II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Ekonomi Pertanian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Seminar dan lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). Menurut Mosher dalam Totok Mardikanto (1990 : 30), pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas, yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan dalam hal ini para petani mengatur dan mengiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalam suatu bentuk usaha tani sehingga perbedaan dasar antara kehidupan tumbuhan liar dan binatang liar dengan pertanian (usaha tani) adalah pada kehadiran petani Dalam aspek keruangan, manusia akan selalu berhubungan dengan alam sekitar untuk melakukan semua aktivitasnya. Begitu pula dengan alam yang memerlukan perawatan dari manusia untuk kelestariannya sehingga terjadi suatu hubungan timbal balik antara keduanya. Uraian di atas sangat cocok bagi kehidupan penduduk di desa yang akan diteliti dalam aktivitas pertaniannya yaitu petani

sawah yang berubah menanam karet yang sangat dipengaruhi oleh factor alam misalnya tanah, ilkim, musim dan lain-lain. Ditinjau dari ilmu geografi khususnya geografi pertanian, aktivitas pertanian di daerah penelitian ini sangat bergantung pada alam serta didukung oleh kemampuan manusia yang cukup. Dengan kondisi tersebut maka perkembangan pertanian yang didukung dengan kemampuan manusianya pada bidang tersebut maka di daerah penelitian ini akan tumbuh subur, berkembang, dan lebih baik bagi kehidupan social maupun ekonomi masyarakat yang membudidayakannya. 2. Petani Padi Lahan Sawah Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak maupun sawah pasang surut. Dalam penelitian ini sawah yang diusahakan yaitu sawah tadah hujan. Dimana air yang digunakan untuk mengairi sawah mengandalkan air hujan. Sawah tadah hujan tidak seperti sawah irigasi yang bisa mendapatkan air yang cukup melainkan tergantung pada banyaknya curah hujan yang turun Ketersediaan air dapat berpengaruh pada produktivitas yang dihasil karena tidak semua produktivitas sawah tinggi. Air memegang peranan penting dalam bercocok tanam padi sawah, apabila pada saat penanaman padi atau selesai menanam padi sawah tersebut kekurangan air maka padi yang dihasilkan kurang optimal atau petani tersebut terancam gagal panen dan tidak dapat memetik hasilnya. Fenomena ini yang sering terjadi pada petani padi sawah tadah hujan

dikarenakan sawah tadah hujan masih mengandalkan alam. Untuk mengatasi masalah tersebut penduduk Desa Jaya Bhakti mengubah jenis tanaman yang diusahakan pada lahan sawah tadah hujan dengan tanaman karet untuk meningkatkan produktivitas tanah sawah yang mereka miliki. 3. Perubahan Usaha Tani Perubahan usaha tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perpindahan usaha tani dari petani padi sawah tadah hujan menjadi petani karet, pergeseran usaha tani diakibatkan oleh sempitnya kepemilikan lahan petani, rendahnya produksi petani, dan yang berakibat pada tidak terpenuhinya kebutuhan pokok minimum keluarga petani. Usaha pertanian padi sawah bagi sebagian petani sudah tidak dapat menopang kebutuhan mereka yang semakin beragam saat ini. Pada kenyataannya tradisi pertanian sudah tidak dapat lagi dipertahankan sebagai usaha tani yang bersifat subsisten. Hal ini lebih lanjud dikemukakan oleh Clifton R Wharton dalam Totok Mardikanto, (1990 :73), bahwa usaha tani akan bergerak pada suatu kontinum, antara usaha tani yang bersifat subsisten (yang seluruh atau sebagian terbesar produksinya dikonsumsi sendiri), dan usaha tani yang bersifat komersil yang menjual seluruh atau sebagian terbesar hasil produksinya. Dari keadaan yang terjadi didukung oleh pendapat Clifton R Wharton dalam Totok Mardikanto (1990 : 74), dan keadaan yang ada pada masa sekarang, usaha tani subsisten secara murni sulit dijumpai yang ada adalah bentuk-bentuk peralihan antara usaha tani subsisten dan usaha tani komersial. Umumnya usaha

