BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Sekolah sebagai institusi pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik yang sudah lalu maupun yang terbaru. Teks berita adalah naskah

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB IV HASIL PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Diera modern sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arnot Pakpahan Surel :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Metode Pembelajaran. Gamaliel Septian Airlanda

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran adalah suatu hal yang cukup kompleks dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 2 ISSN X. Lisnawati, Achmad Ramadhan, dan Bustamin

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat memerlukan adanya peningkatan kemampuan siswanya dalam membaca permulaan.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa fungsi dalam kaitan berkomunikasi. Fungsi bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang mutlak bagi setiap manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Sekolah sebagai institusi pendidikan pada dasarnya bertujuan mempersiapkan siswa untuk memecahkan masalah kehidupan, pada masa sekarang dan masa yang akan datang dengan pengembangan potensi yang dimilikinya. Peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa. Inti dari proses pendidikan secara umum adalah guru mengajar, sedangkan inti dari proses pengajaran itu pada hakikatnya adalah siswa belajar. Iskandar (2009:98) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru atau pengajar. Dua konsep tersebut terpadu dalam suatu kegiatan apabila terjadi suatu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa pada saat jam pengajaran berlangsung. Pada kegiatan-belajar mengajar di masa lalu banyak interaksi belajarmengajar yang berjalan secara searah. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru 1

menjadi sangat dominan. Di lain pihak, siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Hal ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional (Sardiman, 2007:3). Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru (Asnawir, 2002:1). Banyak faktor psikologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada kenyataannya bahwa faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar dalam memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya, tanpa kehadiran faktor psikologis, bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar. Faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif (Thomas Staton, dalam Sunhaji, 2009:16). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa adalah kemampuan konsentrasi siswa. Kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi penting pada saat belajar, maupun pada saat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Berkaitan dengan itulah konsentrasi belajar siswa perlu memperoleh 2

perhatian lebih agar siswa kelak mampu memperhatikan dan menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam proses belajar mengajar (Marbun, 2012:1). Selain di lingkungan sekolah, di rumah pun anak harus bergelut dengan berbagai tujuan dan agenda pembelajaran. Dengan memaksakan otak untuk bekerja sangat keras maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam otak antara otak kanan dan otak kiri, juga dapat menyebabkan kelelahan pada otak sehingga konsentrasi dalam belajar anak menjadi menurun. Salah satu faktor yang dapat membawa keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaarannya adalah konsentrasi yang baik. Dengan berkonsentrasi, maka segala hal dapat terekam sebaik-baiknya di dalam memori otak dan selanjutnya dengan mudah dapat dikeluarkan pada saat-saat dibutuhkan (Purwanto, 2010:89). Konsentrasi belajar sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Tanpa konsentrasi belajar, maka peristiwa belajar itu sesungguhnya tidak ada atau tidak berlangsung. Oleh karena itu setiap anak dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat berkonsentrasi dengan baik. Kemampuan anak dalam berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang diberikan oleh guru. Seorang anak yang mempunyai kemampuan baik dalam konsentrasi akan lebih cepat menangkap materi yang disampaikan guru pada proses pembelajaran daripada siswa yang mempunyai kemampuan konsentrasi kurang baik (Slameto, 2010:85). Secara umum yang dimaksud dengan konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan siswa dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran jika dia bisa 3

memusatkan perhatian pada apa yang dipelajarinya. Dengan berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar yang dipelajarinya (Slameto, 2012:86). Konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Istianah (2008) bahwa konsentras i belajar dipengaruhi oleh sarapan, berdasarkan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara sarapan dengan konsentrasi belajar, jadi siswa yang sebelumnya sarapan sebelum mengikuti kegiatan belajar makan akan semakin meningkatkan konsentrasinya dalam belajar. Berhubungan dengan ini, Suryani (2012) juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara tingkat ergonomi kursi dengan tingkat konsentrasi belajar, dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ergonomic kursi dengan konsentrasi belajar, siswa dengan posisi duduk yang ergonomi dapat meningkatkan konsentrasinya dalam belajar. Keberhasilan pembelajaran bersifat measurable and observable (dapat diukur dan dilihat). Keberhasilan pembelajaran mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Fungsi dari ketuntasan belajar adalah untuk memastikan semua siswa menguasai kompetensi yang diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah kemateri ajar selanjutnya. Patokan ketuntasan belajar mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan komponen guru dan siswa (Suaidinmath, 2012:1). 4

