MENURUNKAN TINGKAT DISCREPANCY DOKUMEN EKSPOR, MENGOPTIMALKAN FUNGSI LETTER OF CREDIT

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SIMULASI PENGISIAN L/C

Surat Kredit (LC) dan SKBDN

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB II LANDASAN TEORI

Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi. Version

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI dan DALAM NEGERI. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Skema SBLC & Bank Garansi

I. PENDAHULUAN. pemberian kredit serta berupaya untuk menggali pendapatan dari sisi fee based

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

No.16/5/DPM Jakarta, 8 April Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41.

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN STANDBY LETTER OF CREDIT DENGAN BANK GARANSI DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

Kesiapan LPEI dalam Penugasan Khusus

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. /

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6

MEKANISME PEMBAYARAN MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM TTRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL PADA PT. SEMEN BOSOWA MAROS

TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEKANISME PEMBAYARAN PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI 1

Astri Andani *) Dr. Ir. Salmiah, MS **) Sri Fajar Ayu SP. MM. DBA **) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penting guna mendukung pengembangan teknologi itu sendiri. Perbankan

Pendanaan Ekspor dan Impor

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH

No.15/ 9 /DSM Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA EKSPORTIR, PEMILIK BARANG DAN/ATAU PENERIMA DEVISA HASIL EKSPOR DI INDONESIA

Module Asuransi Kredit

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring

Welcome to PT Tridaya Utama Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

Kata Kunci: Standby Letter of Credit, Prinsip Kehati-hatian, Bank. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB II LANDASAN TEORI

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para

mandiri renminbi Frequently Asked Questions

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 116

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

kasus L/C pada Perusahaan Bank BNI

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

- Bunga berlaku 4% per tahun untuk Mata Uang Dolar AS, 5% per tahun untuk Mata Uang Euro.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING, DAN JASA LALU LINTAS PEMBAYARAN)

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten

2. Proses dan langkah langkah L/C:

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

Transkripsi:

Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan MENURUNKAN TINGKAT DISCREPANCY DOKUMEN EKSPOR, MENGOPTIMALKAN FUNGSI LETTER OF CREDIT Rori Achir Universitas Terbuka rori.achir@gmail.com Abstract: Letter of credit (LC) is still favourite choice in international trade (export and import) payment mechanism. One of LC superiority among other payment mechanisms is the existing of issuing bank definite undertaking to pay exporter, as long as such exporter be able to present documents which comply with letter of credit and other international best practices. However, not all of the exporter are able to make the best use of LC optimally, while it is predicted that at least 70% of documents presented to bank were discrepant. Discrepancy causes the undertaking of issuing bank to be no longer valid, and gives rise to some consequences, starting from the deducting discrepancy fee and delay payment by issuing bank which leads to exporter cash flow problem, the possibility for price cutting by applicant, or even refuse to pay by issuing bank (unpaid). Inspite of those consequences, discrepancy also could influence negative impact to exporter reputation and bargaining position to its overseas counterparty. Keywords: Letter of credit, discrepancy, discrepant document Abstrak: Letter of credit (LC) masih menjadi pilihan favorit dalam mekanisme pembayaran perdagangan internasional (ekspor impor). Salah satu kelebihan LC dibanding mekanisme pembayaran lain adalah adanya jaminan dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran kepada eksportir, sepanjang eksportir dapat menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat LC dan international best practice lainnya. Namun demikian, tidak semua eksportir dapat memanfaatkan LC ini secara optimal, dimana diperkirakan setidaknya 70% dokumen yang dipresentasikan kepada bank berada dalam kondisi discrepant. Discrepancy menyebabkan jaminan pembayaran dari bank penerbit tidak lagi berlaku, dan menimbulkan beberapa konsekuensi, mulai dari pembebanan biaya discrepancy dan penundaan pembayaran oleh bank penerbit yang akan mempengaruhi cash flow eksportir, kemungkinan permintaan diskon harga oleh importir, atau bahkan penolakan dokumen oleh bank penerbit (unpaid). Disamping konsekuensi di atas, discrepancy juga berpengaruh negatif terhadap reputasi dan daya tawar eksportir terhadap counter party di luar negeri. Kata Kunci: Letter of credit, discrepancy, dokumen discrepant PENDAHULUAN Terdapat empat mekanisme pembayaran dalam perdagangan internasional yang umum dikenal, yakni Advance Payment (Cash in Advance) dimana pembeli (buyer) melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum barang dikirimkan oleh penjual (seller), Open Account dimana pembayaran oleh buyer dilakukan setelah seller mengirimkan barang, Documentary Collection dimana seller mengirimkan dokumen penagihan kepada buyer dengan menggunakan jasa bank, serta mekanisme Letter of Credit (LC). Dalam format yang paling sederhana, LC impor biasanya diterbitkan oleh sebuah bank atas nama pembeli (purchaser/buyer) atas suatu barang atau jasa untuk kepentingan beneficiary, biasanya penjual (seller) barang atau penyedia jasa tersebut. Penerbit LC (biasanya bank), tanpa dapat dibatalkan secara sepihak, berjanji