tani seperti ini belum benar-benar market oriented dan sering disebut sebagai subsisten pra industri. 4. Luas Lahan Garapan Lahan memiliki arti penting bagi petani, karena lahan memepengaruhi terhadap produksi peratanian, kepemilikan lahan yang luas merupakan dambaan dari petani, dan merupakan gambaran dari status perekonomian petani. Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan sawah yang di diusahakan petani sawah. Luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan semakin besar. Lahan garapan yang diusahakan sempit maka akan semakin sedikit produksi yang dihasilkan dan semakin rendah pendapatan yang didapat dari usaha tani. Hal ini didukung oleh pendapat Sumitro Djoyohadi Kusumo (1995:299) bahwa semakin luas lahan garapan, makan akan semakin besar pendapatan petani. Pendapatan tersebut dipertegas oleh Soekartawi (1990:4) bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan pengolahan yang baik. Menurut Fhadoli Hernanto (1990:64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar 2. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar 3. Lahan garapan luas yaitu lahan yang luanya lebih dari 2 hektar

Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan yaitu sawah tadah hujan yang digarap oleh kepala rumah tangga petani sawah yang berubah menanam karet. 5. Produksi Padi Sawah DH Penny (1984 : 246), mengemukakan bahwa produktivitas adalah jumlah hasil yang diperoleh dari proses produksi dari satuan-satuan faktor produksi misalnya satuan hektar sawah, satu kesatuan kerja dan lain-lain yang dapat diperhitungkan dalam satuan waktu tertentu misalnya hari, seminggu/setahun kerja dan lain-lain. Menurut Totok Mardikanto (1990 : 93), upaya peningkatan produktivitas dan sekaligus juga pendapan petani, melalui perubahan pola pembangunan pertanian, dari yang semula menggunakan pendekatan komoditi (comodity approach), menjadi pendekatan usaha tani (farm approach, dan pendekatan pendapatan (income approach). Produktivitas tanah adalah jumlah total yang diperoleh dari satuan bidang tanah dan satuan-satuan faktor produksi seperti satuan kerja dan lain-lain selama satu tahun dihitung dengan uang, peningkatan produktivitas petani dapat dilakukan dengan pendekatan usaha tani dan pendekatan pendapatan. Menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987 : 88), total pendapatan petani adalah jumlah pendapatan bersih seluruh anggota rumah tangga yang bekerja selama satu tahun, dihitung dalam satuan rupiah. Periode satu tahun yang digunakan adalah dua kali musim tanam untuk usaha tani padi sawah.

Besar kecilnya pendapatan petani padi tergantung pada jenis sawah yang diusahakan karena tidak semua produktivitas sawah tinggi dan berpengaruh pada produksi padi yang dihasilkan. Dalam proses produksinya, padi sawah juga tak lepas dari kendala. Meskipun demikian petani tidak putus asa walaupun kadang hasil panen tak sesuai dengan keinginan dan rendahnya harga jual padi pada saat panen raya tiba. Hasil panen padi dikatakan tinggi apabila dalam 1 ha sawah ratarata menghasilkan lebih dari 4 ton dalam satu kali panen dan dikatakan rendah apabila kurang dari 4 ton (Prasetiyo, 2002:48). 6. Produktivitas Karet Menurut pendapat Kaslan A. Tohir (1991 : 41) petani adalah orang yang bekerja pada sektor pertanian, baik perikanan, perkebunan, ladang, sawah dan lainnya pada suatu lahan. Disini yang dimaksud adalah petani karet (perkebunan). Karet (Hevea braziliensis) adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai 30 tahun. Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15-25 m. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri,2010 : 25-27). Petani karet diharapan mempunyai pengetahuan tentang pertanian karet. Pengetahuan merupakan segala sesuatu hal yang diketahui individu tentang sesuatu dan dapat menciptakan gagasan baru atau pun keterampilan baru maupun merubah sikapnya sehingga membentuk perubahan pada dirinya. Perubahan yang terjadi didalam diri seseorang karena adanya proses belajar dapat berupa, pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya.

