PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. usaha pembaharuan dalam pendidikan. Seiring dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tugas tersendiri dalam

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm.

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota Pontianak. Dalam pelaksanaan kegiatan dan penyelenggaraan pendidikannya, Madrasah Tsanawiyah (MTs) ini merupakan lokasi yang menjadi satu dengan Pondok Pesantren serta terdapat juga di dalamnya Madrasah Aliyah (MA). Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di MTs dan MA secara formal mengunakan kurikulum terpadu dari Kementrian Agama RI dan kurikulum yang di susun tersendiri oleh para ustadz dengan pimpinan Pondok untuk pelajaran Pondok Pesantren dengan ciri khas Mathla ul Anwar. Penyelengaraan pendidikan formal yang dilakukan oleh MTs Mathla ul Anwar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara khusus telah menjadi sorotan dan perhatian oleh para guru dan Madrasah. Hal ini disebabkan karena dalam mata pelajaran IPS terdapat empat mata pelajaran yang digabungkan yaitu Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. Dengan adanya gabungan dari empat mata pelajaran tersebut maka timbul permasalahan, hambatan sekaligus tantangan bagi guru yang bersangkutan. Untuk itu mata pelajaran IPS perlu mendapat perhatian yang serius dalam penanganannya baik dari sisi gurunya maupun dari sisi kurikulum dan sistim pengajarannya.

Dewasa ini Indonesia telah mengalami krisis diberbagai bidang yang meliputi pendidikan, ekonomi, hukum, politik dan sosial. Di bidang pendidikan masih banyak yang harus dibenahi dan disempurnakan mulai dari kebijakan yang diterapkan sampai pada kondisi pelaksanaan di ruang kelas. Di bidang ekonomi masih ada pro dan kontra dalam menetapkan kebijakan yang betul-betul memihak pada rakyat. Dalam penegakan hukum juga terjadi ketidakadilan ketika menangani berbagai kasus yang terjadi di masyarakat, demikian juga dengan sistem politik yang belum bersih dari budaya santun apalagi tatanan sosial masyarakatnya. Masyarakat belakangan mudah untuk diadu dan tersingung serta hampir kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang di kenal ramah dan santun. Banyaknya angka penganguran menjadikan bangsa ini semakin menambah permasalahan dari waktu ke waktu. Angka penganguran ini bukan saja disebabkan karena adanya anak yang putus sekolah (drop aut) akan tetapi, juga bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pun harus bertarung untuk memperebutkan formasi pekerjaan yang ada. Hal ini menunjukan bahwa kreatifitas dan produktivitas warga negara ini masih sangat rendah. Badan Pusat statistik Indonesia tahun 2009 mencatat sejumlah 7,4 juta orang pemuda yang termasuk dalam kategori usia produktif yang mengganggur. Dan jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, maka 27,09 persen berpendidikan SD kebawah, 22,62 persen berpendidikan SLTP, 25,29 Persen berpendidikan SMA, 15,37 Persen berpendidikan SMK. Sedangkan jika dilihat lokasi desa/kota, maka penyebaran dari Pemuda ini terlihat sebanyak 5,24 juta orang (53%)berada di perkotaan dan 4,2 juta orang berada di pedesaan.

Data statistik menunjukan tingkat pertumbuhan ekonomi di negara kita ini juga belum mengembirakan. Hal ini disebabkan bukan saja kreativitas dan produktivitas yang rendah tetapi juga dikarenakan kualitas barang dan jasa yang di hasilkan kurang dapat bersaing, walaupun ada barang dan jasa yang memiliki nilai yang berkualitas. Pendapatan rata-rata perkapita masyarakat masih di bawah standar bila di bandingkan dengan negara-negara se-asia Tenggara. Sistem penyelenggaraan pendidikan dari tahun-ketahun selalu mengalami perubahan, diantaranya dengan perubahan kurikulum. Kebijakan yang baru disosialisasikan dan belum sampai diterapkan terkadang harus sudah berganti akibat bergantinya SDM yang menanganinya. Dengan demikian dapat mengakibatkan pelaksanaan dalam pembelajaran menjadi kurang terarah terhadap pencapaian tujuan yang di harapkan. Sehingga dalam pelaksanaannya pendidikan ini dirasa kurang konsisten untuk mewujudkan dan menghasilkan peserta didik sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang SISDIKNAS. Secara khusus penyelenggaraan pendidikan baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dan dari berbagai jenjang pendidikan, belum menempatkan pendidikan kewirausahaan dengan serius dan maksimal, padahal landasan kebijakannya sudah ada. Mengapa kondisi ini terjadi dan belum terealisasi dengan maksimal?. Salah satu faktor yang menghambat adalah sumber daya manusia dan komitmen untuk merealisasikannya masih terjadi tumpang tindih. Kenyataan ini terlihat misalnya pada mata pelajaran yang ada pada SMP/MTs untuk Mulok dan Ketrampilan isi materi yang disampaikan sama, tetapi diajarkan oleh guru yang berbeda serta waktu yang berbeda pula. Dengan demikian maka konten dari kedua mata