untuk membayar seller atau penyedia jasa jika yang bersangkutan dapat mempresentasikan dokumen sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum pada LC. 3 LC memiliki kekhasan tersendiri, karena dalam mekanisme ini bank penerbit (issuing bank) memberikan jaminan yang independen kepada seller. Apabila dokumen yang dipresentasikan comply, maka kewajiban untuk melakukan pembayaran ada pada issuing bank dan bukan seller, karena credit risk buyer beralih menjadi credit risk bank. Sedangkan di lain pihak buyer mengetahui bahwa pembayaran tidak akan dilakukan oleh bank kecuali setelah seller mengirimkan barang serta menyerahkan dokumen yang menunjukkan bukti pengirimannya. 5 Dengan demikian, instrumen LC dipandang dapat mengurangi risiko secara substansial baik bagi seller maupun buyer. 6 Adanya jaminan yang independen dari bank ini menyebabkan mekanisme LC tetap banyak dipergunakan. LC bermanfaat ketika seller sulit mendapatkan informasi yang dapat reliable mengenai kualitas kredit buyer, namun dapat menerima kredibilitas bank dimana buyer berbankir 9, atau apabila terdapat regulasi dari pemerintah yang mengharuskan penggunaan LC untuk situasi atau komoditas tertentu. Jumlah transaksi yang menggunakan mekanisme LC masih cukup signifikan. Pada tahun 2011, dari total USD 146,33 milyar transaksi ekspor non migas nasional, sebanyak 10,52% diantaranya (USD 15,40 Milyar) menggunakan mekanisme LC, sedangkan sampai dengan pertengahan tahun 2012 porsi ini sedikit mengalami peningkatan menjadi 10,93% atau senilai USD 7,56 Milyar. Di China presentasi transaksi perdagangan luar negeri yang menggunakan LC bahkan mencapai 50 s.d 60%. 6 Adapun terkait operasional perbankan di bidang trade, berdasarkan survey yang dilakukan oleh ICC pada tahun 2009, diperoleh informasi bahwa sekitar 45% transaksi ekspor yang dikelola perbankan dunia menggunakan mekanisme LC, baik LC komersial maupun stand by. 2,4. Sedangkan pada tahun 2012, angka tersebut mencapai 44% 6, sama dengan angka satu tahun sebelumnya. 3 Pada mekanisme LC, buyer mengajukan permintaan pembukaan LC kepada bank (issuing bank) setelah menyepakati kontrak jual beli dengan pihak seller. Issuing bank kemudian membuka LC untuk kepentingan beneficiary (seller), yang antara lain memuat uraian barang/jasa yang diperjual-belikan serta dokumen-dokumen yang harus diserahkan oleh seller untuk dapat memperoleh pembayaran. Apabila seller dapat menyerahkan dokumen sesuai dengan tems dan conditions LC (comply) serta international best practice lainnya, maka issuing bank akan melakukan pembayaran paling lambat lima hari kerja perbankan setelah menerima dokumen (LC sight), atau pada tanggal jatuh tempo di kemudian hari sebagaimana dijanjikan di dalam LC (LC usance). Dengan demikian, tantangan terbesar bagi seller untuk memperoleh pembayaran di dalam mekanime LC adalah mempersiapkan dokumen comply, dimana hal ini nampaknya tidak mudah untuk dicapai: jumlah dokumen yang tidak comply (atau dokumen dalam kondisi discrepant) pada first presentation (diserahkan oleh beneficiary ke bank) diperkirakan berada di sekitar angka 70% 3 atau bahkan mencapai 75%. 4 Di Indonesia, fenomena yang sama juga terjadi, dimana para eksportir belum dapat memanfaatkan LC ini secara optimal. Diperkirakan lebih dari 70% dokumen yang dipresentasikan kepada bank (first presentation) dan 60% dokumen yang diperbaiki (setelah first presentation) berada dalam kondisi discrepant. Meskipun angka tingkat discrepancy yang sebenarnya membutuhkan penelitian lebih lanjut, tingginya tingkat discrepancy ini memerlukan perhatian khusus sehingga dapat ditekan serendah mungkin. Berdasarkan pengamatan penulis, respon atas dokumen discrepancy diantara para eksportir tampaknya cukup beragam. Sejumlah eksportir memberikan perhatian yang sangat tinggi mengenai pemotongan atas hasil ekspor yang diterima. Beberapa eksportir bahkan juga telah menjadikan target minimalisir discrepancy dan biaya discrepancy sebagai salah satu target Key Performance Indicator (KPI) unit usahanya. Namun demikian, masih tingginya tingkat discrepancy yang masih terjadi perlu Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 148