Karet merupakan komoditas potensial yang berperan penting sebagai sumber pemasukan devisa Negara. Dewasa ini, permintaan dunia terhadap komoditas karet semakin meningkat, apalagi dimasa yang akan datang. Dengan demikian, agrobisnis karet mempunyai prospek yang cerah. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan produktivitas petani dalam bertanam karet merupakan langkah yang tepat untuk dilaksanakan sehingga tingkat penghasilan para petani akan dapat menyejahterakan kehidupan keluarganya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Pengetahuan petani tentang pertanian karet yang dimaksud adalah cara yang ditempuh petani untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang pertanian karet yang yang bersumber dari masyarakat (keluarga), penyuluhan, atau lembaga pendidikan. Produksi kebun tergantung pada pembibitan karet, pengolahan lahan dan penanaman karet, perawatan tanaman karet, pengendalian hama dan penyakit tanaman karet dan teknik penyadapan agar memperoleh hasil yang diharapkan hal ini seperti yang ditegaskan oleh Setiawan dan Agus Andoko (2005:85) pemeliharaan tanaman dalam masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik dan masa produktifnya makin panjang, tanpa perawatan yang baik kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitas menurun dan masa produksinya singkat. Berdasarkan pendapat di atas, produksi karet berdasarkan perawatan yang dilakukan terhadap tanaman karet tersebut dan hasil yang diperoleh seseorang yang dihitung dalam satuan waktu yaitu hasil usaha tani karet yang dicapai petani setiap luas lahan garapan petani pada setiap pengambilan getah.

Tanaman karet lazimnya dapat di panen atau di sadap pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun dan bisa berproduksi sampai umur 30 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi. Selain masa produksi yang lama karet bisa disadap setiap hari dengan demikian pendapatan dari hasil karet bisa didapat setiap saat. Dan penanaman karet dilakukan satu kali kemudian peremajaan atau penanaman kembali dilakukan setelah karet berumur 30 tahun. Berbeda dengan padi untuk mendapatkan hasil harus menunggu enam bulan (walapun karet untuk mendapatkan hasil menunggu sampai umur tanaman 5-6 tahun ) dan terkadang penanaman padi dalam satu tahun dilakukan hanya satu kali. 7. Harga Jual Padi Harga jual adalah ukuran nilai dari hasil pertanian pada saat dilakukan transaksi penjualan, (Rahardi, 2000:57). Besar kecilnya harga yang diterima oleh petani saat menjual hasil panennya sangat berpengruh pada pendapatan yang akan diterima oleh petani tersebut. Tidak ada yang lebih menggembirakan petani produsen daripada diperolehnya harga yang tinggi pada waktu ia menjual produksinya, (Mubiarto, 1993:180). Harga yang tidak menentu akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh petani, dikarenakan harga tersebut akan menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan mereka peroleh. Tingkat harga yang rendah akan menyebabkan