Salah satu tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah adanya partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun keberhasilan tersebut hingga saat ini masih sulit tercapai, selain sarana prasarana yang belum lengkap, juga disebabkan konsentrasi belajar yang relatif rendah. Hal demikian di atas yang terjadi di MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2013 menunjukkan bahwa kondisi 5 kelas di sekolah tersebut cenderung tidak kondusif pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mana dijumpai permasalahan yang dihadapi oleh siswa seperti siswa mengganggu teman sebangkunya dalam proses pembelajaran, siswa gelisah saat mengikuti proses pembelajaran, siswa tidak tenang dan tidak bisa memperhatikan guru dalam penyampaian bahan pelajaran, siswa tidak dapat menuntaskan tugas dengan baik, siswa melamun di dalam kelas, siswa tidur di dalam kelas, siswa tidak mengikuti instruksi guru dengan baik serta siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya berpengaruh pada nilai yang diperoleh oleh siswa pada tugas dan ulangan yang menunjukkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah standart ketuntasan minimal sehingga siswa harus mengikuti ujian ulang tau remidi. Perilaku tersebut dapat menggambarkan bahwa konsentrasi belajar siswa MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang relatif rendah karena berdasarkan indikator untuk mengukur konsentrasi siswa dalam belajar sebagaimana dikemukakan oleh Super dan Crities (dalam Rachman, 2010:1) bahwa cici-ciri siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang tinggi adalah 5

sebagai berikut: 1) Memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru, 2) Dapat merespon dan memahami setiap materi pelajaran yang diberikan, 3) Selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru, 4) Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru, dan 5) Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran. Selain hasil observasi di atas, dari hasil wawancara dengan Huda selaku kepala sekolah menunjukkan bahwa siswa cenderung mencari alasan untuk tidak ikut pelajaran seperti permisi ke toilet, dan beberapa alasan lainnya. Selanjutnya Huda menambahkan bahwa kurangnya konsentrasi siswa pada kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan suasana kelas yang tidak kondusif seperti siswa berbicara sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru merupakan indikasi bahwa siswa tidak memiliki niat pada kegiatan belajar tersebut. Huda juga mengungkapkan bahwa alasan siswa seperti itu karena mereka merasa pelajaran itu membosankan, guru yang menyampaikan materi tidak menarik, terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk memperkaya pengetahuan mereka dengan materi yang disampaikan (Wawancara tanggal 27 Juli 2013). Fakta-fakta di atas berhubungan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar yang kurang diminati oleh siswa sehingga siswa tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Hal ini berkaitan dengan persepsi siswa mengenai keterampilan guru mengajar. Berdasarkan hasil survey dengan sejumlah siswa MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang diperoleh hasil bahwasanya menurut 6

mereka keterampilan mengajar guru yang baik dapat penulis rangkum dalam beberapa kriteria berikut: 1) Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam mengkondisikan siswa serta mengatur kondisi kelas, 2) Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, misalnya agar tidak menjenuhkan siswa diberi permainan edukatif, 3) Guru memiliki kompetensi psikomotor yang meliputi, keterampilan ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan nonverbal (pernyataan tindakan) yang direfleksikan ketika mengelola proses mengajar-belajar. Dalam hal merefleksikan ekspresi verbal guru sangat diharapkan terampil dalam arti fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atau mengomentari sanggahan dan pendapat siswa. Mengenai keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasai guru ialah dalam hal mendemonstrasikan hal-hal yang terkandung dalam materi pelajaran, seperti kecakapan dalam menulis dan membuat bagan di papan tulis, memeragakan proses terjadinya sesuatu, memeragakan prosedur melakukan keterampilan praktis, selain itu siswa juga menyukai guru yang murah senyum, adil dan tidak pilih kasih, memiliki pengetahuan yang luas dan tidak mengandalkan buku bahan ajar, dan 4) Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam memotivasi siswa agar tetap aktif mengikuti pelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung hingga selesai. Beberapa kriteria keterampilan mengajar guru menurut siswa MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang sebagaimana telah disebutkan diatas sejalan dengan pendapat Gagne (dalam Dahar, 2011:127) mengenai keterampilan 7