mendapatkan solusi yang lebih komprehensif, sehingga fungsi penjaminan LC dapat berjalan secara efektif, dan seller dapat memanfaatkan fungsi LC ini secara optimal Melalui makalah ini, diharapkan kalangan eksportir dan perbankan dapat memiliki awareness yang lebih tinggi dan memberikan perhatian yang lebih baik, sehingga kemungkinan munculnya discrepancy dapat ditekan dan upaya pencegahannya dapat dimaksimalkan. Disamping merujuk kepada sejumlah literatur, makalah ini juga ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam menekuni dunia international trade di perbankan. HASIL DAN PEMBAHASAN PENYEBAB DISCREPANCY Peluang munculnya discrepancy dapat terjadi sejak dilakukan negosiasi antara seller dan buyer. Sales contract yang tidak mengatur terms dan conditions LC yang akan diterbitkan secara rinci akan menyebabkan permintaan penerbitan LC ke issuing bank dilakukan berdasarkan persepsi buyer, sehingga memungkinkan munculnya klausula-klausula LC yang sulit dipenuhi oleh seller. Pada saat menerima LC pun, seringkali klausula-klausula yang sulit dipenuhi ini kurang mendapatkan perhatian seller, baik karena kurangnya awareness, waktu pengiriman barang/jasa yang sudah mendesak, atau karena tingkat keyakinan seller bahwa dokumen akan tetap dibayar meskipun terdapat discrepancy. Di internal perusahaan, tidak jarang terjadi perbedaan persepsi atau kurang baiknya koordinasi diantara tim yang melakukan penjualan dengan tim yang mempersiapkan dokumen ekspor, sehingga kesepakatan yang diambil pada saat negosiasi jual beli dapat menimbulkan kesulitan dalam mempersiapkan dokumen. Discrepancy juga dapat terjadi karena proses penyiapan dokumen yang kurang efisien, baik karena kebiasaan yang telah berlangsung lama, atau karena kurangnya pengetahuan personel terkait. Dokumen yang memuat terlalu banyak informasi dan data yang sebetulnya tidak diperlukan (karena memang tidak diminta oleh LC dan ketentuan international best practice lainnya) akan memperbesar potensi munculnya discrepancy. Disamping itu, proses penyiapan dokumen yang dilakukan secara manual, yakni dengan menginput/mengetik data secara manual ke setiap dokumen yang disyaratkan oleh LC juga berfungsi menimbulkan kesalahan berupa tidak konsistennya data antar dokumen. Faktor lain yang juga patut menjadi perhatian seller adalah adanya tekanan dari buyer kepada issuing bank untuk menemukan discrepancy pada dokumen yang diterima. Survey yang dilakukan oleh International Chambers of Commerce tahun 2012 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan tekanan dari buyer kepada issuing bank dari 6%tahun sebelumnya menjadi 14%. 1 Meskipun tidak berniat untuk menolak melakukan pembayaran, buyer yang kebetulan sedang dihadapkan pada kesulitan cashflow atau turunnya harga barang yang diperjual-belikan di pasar sangat mungkin berupaya untuk menunda pembayaran. DAMPAK DISCREPANCY Discrepancy menyebabkan issuing bank berhak untuk tidak melakukan pembayaran atas dokumen yang dipresentasikan oleh beneficiary (seller), atau dengan kata lain, jaminan pembayaran dari bank penerbit menjadi tidak lagi berlaku, sehingga menimbulkan sejumlah konsekuensi, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini. Pembebanan Biaya Discrepancy Meskipun keputusan untuk melakukan pembayaran atau penolakan atas dokumen discrepant mutlak ada pada issuing bank, namun pada umumnya issuing bank meminta tanggapan applicant (buyer) atas discrepancy, dan mengirimkan advice of refusal kepada seller dengan menyebutkan rincian discrepancy yang menyebabkan issuing bank menolak untuk melakukan pembayaran. Bagi issuing bank, hal ini membutuhkan effort tambahan, sehingga pada umumnya mereka membebankan biaya discrepancy yang dipotong dari proceeds. Besarnya biaya discrepancy bervariasi sesuai Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 149