keuntungkan yang diterima petani rendah, sebaliknya tingkat harga yang tinggi akan menyebabkan keuntungan yang diterima petani tinggi pula. Pendapatan petani padi dapat diketahui dari hasil satu kali panen (6 bulan) dikali harga pada saat menjual padi dan di bagi enam maka akan diketahu pendapatan petani padi perbulan (hasil penelitian, lihal lampiran halaman 73). jika dibandingkan dengan pendapatan petani karet perbulan dapat diketahui dari hasil satu kali panen (1 minggu) dikali harga pada saat menjual karet dan di kali 4 (4 minggu) maka akan diketahui pendaptan penani karet perbulan. Maka diketaui bahwa rata-rata pendapatan petani karet lebih besar bila dibandingkan dengan petani padi (hasil penelitian, lihal lampiran halaman 73). 8. Pemasaran Karet Pemasaran adalah masalah yang penting dalam kegiatan pertanian terutama pada tanaman yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung oleh petani. Apabila tanaman tersebut dapat dikonsumsi oleh petani tapi tidak habis dikonsumsi maka akan melibatkan pemasaran. Dalam hal ini pemasaran sangat memegang peranan penting dalam mendistribusikan hasil pertanian yang ada di Desa Jaya Bhakti karena hasil pertaniannya berasal dari tanaman karet yang tidak dapat dikonsumsi dan merupakan bahan mentah industri karet yang berupa getah karet, maka disini pemasaran sangat dibutuhkan. Lancar dan mudahnya pemasaran memacu petani untuk lebih optimal lagi dalam mengolah dan merawat tanaman yang dibudidayakan guna untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemasaran juga dapat berhubungan dengan tingkat pendapatan petani. Soekartawi (1994 : 55) mengemukakan bahwa tinggi rendanya pendapatan petani ditentukan oleh jumlah komoditas yang dijual serta harga komoditas yang akan dijual pada masa tertentu. Harris Hasyim (2005 : 45) mengungkapkan bahwa banyak petani yang berubah tanaman dikarenakan kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Maka pemasaran adalah faktor penting dalam pertanian karena petani akan sangat terbantu dengan adanya pemasaran tersebut untuk memasarkan hasil panennya. Pemasaran dalam penelitian ini adalah pemasaran yang menyangkut tentang pemasaran karet. 9. Pendapatan Petani Karet Soekartawi (1994 : 107) mengemukakan bahwa rendahnya hasil pendapatan akan menyebabkan sulitnya pemenuhan kebutuhan berbagai kebutuhan pokok seperti, pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Sempitnya luas lahan pertanian menyebabkan hasil dari usaha tani sedikit, minimnya pendapatan petani menyebabkan perubahan mata pencaharian petani dari petani subsisten menjadi petani komersil hal ini sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto (1990 : 74) bahwa dalam kenyataan yang ada pada masa sekarang, usaaha tani subsisten dan usaha tani komersial ini umumnya belum benar-benar market orientaed. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi 1,4 juta tenaga kerja, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet, dan pelestarian lingkungan, terutama penyerapan CO2 dan penghasil O2. Selain itu,

tanaman karet kedepan akan menjadi sumber kayu potensial yang dapat mensubsidi kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam. Tumbuhan ini mampu hidup dengan baik, terutama di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat lebih dari 3,2 juta ha di seluruh wilayah Indonesia. Sekitar 85% merupakan perkebunan milik rakyat, 7% perkebunan besar Negara, dan 8% perkebunan besar milik swasta (Tim Karya Tani Mandiri, 2010 : 1). Tanaman karet banyak dibudi dayakan di desa ini setelah kelapa sawit. Ada sebagian penduduk yang beralih dari usaha tani padi sawah ke tanaman karet. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan harga jual yang tinggi dengan masa produksi yang cukup lama sehingga keuntungan yang didapat akan lebih banyak. Sehingga petani lebih terpenuhi kebutuhannya bahkan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dari pembukaan lahan hingga tanaman berumur 5 tahun diperlukan biaya sekitar Rp20,5 juta/ha. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman, produksi lateksnya akan meningkat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010 : 103). B. Kerangka Pikir Peningkatan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi dan tidak diimbangi dengan pendapatan yang maksimal mampu mengubah seseorang untuk mengubah pola dan jenis pendapatan yang telah lama diusahakan. Salah satu cara yang ditempuh oleh para petani di Desa Jaya Bhakti untuk meningkatkan pendapatan yaitu

dengan cara mengubah jenis tanaman yaitu dari tanaman padi di rubah menjadi tanaman karet. Rendahnya produksi padi sawah Disebabkan oleh sempitnya luas lahan garapan serta harga jual padi yang rendah menyebabkan petani padi sawah tadah hujan mengalihkan mata pencahariannya sebagai petani padi menjadi petani karet sebab karet dalam pemasarannya mudah serta pendapatan dari tanaman karet lebih besar. C. Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Bahwa luasnya lahan garapan menyebabkan petani padi menanam tanaman karet 2. Bahwa hasil produksi padi yang rendah menyebabkan petani padi menanam tanaman karet 3. Bahwa harga jual padi yang rendah menyebabkan petani padi menanam tanaman karet 4. Bahwa pemasaran karet yang mudah dan cepat menyebabkan petani padi menanam tanaman karet 5. Bahwa besarnya pendapatan petani karet menyebabkan petani padi menanam tanaman karet

13