ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI...

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

KEKUATAN DAN LENDUTAN ELASTIS KOLOM SEMI PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

Yogyakarta, Juni Penyusun

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

ABSTRAK. : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH PENEMPATAN PENYAMBUNGAN PADA PERILAKU RANGKAIAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK BAGIAN SISI LUAR

Pengujian Tahan Gempa Sistem Struktur Beton Pracetak

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER KAWAT KASA TERHADAP KAPASITAS KOLOM PENAMPANG SEGI EMPAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(Fv). Setelah dilakukan pengujian pendahuluan dilanjutkan dengan pengujian

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

STUDI PERILAKU PENGARUH EFEK PENGEKANGAN PADA KOLOM CONCRETE FILLED STEEL TUBE AKIBAT PEMASANGAN CROSS TIE

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

Received Date: 26 Mei 2017 Approved Date: 20 Juli 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

BAB III. Dimensi bata yang biasa ditemui di lapangan dan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH PENEMPATAN SAMBUNGAN BASAH (WET-JOINT) TERHADAP BEBAN ULTIMIT BALOK BETON BERTULANG. Abstrak

KOLOM KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK (170S)

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

LENDUTAN DAN POLA RETAK PELAT JEMBATAN BENTANG 5 METER DITINJAU DARI PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN DAN PENDEKATAN NUMERIK. Oleh: Hafiz Abdillah 4

ANALISIS KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARBON FIBER WRAP

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK PENAMPANG BALOK TERHADAP BEBAN MAKSIMUM DAN KEKAKUAN BALOK BETON BERTULANG

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

III. METODE PENELITIAN

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EKSPERIMENTAL PROFIL BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR FAS 0,4

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PERILAKU LENTUR BETON MUTU TINGGI YANG DIKEKANG DENGAN BAJA MUTU TINGGI

Transkripsi:

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS Ismeddiyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau idediyant@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis secara eksperimental terhadap perilaku lentur kolom dengan bekisting bataton pracetak. Dalam penelitian ini diuji 4 buah kolom bataton dan 1 buah kolom kontrol masing-masing berpenampang persegi, dengan ukuran tinggi 290 mm, lebar 290 mm dan panjang 1800 mm. Penulangan benda uji kolom tersebut adalah 8P12 untuk tulangan longitudinal dengan sengkang P8-75. Mutu beton cast in place adalah fc =23,55 MPa. Pengujian dilakukan dengan pemberian gaya tekan aksial eksentris yang besarnya 50 mm, 100 mm, 150 mm dan 200 mm pada kolom bataton. Satu buah kolom kontrol diberikan diberikan gaya eksentris sebesar 200mm. Pengujian dilakukan secara eksperimen dan dilakukan pula perhitungan analitis sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada eksentrisitas beban yang sama, beban aksial maksimum kolom bataton 2,50 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. Sedangkan momen maksimum kolom bataton 2,44 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. Kekakuan rata-rata kolom bataton adalah 42,33. Pada eksentrisitas beban yang sama, kekakuan kolom bataton 12,68% lebih besar daripada kolom beton referensi. Daktilitas rata-rata kolom bataton adalah 1,47. Pada eksentrisitas beban yang sama, daktilitas kolom bataton 12,12% lebih besar daripada kolom beton referensi. Kata kunci: bataton, beban aksial eksentris, beton referensi, kolom. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pracetak yang relatif baru dan sedang berkembang adalah pracetak bataton. Sistem ini merupakan sistem struktur rangka dimana kolom dan balok menjadi elemen utama pemikul beban. Dalam sistem ini digunakan bataton kolom untuk tiang penyangga, bataton U untuk balok, serta bataton H untuk dinding pengisi dan pengaku. Sistem ini telah banyak diaplikasikan pada rumah sederhana maupun pada gedung hingga 3 lantai. Selama ini struktur beton pracetak umumnya direncanakan dengan anggapan komponen pracetak bersifat monolit dengan beton cast in place. Dengan pendekatan ini, sistem struktur pracetak direncanakan sebagai sistem struktur konvensional. Konsep desain kapasitas yang umum dalam perancangan struktur konvensional juga digunakan dalam perancangan struktur pracetak. Pada struktur pracetak bataton konsep ini tentu tidak dapat diterapkan. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan mutu antara bataton pracetak dan beton cast in place, maka elemen struktur tersebut tidak dapat dianggap monolit. Kualitas beton cast in place sulit dikontrol akibat kendala pada proses pelaksanaan seperti disebutkan di atas. Mutu bataton yang relatif rendah akan berdampak terjadinya spalling pada bataton sebagai selimut beton. Hal ini akan menyebabkan perilaku struktur kolom bataton pracetak menjadi rumit, untuk itu diperlukan analisis secara eksperimental. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis secara eksperimental terhadap perilaku lentur kolom pracetak bataton. Hasil yang diharapkan adalah mendapatkan hubungan antara beban aksial eksentris dan lendutan lateral yang terjadi pada kolom serta beban maksimum dan lendutan lateral maksimum yang terjadi pada 272