pelajaran tersebut adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan/skill yang merupakan bagian dari pendidikan kewirausahaan menjadi kurang fokus dan terarah dengan baik. Seharusnya kedua mata pelajaran tersebut ditangani oleh satu guru dan semua guru mata pelajaran harus mampu mengkaitkan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam semua materi pembelajaran yang sesuai. Belum terealisasinya pendidikan kewirausahaan ini dengan maksimal di sekolah juga disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, sehingga peserta didik tidak dapat mengali dan mengebangkan ketrampilan/skill sebagai pengetahuan yang harus dikuasai untuk bekal kehidupannya nanti. Dengan demikian maka pendidikan kewirausahaan perlu di selenggarakan secara tepat di setiap jenjang pendidikan. Arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dimaksudkan untuk penerapan metodologi pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Realita di lapangan, dalam sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Dengan demikian menanggulangi masalah ini terutama masalah yang terkait dengan kewirausahaan antara lain dapat dilakukan dengan cara: (a) menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, maupun pengembangan diri, (b) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan ketrampilan/skill berwirausaha,(c) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sudah saatnya didasarkan pada beberapa paradigma universal, maka dari itu perlu diperhatikan peserta didik sebagai subjek merupakan penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan kreatif dan kritis yang mengidamkan dan mendambakan peserta didik menjadi subyek pembelajar sepanjang hayat yang jujur, mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan. Pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan (Supriatna, 2007:2). Hal itu senada dengan pendapat Sumaatmaja, (1980:20) yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. Disisi yang lain pada kenyataannya sekarang ini, sebagian besar masyarakat masih banyak yang berorientasi pada pencari kerja, bukan pada pemikiran bagaimana menciptakan lapangan kerja baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kondisi ini menunjukan bahwa nilai-nilai kejujuran, kerja keras,

kemandirian, keuletan, berani menghadapi tantangan belum sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat kita. Untuk itu betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai itu kepada peserta didik sejak dini agar mereka dapat memahami dan memiliki kepribadian tangguh yang dapat menumbuhkan mental wirausahaan. Hal ini diharapan agar peserta didik ini nantinya mampu mengubah pola pikirnya mengenai lapangan pekerjaan yang akan diciptakan. Dengan demikian internalisasikan nilai-nilai kewirausahaan melalui pembelajaran dan pendidikan di madrasah sangat penting dan urgen untuk membekali, membimbing dan mengarahkan pada generasi yang akan datang menjadi generasi yang tangguh dan mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya internalisasi nilai-nilai kewirausahaan pada mata pelajaran IPS yang sudah dikembangkan melalui tugas-tugas yang dikaitkan dengan kegiatan ekstra kurikuler dan bekerja sama dengan mata pelajaran Mulok perlu ditingkatkan serta diberikan porsi yang memadai. Kasmir, (2006:3) mengungkapkan bahwa pendidikan kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa agar mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha, dengan demikian pola pikir yang sebenarnya berorientasi menjadi karyawan diubah menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. B. Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini berawal dari latar belakang di atas dan dari hasil pengamatan sebelumnya bahwa proses pembelajaran IPS di madrasah yang selama ini masih monoton dan sangat membosankan siswa, dan inilah tantangan yang harus dihadapi oleh guru IPS. Kondisi demikian tidak akan terjadi

apabila guru dapat menerapkan dan mengembangkan metode yang sesuai dan tepat dalam proses pembelajaran. Seorang guru IPS harus mampu mengubah mainset anak, pembelajaran IPS yang dalam benak anak adalah pembelajaran yang monoton, membosankan dan diharapkan nanti menjadi pembelajaran yang menyenangkan, menarik untuk diikuti, dan dapat memberikan motifasi belajar serta bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan aspek skill dan kewirausahaan akan bisa diimplementasikan dalam pembelajaran IPS, manakala pembelajaran itu sendiri dapat direspon secara positif oleh anak didik. Untuk itu maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Pengembangan Pembelajaran IPS pada materi Proses Perkembangan Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia? Bertolak dari fokus masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimanakah nilai-nilai kewirausahaan pada siswa yang mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)? 2. Apakah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat nilai-nilai kewirausahaan? 3. Bagaimanakah Internalisasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial? 4. Bagaimanakah nilai-nilai kewirausahaan siswa setelah proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini secara khusus adalah untuk : 1. Mengetahui nilai-nilai kewirausahaan yang ada pada siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2. Mendeskripsikan nilai-nilai kewirausahaan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Mendeskripsikan Internalisasi nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Mendeskripsikan nilai-nilai kewirausahaan siswa setelah proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial? D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua hal yang dapat diambil adalah: 1. Manfaat Teoritis. Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pengembangan penerapan pembelajaran IPS di tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah terhadap nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kepada peserta didik dan masyarakat secara luas. Selain itu juga untuk mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan yang kurang mendapat porsi cukup untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Muatan lokal merupakan kearifan lokal, unsur-unsur