dengan kebijakan masing-masing bank, mulai dari eqv. USD 20 s.d eqv. USD 100. Keterlambatan Penerimaan Dana Hasil Ekspor (Proceeds) Mengingat transaksi perdagangan internasional melibatkan negara yang berbeda, sangat jarang terjadi seller menyerahkan dokumen langsung ke issuing bank. Penyerahan dokumen biasanya dilakukan melalui bank tempat seller berbankir, dan sekaligus merupakan bank yang telah ditunjuk oleh issuing bank di dalam LC (nominated bank). Dengan demikian pemeriksaan dokumen dilakukan oleh dua pihak, yakni nominated bank dan issuing bank. Apabila berdasarkan pemeriksaan nominated bank dokumen mengandung discrepancy, terdapat dua pilihan langkah yang dapat diambil oleh seller, yakni melakukan koreksi dokumen atau meminta nominated bank untuk langsung mengirimkan dokumen apa adanya (tanpa koreksi) ke issuing bank. Jika seller megambil alternatif pertama, kecepatan dalam melakukan koreksi dan meyerahkan kembali hasil koreksi ke nominated bank akan berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan dana hasil ekspor, dimana proses koreksi yang lama (berhari-hari) akan menyebabkan makin lama pula nominated bank mengirimkan dokumen tersebut ke issuing bank. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan oleh issuing bank, dimana diperkirakan tingkat disrepancy atas dokumen yang dikirimkan ke issuing bank ini masih cukup tinggi, yakni sekitar 60%. Meskipun memiliki hak perogratif untuk menerima atau menolak dokumen discrepant, issuing bank biasanya meminta persetujuan buyer atas discrepancy yang ada, sehingga waktu pembayaran proceeds oleh issuing bank akan sangat bergantung kepada lamanya buyer memberikan keputusan. Sebagian besar seller mengandalkan hubungan baik dengan buyer, dan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi bahwa dokumen akan dibayar meskipun dalam kondisi discrepant, tanpa menyadari lamanya pembayaran tertunda karena discrepancy. Lamanya keterlambatan pembayaran akibat discrepancy di issuing bank dapat dipengaruhi oleh banyak hal dan sulit untuk digeneralisir, namun demikian, temuan Mann (2000) dalam Bergami (2011) setidaknya dapat memberikan gambaran: dari 96 dokumen impor discrepant yang diamati, 53% diantaranya diaksep (waived) oleh buyer satu hari kerja sesudah menerima pemberitahuan dari issuing bank, 84% diantaranya diaksep dalam waktu satu minggu, sedangkan sebanyak 3% diantaranya masih belum diaksep dalam jangka waktu 4 minggu setelah menerima pemberitahuan dari issuing bank 2. Keterlambatan penerimaan proceeds ekspor menyebabkan bertambahnya cash to cash period produk/jasa dan seller kehilangan kesempatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana, sedangkan bagi perusahaan yang memiliki cash flow ketat, hal ini akan mengganggu operasional perusahaan. Permintaan Pemotongan Harga oleh Buyer Terlepas dari hubungan baik antara seller dengan buyer, dokumen discrepant yang dimintakan keputusan kepada buyer oleh issuing bank akan menempatkan posisi seller relatif lemah terhadap buyer. Apabila buyer membutuhkan barang dengan cepat, sedangkan jenis dokumen transportasi merupakan document of title yang diserahkan oleh seller kepada bank secara full set, maka waiver oleh buyer terhadap discrepancy akan lebih cepat dilakukan sehingga seller juga akan menerima pembayaran lebih cepat dari issuing bank. Namun demikian, jika buyer tidak begitu memerlukan barang, terdapat kemungkinan yang bersangkutan akan menunda waiver sesuai dengan kondisi cash flow perusahaan, misalnya sampai dengan batas waktu berakhirnya masa bebas demurrage di pelabuhan. Apabila buyer telah menguasai barang (jenis dokumen transportasi bukan document of title, (atau document of title dengan consignee buyer dan sebagian dokumen dikirim langsung oleh seller kepada buyer), maka kemungkinan buyer menunda waiver atas discrepancy dalam waktu yang lama akan lebih besar. Jika harga di pasar Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 150