kolom akibat beban aksial sentris dan eksentris, daktilitas dan kekakuan kolom akibat beban aksial eksentris dan pola keruntuhan kolom akibat beban aksial eksentris. Tinjauan Pustaka Penelitian pada kolom bataton pracetak belum banyak dilakukan baik secara eksperimental maupun numerik. Nuryanti (2010) melakukan analisis non linear kolom beton bertulang penampang persegi berongga dengan variasi eksentrisitas beban dan variasi mutu beton. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis numerik mengetahui kekuatan, kekakuan, daktilitas, pola retak dan model keruntuhan kolom beton bertulang. Dalam penelitian ini dimodelkan 13 jenis kolom beton bertulang penampang segiempat yang terdiri dari 8 kolom eksperimen yang berupa 2 kolom masif dan 6 kolom berongga dengan ukuran 150x150 mm 2, panjang 800 mm, 2 kolom berongga dengan variasi eksentrisitas beban yaitu RCM1 (e=38 mm) dan RCM2 (e=385 mm), dengan ukuran 550x550 mm 2, panjang 4000 mm, dan 3 kolom berongga dengan variasi mutu beton yaitu 3030A (f c =28 MPa), 3030B (f c =30 MPa), dan 3030C (f c =35 MPa), dengan dengan ukuran 300x300 mm 2, panjang 3200 mm. Mutu baja tulangan yang digunakan P12: f y=328,69 MPa, E s=234778,44 MPa dan D22 dan D25: f y=487,8718 MPa, E s=204835,4183 MPa. Kolom dianalisis menggunakan software elemen hingga nonlinier ATENA V.2.1.10 dan hasilnya dibandingkan dengan hasil eksperimen sebelumnya dari Zacoeb (2003). Priyosulistyo (2004) melakukan peneli-tian untuk melihat perilaku elemen struktur plat dan kolom beton bertulang setelah dibakar mengikuti standar pembakaran ASTM E119. Penerapan uji-beban pada struktur yang disangsikan kekuatannya seperti tertera dalam ACI 318-95 diterapkan dan didiskusikan. Penelitian ini melibatkan pula alat uji tidak-merusak (non-destructive apparatus) yaitu Schmidt Hammer dan Ultrasonic Pulse Velocity meter (PUNDIT). Benda uji berupa plat beton bertulang berukuran 60x600x1200 mm dengan tulangan pokok diameter 6 mm 75 mm. Beton dibuat dengan dua variasi kekuatan yaitu 20 MPa dan 50 MPa dengan tulangan pokok yang memiliki tegangan leleh 360 MPa. Benda uji kolom berukuran tampang 200x200 mm 2 dibuat dengan dua variasi panjang yaitu 1250 mm (kolom pendek) dan 1800 mm (kolom panjang). Beton dibuat dengan mutu normal 25-30 MPa sedang baja tulangan memiliki tegangan leleh 360 MPa. Bersamaan dengan itu dibuat pula benda uji silinder berdiameter 150 mm tinggi 300 mm dan juga silinder berdiameter 100 mm tinggi 200 mm. Sebelum dan setelah dibakar elemen struktur dicermati sifat-sifat mekaniknya melalui alat UPV dan Schmidt Hammer. Plat dibebani pada sepertiga bentangannya oleh beban terpusat sedang kolom dibebani sejajar sumbu panjangnya dalam dua eksentrisitas (besar ; 150 mm dan kecil ; 60 mm). Beban itu diberikan dalam beberapa tahap untuk dilihat sifat kelenturan dan beban berulang (elasticity and repeatability). Pada akhir pengujian seluruh elemen struktur dibebani dengan cara serupa hingga runtuh. Uji tidak-merusak menunjukkan bahwa hasil UPV lebih mendekati hasil uji silinder inti, uji keliatan bila dibandingkan dengan hasil dari Schmidt Hammer. Pengurangan kekuatan pada baja tulangan pasca temperatur tinggi sangat kecil (1-4%) bahkan ada kecenderungan menguat. Kuat tekan beton mutu normal dan mutu tinggi berkurang berturut-turut 25-35% dan 20-25%. Plat beton dan kolom beton eksentrisitas besar pasca temperatur tinggi masih memiliki sifat daktilitas yang baik bila dibandingkan dengan kolom beton eksentrisitas kecil. Pengurangan kekuatan, yang ditunjukkan oleh bahannya (25-35%) melampaui pengurangan kekuatan elemen strukturnya (20%). Pengurangan modulus elastisitas tidak terkait dengan pengurangan kekuatan, tetapi lendutan. Penggunaan syarat lendutan maksimum seperti tertera dalam ACI 318-95 tidak memberikan pemenuhan bagi setiap elemen struktur (plat dan kolom) yang dirancang untuk memiliki kekuatan yang sangat dekat dengan kemampuan nominalnya. 2. METODOLOGI Bahan Bata beton pracetak (bataton) berasal dari PT. HOLCIM Tbk., memiliki dimensi lebar 29 mm; panjang 29 mm dan tinggi 14 mm. Jumlah bataton yang digunakan pada benda uji kolom sebanyak 12 buah. Bataton kolom yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kuat tekan bruto rerata 7,69 MPa, dengan nilai kuat tekan terendah 3,17 MPa. Beton merupakan campuran semen Portland pozolan (type A), pasir dan agregat kasar dengan ukuran butir maksimum 10mm, yang menghasilkan kuat tekan rata-rata 23,55 MPa. 273

