HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

BAB III METODE PENELITIAN. Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL (STUDI KASUS NIKARAGUA AMERIKA SERIKAT)

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

KEBIJAKAN INTERNASIONAL PENGATURAN LEMBAGA GANTI RUGI DALAM PENYELESAIAN GANTI RUGI AKIBAT PENGOPERASIAN BENDA-BENDA ANGKASA BUATAN.

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

AKIBAT PENGGUNAAN HAK VETO OLEH AMERIKA SERIKAT TERHADAP KASUS AGRESI ISRAEL DI GAZA

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP KEJAHATAN TERORISME YANG MELEWATI BATAS-BATAS NASIONAL NEGARA-NEGARA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni

HAK MEMBENTUK ORGANISASI KEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

PENERAPAN HUKUMAN MATI SECARA MASSAL DI MESIR DITINJAU DARI HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. negara di dalam urusan internal negara lain. Hal ini dikaitkan dengan prinsip

TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN BRISTISH PETROLEUM

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

PENENTUAN TITIK TERLUAR DARI PULAU REKLAMASI BERDASARKAN UNCLOS 1982

BAB I PENDAHULUAN. Israel dan Palestina adalah dua negara yang tidak asing lagi di telinga

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

PERWUJUDAN NETRALITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA

HUKUMAN MATI TERKAIT KEJAHATAN NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEREK YANG TELAH TERDAFTAR OLEH PEMEGANG MEREK MENURUT UNDANG UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG- UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

TINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

ANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA

PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME DALAM DUNIA MAYA (CYBER-TERRORISM) BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

STATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA BAGI PENDUKUNG ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDONESIA DALAM KASUS PENYADAPAN OLEH AUSTRALIA

c. Menyatakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27

Transkripsi:

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN Oleh: Sulbianti Pembimbing I : I Made Pasek Diantha Pembimbing II: Made Mahartayasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Veto right that is exclusively granted for the permanent members of the United Nations (UN) Security Council have always been a controversy for the international community. This research aims to analyze the regulation of veto rights as well as to analyze the relation between such right with the principle of sovereign equality which contained in the UN Charter. This writing is normative legal research which applied statute approach that analyzes the relevant international legal instruments and also applied the analytical and conceptual approach. The conclusion that might be drawn on this research are the veto rights were regulated implicitly in Article 27 point (3) of the UN Charter, and the existence of a veto is contrary to the principle of sovereign equality which contained in Article 2 point (1) of the Charter. Keywords: Veto Right, Security Council, United Nations, Sovereign Equality ABSTRAK Hak veto yang dimiliki oleh anggota-anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) senantiasa menjadi kontroversi bagi masyarakat internasional. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hak veto dalam Piagam PBB serta untuk menganalisis keterkaitan antara hak veto dengan prinsip persamaan kedaulatan yang ada dalam Piagam PBB. Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan perundangundangan, yang dalam hal ini menganalisis instrumen-instrumen internasional yang relevan dan pendekatan analis konsep hukum. Tulisan ini menyimpulkan bahwa hak veto diatur secara implisit dalam Pasal 27 ayat (3) Piagam PBB. Adapun keberadaan hak veto bertentangan dengan prinsip persamaan kedaulatan yang ada dalam Pasal 2 ayat (1) Piagam PBB. Kata Kunci: Hak Veto, Dewan Keamanan, Perserikatan Bangsa Bangsa, Prinsip Persamaan Kedaulatan 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak veto merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) yakni Amerika Serikat, China, Inggris, Perancis dan Rusia 1 Keberadaan hak veto saat ini banyak mendapat kritikan dari masyarakat internasional karena disalahgunakan untuk kepentingan negara pemegang hak veto. Salah satu contoh penyalagunaan hak veto dapat dilihat pada kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di Ukraina. Rusia menjatuhkan veto terhadap draft resolusi nomor S/2015/562 yang berisi tuntutan untuk membentuk lembaga peradilan khusus untuk menyelidiki kasus jatuhnya pesawat tersebut, sehingga Piagam tersebut tidak dapat diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB. Keberadaan hak veto tersebut tentu bertentangan dengan prinsip persamaan kedaulatan. Prinsip persamaan kedaulatan menempatkan semua negara anggota PBB dalam kedudukan yang sama baik dari segi hak dan kewajiban. danya hak veto membuat kelima negara anggota tetap seakan memiliki kedaulatan yang lebih dibandingkan dengan negara anggota lainnya. 1.2. Tujuan Ada dua tujuan yang secara khusus hendak dicapai dalam tulisan ini, yaitu untuk menganalisis pengaturan serta untuk menganalisis keterkaitan antara hak veto dengan prinsip persamaan kedaulatan yang ada dalam Piagam PBB. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian Artikel ini merupakan penelitian hukum normatif yang mengkaji bahanbahan pustaka yang lazimnya disebut sebagai data sekunder. 2 Artikel ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang dalam 1 Pasal 23 ayat (1) Piagam PBB 2 Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 12. 2