sedang tidak menguntungkan, bukan tidak mungkin buyer memanfaatkan situasi dengan meminta pemotongan harga sebagai syarat akseptasi atas discrepancy. Dengan demikian, disamping pembebanan biaya discrepancy oleh isuing bank, serta keterlambatan penerimaan hasil ekspor, seller juga menanggung potensi kerugian yang diakibatkan oleh permintaan pemotongan harga oleh buyer. Pengembalian Dokumen oleh Issuing Bank Respon yang paling tidak diinginkan atas dokumen discrepant adalah seller menolak untuk menerima discrepancy dan meminta issuing bank untuk mengembalikan dokumen kepada seller, sehinngga seller tidak menerima pembayaran dari issuing bank menjadi nihil. Pengembalian dokumen ini sendiri tidak selalu dilakukan atas permintaan buyer, dan dapat diputuskan oleh issuing bank tanpa memintakan persetujuan buyer terlebih dahulu. Hal ini dapat dimaklumi karena keputusan untuk membayar atau menolak dokumen discrepant pada dasarnya merupakan hak prerogratif issuing bank. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh ICC, pada tahun 2009 sebanyak 11% dari 161 bank yang menjadi responden pernah mengambil inisiatif untuk mengembalikan dokumen discrepant tanpa terlebih dahulu meminta pendapat buyer. 4 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa issuing bank tidak berniat untuk memperpanjang fasilitas (penerbitan LC) kepada buyer, dan memanfaatkan keberadaan dokumen discrepant untuk mewujudkan niat tersebut. 4 Sejauh ini belum terdapat penelitian yang komprihensif atas biaya yang ditimbulkan atas dokumen discrepant, sehingga belum terdapat angka yang pasti. Namun demikian, dalam studi yang dilakukan oleh Sitpro Ltd, diperkirakan bahwa pada tahun 2000 kerugian yang terjadi di Inggris mencapai 113 Juta. 6 Adapun di Indonesia, penulis memperkirakan bahwa dari pemotongan proceeds saja sebagai biaya discrepancy pada ekspor diperkirakan lebh dari Rp. 30 Milyar pada tahun 2011, sedangkan keterlambatan pembayaran menimbulkan opportunity cost yang lebih besar. Disamping konsekuensi-konsekuensi di atas, dokumen discrepant juga berpengaruh terhadap reputasi dan daya saing eksportir terhadap counter party di luar negeri. PENCEGAHAN DISCREPANCY Paradigma tentang Discrepancy Bagi eksportir, upaya penihilan discrepancy perlu diawali dengan paradigma bahwa discrepancy pada dasarnya dapat dicegah. Pengalaman di masa lampau yang menunjukkan bahwa dokumen discrepancy akhirnya selalu dibayar bukanlah alasan yang tepat untuk menjustifikasi keberadaan discrepancy, begitu juga hubungan yang telah terjalin baik dengan buyer. Manajemen Discrepancy Pada perusahaan dengan skala usaha kecil, sangat mungkin proses persiapan dokumen yang akan diserahkan ke bank dalam rangka realisiasi LC dilakukan oleh personel atau tim yang sama dengan yang menangani penjualan dan produksi. Pada korporasi yang berskala besar, proses penyiapan dan penyerahan dokumen ekspor ke bank dilakukan oleh bagian khusus, katakanlah Bagian Collection atau Penagihan. Tanggung jawab untuk menghasilkan dokumen comply tidak hanya ada pada Bagian Penagihan. Pencegahan discrepancy merupakan tanggung jawab seluruh unit di dalam perusahaan, dan dimulai sejak proses penjualan, sehingga koordinasi yang baik diantara seluruh bagian tersebut sangat penting untuk mencegah munculnya discrepancy pada dokumen. Penjualan Pengadaan Produksi Pengiriman Dokumen comply Penagihan Gambar 1. Kontribusi Semua Bagian Perusahaan dalam Mencegah Discrepancy Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 151