Baja tulangan yang digunakan adalah baja tulangan polos produk PT. Krakatau Steel dengan diameter 12 mm dan 8 mm. Tegangan tarik baja diameter 12 mm memiliki nilai rata-rata f y = 368,00 MPa dan Modulus elastisitas baja E s = 191822,67 MPa sedangkan untuk tulangan diameter 8 mm nilai rata-rata f y = 357,93 MPa dan E s = 182764 MPa. Tabel 1. Tabel Benda Uji Kode Kolom Jumlah (buah) B H L Tulangan Longitudinal Tulangan Sengkang Eksentrisitas C 50 1 290 290 1790 8P12 P8-75 50 C 100 1 290 290 1790 8P12 P8-75 100 C 150 1 290 290 1790 8P12 P8-75 150 C 200 1 290 290 1790 8P12 P8-75 200 CK 200 1 290 290 1790 8P12 P8-75 200 Gambar 1. Detail dan Konfigurasi Penulangan Benda Uji Kolom C Setup dan Prosedur Pengujian Peralatan utama yang digunakan dalam pengujian adalah load cell, hydraulic jack, pompa hidrolik, data logger dan 3 buah LVDT yang secara skematik ditunjukkan dalam Gambar 3. Pengujian dilakukan setelah benda uji kolom berumur 28 hari. Pembebanan dilakukan secara statik yang ditimbulkan dengan hydraulic jack dan nilai pembacaan beban dari load cell dengan bantuan alat data logger. Sedangkan untuk pembacaan besarnya lendutan menggunakan 3 buah dial gauge. Sebelum dilakukan pengujian kolom, dilakukan juga pengujian silinder beton untuk mendapatkan kuat tekan karakteristik beton. Sebelum dilakukan pengujian, benda uji kolom diberi beban kecil dari hydraulic jack untuk mengontrol bahwa dial gauge, load cell dan strainmeter yang akan digunakan berfungsi seperti yang direncanakan. Pembacaan beban dan lendutan dilakukan secara bertahap, mulai pembebanan nol sampai maksimum. Besarnya tahap pembacaan beban pada tiap-tiap pembebanan (loading step) bervariasi antara 4 kn sampai 10 kn. Pembebanan diberikan sampai dicapai kondisi benda uji runtuh dan pada pengujian dilakukan pula pengamatan retak dan pengukuran lebar retak yang terjadi. 274