kebudayaan nasional dan kekayaan khazanah budaya bangsa yang harus ditingkatkan dan dikembangkan. Salah satu cara menanamkan suatu nilai-nilai kewirausahaan kepada generasi berikutnya melalui pembelajaran pendidikan IPS, sebab pendidikan juga merupakan suatu proses pembentukan kepribadian sosial siswa dan kemandirian. 2. Manfaat Praktis Secara praktis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tambahan/umpan balik pada pembelajaran IPS dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. E. Klasifikasi Konsep Dalam penelitian ini agar lebih jelas dan terarah, maka penulis membuat klasifikasi konsep agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bagaimana internalisasi nilai-nilai kewirausahaan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan IPS. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya diarahkan pada materi Sejarah, dengan pokok bahasan proses perkembangan pengaruh Islam di Indonesia. Dengan demikian maka penghayatan terhadap nilainilai kewirausahaan melalui pendidikan IPS adalah agar siswa dapat memahami lingkungan sosialnya. Secara rinci klasfikasi konsep yang akan diuraikan pada pembahasan ini meliputi: 1. Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan di Sekolah a. Model Internalisasi Nilai Kewirausahaan

Disini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan model dan pendekatan pembelajaran nilai. Adapun nilai-nilai kewirausahaan sebagai konsep dasar untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik sehingga peserta didik akan lebih menghayati dan menjiwai terhadap nilai-nilai kewiausahaan. Dengan demikian semua konsep dan landasan teori tentang internalisasi nilai terutama nilai-nilai kewirausahaan ini akan dikemukakan sesuai dengan konsepnya. b. Nilai-Nilai Kewirausahaan Materi tentang nilai-nilai kewirausahaan merupakan hal yang menjadi bahasan utama dalam memberikan pemahaman pada peserta didik sehingga, akan memberikan suatu wawasan yang luas dan mendalam. Teori ini di susun dari berbagai literatur yang menunjang yang berkaitan dengan bahasan yang sedang dikaji, yang dikaitkan dengan standar kompentensi dan kompentensi dasar yang dituangkan dalam silabus. Materi ini adalah materi yang akan menjadi inti dalam pembahasannya, karena sebagaimana di harapkan untuk dapat dihayati oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini tidak saja hanya dihayati tetapi menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang harus direnungkan dan akan menjadi inspirasi dalam menyongsong kehidupan kelak. c. Peranan Pendidikan Kewirausahaan Materi yang akan di sajikan disini adalah materi yang berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan secara umum. Teori-teori yang dikembangkan adalah teori yang mengacu pada isi kurikulum IPS, maupun teori-teori dari para ahli. Dengan adanya teori tentang peranan pendidikan kewirausahaan diharapkan dapat

memberikan wawasan bagi peserta didik bahwa materi ini merupakan materi yang saling berkaitan antara bidang ilmu pengetahuan sosial yang meliputi beberapa mata pelajaran. 1) Peranan Pendidikan Kewirausahaan a. Pendidikan Kewirausahaan di lingkungan Sekolah Materi yang berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan di Sekolah/madrasah disajikan berkaitan dengan pentingnya pendidikan kewirausahaan, sebagaimana tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pendidikan kewirausahaan yang ada dalam kurikulum sekolah ini bertujuan untuk menunjang ilmu pengetahuan dan membekali peserta didik pada aspek skill. Dengan demikian maka peserta didik nantinya dapat mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya. b. Kewirausahaan di Lingkungan Budaya Masyarakat Materi ini akan mengungkapkan berbagai budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan aktivitas kewirausahaan. Selain itu juga menyajikan contoh-contoh aktvitas masyarakat dari berbagai budaya dan suku yang ada di Indonesia. Contoh aktivitas ini dalam rangka, menunjukan dan memberikan motivasi pada siswa suatu bentuk kegiatan/aktivitas masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi c. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Materi yang disajikan dalam Pendidikan IPS ini, diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat seperti rendahnya etos kerja dan sosial kemasyarakatan serta menurunnya jiwa

kewirausahaan pada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan hakikat IPS yaitu bidang studi tentang tingkah laku seluruh kelompok umat manusia, dimana materi ini yang sumber-sumbernya digali dari kehidupan nyata di masyarakat. Untuk itu pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan. Materi pendidikan IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.