Pada saat berlangsung negosiasi antara buyer dengan seller, biasanya buyer akan menyampaikan dokumen-dokumen yang ingin diterima dari seller sebagai bukti pengiriman barang, yang selanjutnya akan dicantumkan pada LC yang akan dibuka. Tim Penjualan perlu memastikan bahwa dokumen-dokumen yang diminta buyer dimaksud dapat dipenuhi dan nantinya tidak menyulitkan. Selanjutnya Tim Penjualan perlu mengikutsertakan dokumen-dokumen tersebut dan persyaratan LC yang dibutuhkan ke dalam klausula kontrak jula beli (sales contract). Bahkan, apabila posisi seller cukup kuat, tidak jarang Bagian Penjualan meminta buyer mengirimkan draft (konsep) LC terlebih dahulu, sehingga segala sesuatu dapat diantisipasi sebelum LC diterbitkan oleh issuing bank. Setelah menerima LC yang diterbitkan oleh issuing bank, adalah sangat penting bagi Bagian Penjualan dan Bagian Penagihan untuk memeriksa LC dimaksud dengan seksama, guna memastikan bahwa a) Semua dokumen yang diminta di dalam LC dapat diperoleh atau dipersiapkan, b) Seluruh syarat dan kondisi LC dapat dipenuhi, dan c) LC telah dibuka sesuai dengan kontrak jual beli yang telah disepakati. 5 Apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan kontrak jual beli, maka Bagian Penjualan perlu menghubungi buyer untuk melakukan perubahan (amendment). Bagian Penagihan perlu memahami seluruh terms dan conditions LC secara jelas (clear) dan tidak mengambil asumsi apabila terdapat klausula-klausula di dalam LC yang tidak dimengerti dengan baik. Langkah terbaik adalah menghubungi bank untuk berkonsultasi. Seller juga perlu mengantisipasi waktu yang cukup antara pembukaan LC oleh issuing bank dengan batas tanggal terakhir realisasi pengiriman barang oleh seller, sehingga a) apabila terdapat hal-hal yang belum sesuai dengan sales contract atau hal-hal lain yang sulit atau tidak mungkin dipenuhi oleh seller, maka dapat dilakukan amendment, serta b) tersedia waktu yang cukup untuk pengurusan berbagai dokumen yang tidak jarang membutuhkan waktu yang panjang. Bagian Pengadaan (bahan baku) dan Bagian Produksi juga memiliki peranan penting. Disamping memastikan segala sesuatu sesuai jadual, pengontrolan kuantitas dan kualitas bahan baku serta produk yang dihasilkan perlu dilakukan dengan baik, sehingga sesuai dengan kriteria yang dicantumkan di dalam LC. Apabila terdapat jadual atau kuantitas dan kualitas yang tidak match, bagian ini perlu segera berkoordinasi dengan Bagian Penjualan dan Bagian Penagihan sehingga langkahlangkah antisipasi dapat dilakukan lebih awal, seperti menghubungi buyer untuk mengajukan amendment LC. Bagian Pengiriman juga berkontribusi dalam mencegah munculnya discrepancy. LC yang diterbitkan oleh setiap bank dan setiap negara biasanya memiliki karakteristik sendiri mengenai pengiriman barang. Terdapat sejumlah LC yang hanya mengizinkan pengiriman barang melalui shipping company tertentu, membatasi usia alat angkut yang dapat dipergunakan, memintakan syarat khusus kemasan dan penambahan label tentu pada kemasan. Syarat-syarat ini perlu dipenuhi, sehingga dokumen yang akan dihasilkan nantinya dapat memuat informasi-informasi tersebut secara benar sesuai syarat dan kondisi LC. Bagaimanapun, kontrol terbesar terhadap dokumen pada umumnya berada pada Bagian Collection atau Bagian Penagihan. Bagian ini bertanggung-jawab mempersiapkan dan mengontrol dokumen secara word by word, baik dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh seller sendiri atau diterbitkan oleh pihak ketiga. Tidak jarang bagian ini harus berkoordinasi secara intensif dengan berbagai pihak, seperti Departemen Perdagangan untuk penerbitan Certificate of Origin, perwakilan negara sahabat untuk endorsement (visaed) invoice, perusahaan asuransi apabila LC mensyaratkan adanya dokumen asuransi, shipping company terkait penerbitan dokumen transportasi, dan lain-lain, sehingga sejak awal konten dokumen yang diterbitkan sesuai dengan yang diminta oleh LC. Untuk melakukan tugas ini dengan baik, Bagian Penagihan perlu memelihara catatancatatan khusus mengenai karakteristik Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 152

