannya atau untuk memenuhi rasa ingin tahunya adalah keterbatasan perbendaharaan bahasa anak. Perbendaharaan kata yang terbatas membuat anak sulit mengeluarkan ide dan perasaannya. Pembelajaran untuk memperoleh bahasa pada anak umumnya dilakukan melalui bercerita tanpa alat dan tanya jawab. Membacakan cerita atau story reading jarang dilakukan guru, umumnya berkisar antara 1-2 kali dalam satu tahun ajaran. Pemerolehan bahasa anak menjadi lamban. Apalagi bahasa yang digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia sedangkan yang dikuasai anak adalah bahasa ibu yang umumnya bahasa daerah. Selain hal-hal tersebut di atas, kurangnya pemerolehan bahasa pada anak usia dini yang telah memasuki dunia sekolah diakibatkan oleh kurangnya kreatifitas guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. Media pembelajaran tidak terbatas pada apa yang diperoleh dengan jalan membeli, akan tetapi seluruh benda yang ada di sekitar anak termasuk benda-benda alam dapat dijadikan alat permainan edukatif. Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan melakukan eksperimen kuasi untuk memberikan solusi dalam pemerolehan bahasa anak. Eksperimen kuasi yang penulis lakukan berupa permainan menggunakan media kartu. Ada beberapa media kartu yang biasa digunakan sebagai alat permainan edukatif pada pandidikan anak usia dini antara lain (1) kartu bergambar adalah kartu yang didalamnya hanya terdapat gambar saja, (2) kartu kata bergambar adalah kartu selain memuat gambar di bawahnya dicantumkan pula tulisan tentang nama gambar tersebut, (3) kartu kata adalah kartu yang di

11 dalamnya hanya memuat sebuah kata, dan (4) kartu huruf di dalamnya memuat satu huruf atau fonem. Adapun media kartu yang peneliti gunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah kartu kata bergambar. Pelaksanaan permainana adalah dengan mencari kartu kata bergambar yang disimpan dalam suatu wadah dalam jumlah banyak dan beragam yang sama dengan kartu kata yang ditunjukkan guru atau yang disebutkan guru. Setelah berhasil ditemukan anak menyebutkan nama kartu kata bergambar tersebut. Agar anak senang ketika melakukan permainan dalam rangka pemerolehan bahasa, maka kegiatan dilakukan dengan cara lomba. Jenis lomba antara lain lari, jalan, merangkak, dan jinjit. Apapun jenis pemainan yang dilakukan, pada intinya adalah anak melacak keberadaan kata dengan menyebutkan nama kartu kata bergambar yang berhasil dilacak dalam rangka pemerolehan bahasa. Permainan dengan menggunakan kartu kata bergambar ini penulis beri nama Lacak Kata. Berdasarkan paparan di atas penulis mencoba menerapkan permainan lacak kata dalam rangka pemerolehan bahasa dengan berbagai variasi lomba. Kegiatan dengan penggunaan media kartu kata bergambar dapat memotivasi anak untuk melakukan kegiatan dengan perasaan senang. Pemerolehan bahasa yang diteliti dengan kegiatan permainan menggunakan media atau alat permainan edukatif kartu kata bergambar, maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kajian Pengaruh Permainan Lacak Kata dengan Media Kartu Terhadap Peningkatan Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia Dini (Studi Eksperimen

12 Kuasi di Raudhatul Athfal Raudlatul Ulum Jalan K.H.Tohir Leuwimunding Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat). B. Rumusan Masalah Apa yang telah diuraikan di atas dapat dijadikan landasan dalam penelitian ini adanya upaya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan pemerolehan bahasa pada anak. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah permainan lacak kata dengan menggunakan media kartu dapat meningkatkan pemerolehan bahasa pada anak usia dini? Pokok permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian. Adapun penjabaran pertanyaan penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pemerolehan bahasa anak sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran permainan lacak kata dengan media kartu? 2. Bagaimana gambaran pemerolehan bahasa anak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran permainan lacak kata dengan media kartu? 3. Apakah permainan lacak kata dengan media kartu dapat meningkatkan pemerolehan bahasa anak secara signifikan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di bagian terdahulu, maka tujuan dalam penelitian yang penulis harapkan dapat dicapai adalah sebagai berikut:

13 1. Untuk mengetahui gambaran pemerolehan bahasa anak sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran permainan lacak kata dengan media kartu 2. Untuk mengetahui gambaran pemerolehan bahasa anak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran permainan lacak kata dengan media kartu 3. Untuk mengetahui peningkatan pemerolehan bahasa yang signifikan pada anak melalui permainan lacak kata. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoretis Penelitian berkenaan dengan pemerolehan bahasa yang dilakukan melalui penerapan permainan lacak kata diharapkan hasilnya dapat mewarnai teori-teori yang telah ada. Teori yang membahas tentang kebahasaan telah cukup banyak. Penelaahan sekaligus pembuktian melalui praktik telah sangat banyak dilakukan. Akan tetapi pada penelitian ini penulis menyajikan strategi dengan menggunakan lomba yang bervariasi. Hasilnya dapatlah dijadikan inspirasi untuk menciptakan teori-teori baru tentang kebahasaan, baik dilihat dari sudut metoda, alat permainan edukatif, maupun dari sudut lainnya yang tujuan utamanya adalah untuk lebih mengoptimalkan upaya bagi pendidikan anak usia dini. 2. Manfaat secara praktis Selain manfaat secara teoretis seperti yang telah dipaparkan di atas, diharapkan pula penelitian ini bermanfaat bagi guru, kepala sekolah, dan bagi lembaga pendidikan.

14 a. Manfaat bagi guru Hasil penelitian ini dapat menginspirasi guru untuk membuat inovasi-inovasi pembelajaran baik yang menyangkut strategi maupun imlpementasinya yang dituangkan dalam program pembelajaran. Program pembelajaran yang dibuat meliputi program mingguan dan program harian yang menjabarkan dari program tahunan dengan mengacu pada Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Kurikulum PAUD). Bentuk program mingguan adalah Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), sedangkan program harian berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH). Alat penunjang pendidikan dapat pula dikembangkan oleh guru dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. b. Manfaat bagi kepala sekolah Berdasarkan hasil penelitian ini dapatlah menjadi acuan bagi Kepala Sekolah untuk lebih menguatkan keputusan dalam mendukung program-program yang telah dibuat bersama guru. Bentuk dukungan dapat berupa ajuan program tahunan yang salah satunya berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu bentuknya dapat berupa pelatihan yang menyangkut kompetensi guru. c. Bagi lembaga pendidikan Pemaparan hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadian acuan untuk lebih memahami pendidikan anak usia dini termasuk di dalamnya tentang kebutuhan anak. Dengan hasil pemahaman tersebut fihak lembaga dapat mencari dan mengatur anggaran dengan memilih dan memilah hal apa yang

15 diprioritaskan sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut. d. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi fihak manapun yang akan melakukan penelitian tentang pendidikan anak usia dini. Dari sudut mana penelitian dilakukan sesuai dengan temuan masalah di lapangan. Paling tidak hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan reverensi untuk menentukan langkah-langkah penelitian. E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009:64). Pada penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Pembelajaran yang telah disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku serta kegiatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dengan tujuan memperolehan bahasa berhasil meningkat secara signifikan karena dilakukan dengan kegiatan bermain yang merupakan bagian dari kehidupan anak. 2. Permainan lacak kata yang diterapkan pada pembelajaran bahasa dapat digunakan untuk meningkatkan pemerolehan bahasa secara signifkan. F. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian yang penulis gunakan di RA Raudlatul Ulum Leuwimunding, Kabupaten Majalengka. Kelompok yang digunakan dalam

16 penelitian ini Kelompok B1 dan Kelompok B2 dengan usia antara lima sampai enam tahun. Masing-masing kelas berjumlah 27 untuk kelompok B1 dan 29 anak untuk kelompok B2. Jumlah anak yang masuk kelompok B dengan usia 5-6 tahun adalah 56 anak.