hal ini penulis menganalisis instrumen instrumen internasional yang relevan dan pendekatan analisis konsep hukum. 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Pengaturan hak veto dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Sebagai organisasi internasional yang menaungi negara-negara di dunia, PBB bertujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan prinsipprinsip persamaan derajat, mencapai kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan internasional di bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalahmasalah kemanusiaan, hak-hak asasi manusia serta menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama. 3 Untuk mencapai maksud dan tujuan dalam Piagam, PBB memerlukan alat kelengkapan yaitu Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat. 4 Salah satu organ utama PBB yang paling menonjol adalah Dewan Keamanan. Organ ini beranggotakan lima belas negara, yang mana lima negara merupakan anggota tetap dan sepuluh sisanya merupakan anggota tidak tetap. 5 Negara anggota tetap Dewan Keamanan memiliki sebuah hak istimewa yang disebut hak veto. Hak veto adalah hak untuk membatalkan suatu rancangan resolusi yang telah diputuskan oleh suara terbanyak anggota Dewan Keamanan. 6 Ketentuan dalam Piagam PBB tidak ada menyebutkan apa itu hak veto,dan apa tujuan dari hak veto itu sendiri. Adapun substansi yang mengatur hak ini tertuang di dalam Pasal 27 ayat (3) Piagam PBB yang secara garis besar mengatur tentang syarat suara yang harus dipenuhi agar suatu keputusan dapat dilaksanakan. Keputusan Dewan Keamanan dalam perkara procedural akan 3 Lihat Pasal 1 Piagam PBB 4 Pasal 7 ayat (1) Piagam PBB 5 Anonim, Main Organs ( Securuty Council ) http://www.un.org/en/sections/about-un/mainorgans/index.html, diakses tanggal 1 November 2015 6 Lihat Teuku May Rudy, 2011, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, h.102. 3

menjadi sah dan dilaksanakan apabila mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 9 anggota dari 15 anggota dewan, termasuk seluruh anggota tetap. 2.2.2 Keterkaitan antara Hak Veto Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa dengan Prinsip Persamaan Kedaulatan Hak veto merupakan imbalan dari tanggung jawab negara pemenang perang dunia II terhadap tugas menjaga perdamaian dan keamanan internasional. 7 Keberadaan hak veto banyak mendapat kritikan masyarakat internasional karena dianggap bertentangan dengan prinsip Persamaan kedaulatan seperti tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) Piagam PBB. Prinsip persamaan kedaulatan dapat kita temukan di Declaration on Principles of International Law, Friendly Relations and Cooperation Among States in Accordance with the Charter of the United Nations 1970 yang menyatakan bahwa semua negara dapat menikmati kedaulatan yang sama. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sebagai anggota yang sama dari masyarakat internasional dan tidak terhalang oleh perbedaan ekonomi, sosial, politik termasuk dalam hal kedudukan mereka dalam sebuah organisasi internasional. 8 Keberadaan hak veto memunculkan anggapan bahwa kelima anggota tetap DK PBB memiliki kedudukan dan atau kedaulatan yang lebih tinggi diantara negara-negara anggota PBB yang lain. 9 Hal ini terlihat ketika pemungutan suara di Dewan Keamanan. Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa semua anggota memiliki satu hak suara (tidak ada pembedaan antara anggota tetap maupun tidak tetap), namun Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa terkait perkara non prosedural maka keputusan harus disetujui oleh kelima anggota tetap baru kemudian 7 Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 291. 8 UN Document, Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Co-operation among States in accordance with the Charter of the United Nations URL : http://www.un-documents.net/a25r2625.htm 9 Setyo Widagdo, 2007, Dasar Pengaturan Prinsip Persamaan Kedaulatan dan Hak Veto dalam Pengambilan Keputusan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, h. 2 4