Gambar 2. Detail dan Konfigurasi Penulangan Benda Uji Kolom CK Gambar 3. Test Set Up 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kekakuan Kolom Kurva hubungan beban lendutan hasil eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Kekakuan kolom didasarkan pada beban maksimum kolom (P max) dan lendutan maksimun kolom ( max). Nilai kekakuan kolom dapat dilihat pada Tabel 3. Kekakuan kolom (K) yang dimaksudkan adalah gaya (P) yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit lateral displacement (lendutan lateral) kolom ( ) akibat beban aksial sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Gere dan Timoshenko (1985). Kolom C-50 memiliki kekakuan terbesar dan semakin kecil sejalan dengan bertambahnya eksentrisitas beban. Kekakuan rata-rata dari kolom bataton adalah 42,33. Kolom C- 200 memiliki nilai kekakuan 12,68% lebih besar jika dibandingkan dengan Kolom CK-200. 275

Gambar 4. Kurva Hubungan Beban-Lendutan Kolom C Gambar 5. Kurva Hubungan Beban-Lendutan Kolom C-200 dan CK-200 Tabel 3. Nilai Kekakuan Kolom Benda Uji Eksentrisitas P max max Kekakuan (kn) (kn/mm) C 50 50 422 2,03 207,88 C 100 100 264 4,92 53,66 C 150 150 200 4,30 46,51 C 200 200 118 4,40 26,82 CK 200 200 311 13,28 23,42 Kapasitas Lentur Kolom Kekuatan lentur penampang kolom pada tengah tinggi (midheight) kolom diperlihatkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Kurva Momen-Curvature Kolom C 276

Gambar 7. Kurva Momen-Curvature Kolom C-200 dan CK-200 Kapasitas lentur kolom C-50, C-100, C-150 dan C-200 memiliki nilai bervariasi. Kapasitas lentur rata-rata dari kolom tersebut adalah 26,16 knm. Kolom C-200 memiliki kapasitas lentur 2,75 kali lebih kecil dari kolom CK-200. Daktilitas Kolom Nilai beban dan lendutan kolom yang diperoleh saat pengujian dapat digunakan untuk mendapatkan nilai momen lentur maksimum dan curvature kolom pada midheight kolom. Tabel 4. Nilai Daktilitas Kolom Benda Uji Eksentrisitas Curvature Leleh (m -1 ) Curvature Ultimit (m -1 ) Daktilitas C-50 50 0,006 0,012 2,00 C-100 100 0,012 0,018 1,48 C-150 150 0,011 0,014 1,27 C-200 200 0,011 0,0125 1,14 CK-200 200 0,033 0,043 1,30 Berdasarkan Tabel 4 daktilitas rata-rata dari kolom C-50, C-100, C-150 dan C-200 adalah 1,47. Kolom C- 200 memiliki daktilitas 12,12% lebih kecil dari kolom CK-200. Ragam Kegagalan Kolom Beban aksial yang menyebabkan retak lentur awal (first crack) terjadi bervariasi. Beban maksimum yang terjadi juga merupakan beban yang menyebabkan spalling pada sisi tekan kolom. Spalling pada daerah tekan menentukan terjadi secara tiba-tiba bersamaan dengan dicapainya beban maksimum. Beban maksimum yang terjadi tidak merupakan beban yang menyebabkan spalling pada sisi tekan kolom. Spalling pada daerah tarik menentukan tidak secara tiba-tiba dan terjadi setelah dicapainya beban maksimum. Pada kolom C-50 retak awal terjadi pada saat beban hampir mencapai beban maksimum. Pada kolom C-50 akibat beban aksial eksentris kegagalan yang terjadi akibat tegangan tekan sehingga spalling terjadi secara tiba-tiba. Pada kolom C-100, C-150 retak awal terjadi pada saat beban mencapai 19,50% dari beban maksimumnya. Spalling terjadi pada kolom C-100, C-150 dan C-200 pada saat beban mencapai beban maksimumnya. Berbeda retak awal pada kolom C-200 terjadi pada beban mencapai 69,49% dari beban maksimumnya. Kolom CK-200 mengalami retak awal pada saat beban mencapai 33 % dari beban maksimum, dan spalling terjadi setelah beban mencapai beban maksimum. Beban maksimum yang dapat dicapai kolom C-200 lebih kecil 2,64 kali beban maksimun pada kolom CK-200. Perbandingan Kapastas Kolom Teoritis dan Eksperimen Gambar 8 adalah diagram iteraksi kolom hasil eksperimen dan perhitungan teoritis. Pada kurva di atas dapat dilihat titik beban dan momen maksimum hasil eksperimen untuk kolom bataton dan kolom beton (referensi). Berdasarkan kurva tersebut dapat diketahui mutu beton pada benda uji kolom. Mutu beton pada kolom bataton diketahui memiliki nilai terendah 3,5 MPa dan tertinggi 8 MPa, sedangkan untuk kolom beton (referensi) memiliki nilai 15,5 MPa. 277