dokumen yang dimintakan oleh masing-masing buyer, bank, negara, shipping company serta pihak-pihak lainnya. Informasi yang Tidak Diperlukan Pada Dokumen Salah satu penyebab dominan munculnya discrepancy adalah pencantuman informasi yang sebetulnya tidak diperlukan di dalam dokumen. Informasi yang terlalu banyak menyebabkan lebih sulit untuk melakukan pengontrolan, dan apabila terdapat kebutuhan perubahan data di kemudian hari, proses review dokumen menjadi lebih lama. Sehubungan dengan hal tersebut, sangat disarankan untuk hanya mencantumkan informasi yang benarbenar diperlukan sesuai dengan syarat LC dan ketentuan best practice. Commercial Invoice misalnya, secara best practice hanya perlu mencantumkan informasi mengenai beneficiary (seller) dan applicant (buyer), uraian barang, trade term, informasi currency, nilai barang/jasa yang dikirimkan, serta pemotongan harga yang disyaratkan oleh LC (jika ada). 3,8 Informasi-informasi seperti tujuan pengiriman barang, nama alat angkut, nomor dokumen transportasi, tanggal pengapalan, nomor dan tanggal LC, nomor seal dan kontainer, estimated time of arrival serta informasi lainnya sepanjang tidak diminta oleh LC- tidak perlu dicantumkan. Bagian Penagihan juga perlu mencermati LC dengan seksama untuk memastikan dapat dihindarinya pencantuman informasi-informasi yang secara tegas tidak diperkenankan dalam LC. Dilain pihak, semua informasi yang diminta oleh LC harus dipastikan telah dicantumkan secara benar di dalam dokumen. Ketentuan Best Practice Ketentuan mengenai transaksi LC diatur dalam ICC Uniform Customs and Practice for Documentary Credit, 2007 Revision, ICC Publication No. 600 (UCP 600) 8. Adapun standar pemeriksaan dokumen diatur dalam Internal Standar Banking Practice for Examination Document Under Documentary Credit, ICC Publication No. 681 E (ISBP). 7 Kedua ketentuan ini perlu dipahami dengan baik oleh personel yang terkait sehingga discrepancy dokumen dapat dicegah atau diminimalisir. Untuk memperkuat pemahaman, juga terdapat sejumlah referensi yang dapat dijadikan rujukan, seperti ICC Banking Comission Opinion yang memuat opini ICC tentang berbagai kasus/dispute yang terjadi dalam pemeriksaan dokumen, serta Incoterms 2010 yang mengatur penggunaan trade terms. Aplikasi (Template) Penyiapan Dokumen Di dalam mempersiapkan dokumen ekspor, seller sering harus memasukkan informasi yang sama pada sejumlah dokumen yang berbeda. Sebagai contoh, uraian barang biasanya tidak hanya dicantumkan pada invoice, tetapi juga pada packing list, transport document, beneficiary certificate dan dokumen lainnya. Apabila uraian barang pada setiap dokumen tersebut diketik satu persatu, maka akan dibutuhkan waktu yang lama, dan kemungkinan munculnya kesalahan akan lebih besar. Salah satu cara yang efektif dalam menyiapkan dokumen adalah dengan menggunakan template software yang berfungsi sebagai document preparations. Template ini dapat dipersiapkan secara sederhana, misalnya dengan menggunakan spreadsheet, sehingga data yang sama untuk dokumen berbeda cukup diinput satu kali. Berbagai aplikasi yang berfungsi sebagai tools document preparation juga banyak tersedia di pasar, dengan berbagai fitur yang menarik. Peranan Bank Banyak bank memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan transaksi trade service dan finance. Bank juga concern dengan discrepancy, terutama apabila mereka melakukan pembiayaan terhadap LC atau dokumen ekspor. Bank-bank tersebut memiliki ekspertis di bidang international trade yang dapat memberikan advis dan konsultasi kepada para nasabahnya. Eksportir dapat memanfaatkan layanan yang diberikan bank ini dengan optimal untuk mencegah discrepancy. Sebelum menyepakati kontrak jual beli dengan buyer misalnya, eksportir dapat memintakan informasi mengenai calon issuing bank yang Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 153