keputusan tersebut dapat dilaksanakan. Hal ini tentu meunjukkan bahwa terdapat pembedaan antara anggota tetap dan tidak tetap. Perkembangannya saat ini, hak veto banyak disalahgunakan untuk kepentingan nasional negara pemegang hak veto. Salah satunya pada kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di Ukraina. Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan veto Federasi Rusia harus dilihat dalam konteks agresi terhadap negaranya. 10 Dainius Baublys perwakilan dari Lithuania mengatakan bahwa kejahatan keji sedang ditangani saat ini menyerukan jawaban dari Dewan. Penembakan MH17 merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional dan itu adalah tindakan yang disengaja. 11 Beberapa negara kemudian mengusulkan draft resolusi untuk keperluan pengusutan kasus tersebut dengan membentuk lembaga peradilan khusus. 12 Sayangnya Rusia memveto draft resolusi tersebut karena menganggap persoalan tersebut merupakan kasus kecelakan pesawat biasa dan tidak mengganggu perdamaian dan keamanan internasional sehingga tidak perlu membentuk lembaga tertentu. 13 Penyimpangan yang dilakukan oleh negara pemegang hak veto membuat negara-negara anggota PBB yang tidak memiliki hak veto berusaha melakukan reformasi terhadap organisasi tersebut terutama DK PBB. Usaha reformasi tersebut justru terkendala oleh ketentuan dalam Pasal 108 dan Pasal 109 Piagam yang menyatakan bahwa untuk mengamandemen Piagam PBB harus dengan persetujuan suara bulat kelima anggota tetap Dewan Keamanan. Secara logika, sangat kecil kemungkinan kelima negara anggota tetap bersedia melepas hak istimewa mereka yaitu hak veto. 10 Security Council, 2015, Security Council Fails to Adopt Resolution on Tribunal for Malaysia Airlines Crash in Ukraine, Amid Calls for Accountability, Justice for Victims, URL : http://www.un.org/press/en/2015/sc11990.doc.htm 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Ibid. 5

III. KESIMPULAN Pengaturan hak veto dalam Piagam PBB hanya terdapat secara implisit dalam Pasal 27 ayat (3) Piagam yang menyatakan bahwa keputusan-keputusan Dewan Keamanan mengenai hal-hal lainnya (non prosedural) akan ditetapkan dengan dengan suara setuju dari sembilan anggota termasuk suara bulat dari anggota tetap, dengan ketentuan bahwa dalam keputusan-keputusan berdasarkan Bab VI dan berdasarkan Pasal 52 ayat (3) pihak yang berselisih tidak diperkenankan memberikan suaranya. Kaitan antara hak veto dengan prinsip persamaan kedaulatan yang ada dalam Piagam PBB bertentangan satu sama lain. Hal ini dikarenakan hak veto yang dimiliki Dewan Keamanan hanya dimiliki oleh lima negara besar pemerkasa organisasi tersebut dan dengan demikian bertentangan dengan prinsip persamaan kedaulatan yang pada hakikatnya menyatakan bahwa setiap negara memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam PBB yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Piagam PBB. DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia, Jakarta. Teuku May Rudy, 2011, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung. ARTIKEL Setyo Widagdo, 2007, Dasar Pengaturan Prinsip Persamaan Kedaulatan dan Hak Veto dalam Pengambilan Keputusan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang INTERNET Anonim, Main Organs ( Securuty Council ) http://www.un.org/en/sections/aboutun/main-organs/index.html UN Document, Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Co-operation among States in accordance with the 6

Charter of the United Nations URL : http://www.undocuments.net/a25r2625.htm Security Council, 2015, Security Council Fail to Adopt Resolution on Tribunal for Malaysia Airlines Crash in Ukraine, Amid Calls for Accountability, Justice for Victims, URL: http://www.un.org/press/en/2015/sc11990.doc.htm INSTRUMEN INTERNASIONAL Charter of the United Nations (Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa) Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Co-operation among States in accordance with the Charter of the United Nations 7