Pada eksentrisitas yang sama, perbandingan beban aksial maksimum kolom referensi dan kolom bataton hasil eksperimen rata-rata sebesar 2,50. Pada eksentrisitas yang sama, perbandingan momen maksimum kolom referensi dan kolom bataton hasil eksperimen rata-rata sebesar 2,44. Perbandingan beban maksimum kolom bataton teoritis dan eksperimen rata-rata sebesar 1,96. Pada kolom referensi CK-200 perbandingan beban maksimum kolom teoritis dan eksperimen sebesar 1,06. Perbandingan momen maksimum kolom bataton hasil eksperimen rata-rata sebesar 1,99. Berbeda dengan kolom referensi CK-200 perbandingan momen maksimum kolom teoritis dan eksperimen sebesar 0,99. 4. KESIMPULAN Kesimpulan Gambar 8. Diagram Interaksi P-M Benda Uji Berdasarkan hasil eksperimen pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada eksentrisitas yang sama, beban aksial maksimum kolom bataton 2,50 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. 2. Pada eksentrisitas yang sama, momen maksimum kolom bataton 2,44 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. 3. Kekakuan rata-rata kolom bataton adalah 42,33. Pada eksentrisitas beban yang sama kekakuan kolom bataton 12,68% lebih besar daripada kolom beton referensi. 4. Daktilitas rata-rata kolom bataton adalah 1,47. Pada eksentrisitas beban yang sama daktilitas kolom bataton 12,12% lebih besar daripada kolom beton referensi. 5. Mutu beton pada kolom bataton memiliki nilai yang relatif rendah, hal ini disebabkan karena pemadatan sulit dilakukan, pengecoran beton segar harus dilakukan secara bertahap serta adukan mortar untuk spesi jatuh di dalam bataton dan akan tercampur dengan beton segar. Saran Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, untuk penelitian lebih lanjut dapat diberikan saran sebagai berikut : 278

1. Mutu beton harus dijaga kualitasnya dengan cara dihindari jatuhnya adukan mortar dalam bataton dan tercampur dengan beton segar. 2. Set up pada saat pengujian supaya diperhatikan dan dijaga agar sesuai dengan pemodelan dan analisis teoritis. 3. Prosedur pengujian kolom setelah beban maksimum tercapai, sebaiknya diganti dengan sistim displacement control agar dapat ditangkap perilaku pasca beban puncak (post peak behavior). DAFTAR PUSTAKA ACI Innovation Task Group 1 and Collaborators, 2001, Commentary on Acceptance Criteria for Moment Frames Based on Structural Testing, American Concrete Institute. Badan Standarisasi Nasional, 2002, SNI-03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Strktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung, Surabaya. Gere, J.M., & Timoshenko, S.P., 1984. Mechanics of Material, 2 nd Edition. Wadsworth, Inc., Belmont, California. Nuryanti. P., 2010, Analisis Non Linier Kolom Beton Bertulang Penampang Segiempat Berongga dengan Variasi Eksentrisitas Beban dan Mutu Beton, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Priyosulistyo, HRC., 2004, Perilaku Elemen Struktur Beton Bertulang Paska Bakar, Konferensi Nasional Kegempaan II PSIT UGM, Yogyakarta. Zacoef. A., 2003, Kapasitas Lentur Kolom Pendek Beton Bertulang dengan Variasi Lubang, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 279