dasar yang harus dimiliki guru saat mengajar yaitu meliputi: 1) keterampilan membuka pelajaran, 2) keterampilan mengadakan variasi, 3) keterampilan menjelaskan, 4) keterampilan mengelola kelas, 5) keterampilan membimbing pembelajaran perseorangan atau individual, dan 6) keterampilan menutup pelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas, guru seharusnya mampu mengembangkan suasana belajar agar siswa betah berada di kelas. Seperti dikemukakan oleh Gilbert Hunt bahwa guru yang unggul adalah guru yang dapat melakukan variasi dalam metode mengajar, guru yang baik mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara momentum, menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa, memonitor tempat duduk siswa, melibatkan siswa dalam tutorial sebaya, menghindari kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian informasi, selalu melakukan formative test dan post test, menggunakan kelompok besar untuk pengajaran instructional, menunjukkan pada siswa tentang pentingnya bahan-bahan yang mereka pelajari, menunjukkan proses berpikir yang penting untuk belajar, dan berpartisipasi dan mampu memberikan perbaikan terhadap kesalahan konsepsi yang dilakukan siswa. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat tercapai apabila guru mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran (Barizi, 2009:146). 8

Pada kegiatan belajar mengajar terdapat proses interaksi antara guru dan siswa yang menyebabkan munculnya suatu persepsi. Persepsi tersebut terjadi karena guru memberi stimulus berupa rangsangan yang dapat berupa cara menjelaskan, penampilan, cara berbicara, dan lain-lain. Persepsi sebagai salah satu faktor psikologis berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa merupakan sasaran utama dalam proses belajar mengajar yang memiliki prestasi berbeda-beda dikarenakan karakter. Pada saat proses belajar mengajar seorang siswa diharapkan memiliki persepsi yang positif terhadap segala sesuatu yang menyangkut aktivitas belajar mengajar, salah satunya adalah persepsi terhadap guru (Yulianti, 2012:1). Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia akan terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui alat indera, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto: 1995:102). Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif (Djamarah, 2005:99). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2010) pada anak SD di Semarang menunjukkan bahwa persepsi terhadap kompentensi guru memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi pada siswa, siswa yang memiliki persepsi sangan baik pada guru dapat menunjang keinginan siswa untuk beprestasi. Selain itu penelitian serupa juga dilakukan oleh Istiqomah (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam 9

mengajar dengan kedisiplinan belajar, persepsi siswa yang baik berhubungan kedisiplinan belajarnya artinya apabila siswa mempersepsikan baik mengenai keterampilan guru maka siswa dapat disiplin dalam belajar. Persepsi siswa terhadap kemampuan guru berbeda-beda ditentukan karakteristik pribadi perilaku persepsi yang meliputi sikap, motif, minat, dan harapan. Faktor internal yang melekat dalam diri perilaku persepsi siswa adalah belajar karena merasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Sebagai pelaku persepsi, siswa perlu diajak mampu berpikir logis dan rasional. Hal tersebut diperlukan agar memberikan kesan secara objektif dan tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor internal saja yang bersumber pada keyakinan dan karakteristik kepribadian seseorang. Keilmuan yang dimiliki setiap guru juga harus berkualitas tinggi. Hal ini diperlukan agar guru mampu menyadarkan siswa terhadap adanya faktor eksternal yang bersumber dari situasi dan lingkungan melalui proses informasi yang dapat mempengaruhi persepsi. Selain itu guru seharusnya mampu mencairkan suasana yang kontradiksi karena bervariasinya siswa. Syarat sebagai guru adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi (Mahanani, 2013:1). Gagne (dalam Dahar, 2011:130) menyatakan bahwa k ualitas guru akan memberikan kontribusi besar terhadap efektivitas belajar. Dalam praktik mungkin gagasan ini tidak mudah diterapkan, karena guru yang memiliki penguasaan teknih baik dan sekaligus memiliki kemampuan komunikasi yang baik itu jumlahnya relatif terbatas. Pada hakikatnya persepsi terlihat pada kemampuan guru. Apabila kemampuan guru meningkat, maka persepsinya cenderung baik. 10