diusulkan oleh buyer. Sewaktu menerima LC, seller perlu berkonsultasi apabila terdapat klausula LC yang meragukan atau tidak dipahami dengan baik. Bank juga dapat membantu melakukan pemeriksaan dokumen sebelum dikirimkan ke issuing bank, sehingga sekiranya masih terdapat discrepancy yang lolos dari pengamatan seller, discrepancy dimaksud dapat diperbaiki sebelum dikirimkan ke issuing bank. Layanan lain yang dapat diberikan oleh bank adalah jasa pre-checking dokumen, penyediaan aplikasi document preparation, penyelenggaraan pelatihan dan workshop untuk nasabah dibidang perdagangan internasional, serta program edukasi khusus untuk pencegahan discrepancy. SIMPULAN Diperkirakan lebih dari 70% dokumen yang diserahkan eksportir kepada bank (first presentation) berada dalam kondisi discrepant. Sedangkan sesudah dilakukan perbaikan, sebanyak 60% dokumen masih berada dalam kondisi discrepant, sehingga dari pemotongan biaya discrepancy saja, estimasi kerugian yang dialami seluruh eksportir nasional lebih dari Rp. 30 Milyar pada tahun 2012. Angka tingkat discrepancy dan total nilai kerugian yang lebih mendekati angka sebenarnya memerlukan penelitian yang lebih komprihensif. Namun demikian, setidaknya hal ini menunjukkan bahwa discrepancy dokumen perlu menjadi perhatian khusus eksportir, karena dokumen discrepant menyebabkan eksportir tidak dapat menikmati fungsi penjaminan LC tidak berjalan sebagaimana mestinya. Disamping pemotongan biaya discrepancy, seller juga dihadapkan pada potensi risiko keterlambatan pembayaran, permintaan pemotongan harga, unpaid, serta risiko non finansial berupa kredibilitas yang kurang baik dimata buyer. Upaya pencegahan discrepancy perlu diawali dengan paradigma bahwa discrepancy seharusnya dapat dicegah. Selanjutnya diperlukan concern manajemen untuk meningkatkan sinergi diantara seluruh bagian perusahaan. Personel terkait perlu memahami ketentuan international best practice dengan baik, dan mempersiapkan dokumen secara efektif dengan menghindari informasi yang tidak diperlukan. Aplikasi document preparation dapat disiapkan secara sederhana melalui spread sheet, atau dibeli di pasar dengan memperhatikan fleksibilitas aplikasi. Eksportir juga dapat memanfaatkan peranan bank dalam upaya menurunkan discrepancy. Terdapat banyak layanan yang diperoleh, seperti informasi mengenai issung bank, layanan konsultasi, pre-checking dokumen serta document preparation, serta pelatihan/workshop di bidang perdagangan internasional dan document preparation. Bankbank tertentu juga memiliki program edukasi untuk pencegahan discrepancy. DAFTAR PUSTAKA Bergami, Roberto. 2011. Risk Management in Australian Manufacturing Export: The case of the Letter of Credit to ASEAN. Melbourne: Victoria University. http:/vuir.vu.edu.au/id/eprint/16043 Garry Collier. 2010. The Guide to Documentary Credit. 3 rd Edition. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 2012. An ICC Global Survey on Trade Finance 2012: Rethingking Trade and Finance. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 2011. Global Risk Trade Finance 2011-An initiative of the ICC Banking Comission. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 2010. An ICC Banking Commission Market Intelegence Report: Rethingking Trade Finance 2010, An ICC Global Survey. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 31 March 2009. An ICC Banking Commission Market Intelegence Report: Rethingking Trade Finance 2009, An ICC Global Survey. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 2007. International Standard Banking Practice for the Examination of Documents under Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 154

Documentary Credit, 2007 Revision for UCP 600. Paris: International Chambers of Commerce. International Chambers of Commerce. 2007. ICC Uniform Customs and Practice for Documentary Credits 2007 Revision. Paris: International Chambers of Commerce. US Department of Commerce. 2007. Trade Finance Guidance-A Quick Reference for US Ex.Exporter Washington:US Department of Commerce Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan 155