Ketika seorang guru hanya ceramah tanpa pernah mengunakan media, memberi hukuman bagi yang tidak bisa menjawab pertanyaan, dan hanya memperhatikan peserta didik yang pintar saja dalam proses pembelajaran, tentu menyebabkan peserta didik lain yang kurang pintar atau merasa tidak diperhatikan menjadi acuh pada materi yang disampaikan, sehingga menghasilkan persepsi yang negatif dan mengakibatkan siswa kurang termotivasi. Sebaliknya, seorang guru yang menyenangkan, penuh perhatian, dapat memahami karakteristik peserta didik, variatif dalam mengunakan metode dan media, serta terampil dalam proses pembelajaran misalnya penjelaskan guru yang mudah dipahami, tentu akan memunculkan persepsi positif yang dapat mendorong motivasi peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. Namun penampilan dan cara guru membawakan diri dalam hubungannya dengan siswa akan sangat mempengaruhi persepsi siswa. Persepsi siswa terhadap keterampilan guru mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar. Peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa adalah meningkatan persepsi siswa terhadap kemampuan guru yang meliputi atensi dan ekspektasi (Gagne, dalam Dahar, 2011:131). Berdasarkan deskripsi mengenai persepsi siswa terhadap keterampilan guru yang disebutkan oleh Gagne bahwa guru merupakan sosok yang memiliki peran yang penting dalam pembelajaran karena kemampuan guru dapat mempengaruhi persespi siswa dan dijelaskan bahwa persepsi tersebut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar yang mana konsentrasi belajar siswa juga merupakan faktor penting untuk menunjang 11

kemampuan siswa dalam menerima pelajaran agar indikator keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan yang terjadi di MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Gagne bahwa persepsi siswa terhadap keterampilan guru mengajar berhubungan dengan konsentrasi belajar siswa, yang ada di lapangan bahwasanya guru-guru yang mengajar telah menjalankan tugasnya sebagaimana indikator yang disebutkan oleh Gagne di atas dan sesuai dengan kriteria siswa berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan sebelumnya, namun yang terjadi di lapangan konsentrasi belajar siswa justru relatif rendah. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian: Hubungan Persepsi terhadap Keterampilan Guru Mengajar dengan Konsentrasi Belajar Siswa (Di MA Darul Karomah Randuagung Singosari Malang). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalahsebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran persepsi siswa terhadap keterampilan guru mengajar di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang? 2. Bagaimana tingkat konsentrasi belajar siswa di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang? 12

3. Apakah ada hubungan persepsi terhadap keterampilan guru mengajar dengan konsentrasi belajar siswa di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap keterampilan guru mengajar di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat konsentrasi belajar siswa di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi terhadap keterampilan guru mengajar dengan konsentrasi belajar siswa di MA Darul Karomah Rangduagung Singosari Malang. D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan, baik manfaat secara praktis maupun secara teoretis sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan persepsi terhadap keterampilan guru 13

mengajar dengan konsentrasi belajar siswa pada kegiatan belajarmengajar. b. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai hubungan persepsi terhadap keterampilan guru mengajar dengan konsentrasi belajar siswa pada kegiatan belajar-mengajar, serta dapat memberikan pandangan baru mengenai konsep permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan belajar seperti konsentrasi belajar. 2. Manfaat Teoretis Beberapa manfaat secara teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Bagi Jurusan Psikologi, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi study/kajian psikologis lain. b. Bagi kajian psikologis lain, manfaat penelitian ini yaitu memberikan sumbangsih maupun rujukan referensi bagi para peneliti bidang psikologi, khususnya bidang Psikologi Pendidikan. 14