BAB I PENDAHULUAN. dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. merasa, atau tindakan dapat dianggap sebagai pendidikan. Pendidikan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dan pada akhirnya mempengaruhi prestasi anak didik. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

Judul BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terus membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

KODE ETIK GURU DAN STANDAR OPERATING PROSEDUR SMP NEGERI 12 KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

JADUAL PELAKSANAAN DAN RINCIAN BIAYA PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan, dengan tahapan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan moral siswa.

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat didalamnya, baik dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Keharusan sekolah untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran. Relasi pendidikan antara pendidik dengan anak didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi anak didik dan membantu anak didik untuk memecahkan masalahnya. Dikeluarga, relasi antara orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu. Karena itu orang tua harus dengan sadar untuk mengembangkan potensi anak. Cara utama adalah orang tua menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar, berinisiatif, berkreatif dan sebagainya. Dunia pendidikan kita menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata karma kehidupan sosial dan etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah tanggapan negative yang amat

merisaukan masyarakat. Dalam hal ini sangat berhubungan dengan iklim sekolah jikalau hubungan sosial disekolah kurang baik maka tidak ada saling hormat kepada kepala sekolah dengan guru, guru dengan pengawai sekolah, guru dengan murid, murid dengan murid lainnya, kurang disiplin, kurang sopan berpakaian, kurang disiplin menggunakan waktu dan tidak mengindahkan peraturan yang sudah dibuat. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan sekolah baik itu ruangan kelas siswa, maupun ruangan lainnya, perkelahian antar pelajar dan menggunakan obat terlarang. Jikalau iklim sekolah kurang diperhatikan maka sangat mempengaruhi hasil akademik siswa terutama nilai prestasi yang diterima akan tidak jujur, kurangnya disiplin sekolah sehingga Siswa yang berhasil melalui cara-cara yang tidak jujur dengan cara menyontek karya orang atau plagiasi hasil karya akademiknya, akan senantiasa dirasakan dalam bentuk ketidak cakapan (incompetency) dalam dunia kerja atau dalam praktek-praktek lainnya dalam kehidupannya kelak. Dengan kata lain bisa jadi ia berhasil dalam nilai yang bagus, namun tidak akan mendapat tempat dalam kapasitas hidupnya dimata orang lain, lebih-lebih dalam dunia kerja. Sebab nilai yang diperoleh adalah palsu. Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur

dalam memberikan penilaian pada siswa, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik. suasana yang baik sangat mendukung terciptanya sekolah yang bermutu. Walaupun sarana prasarana lengkap dengan adanya guru yang profesional jika suasana sekolah kurang baik maka sulit sekali sebuah lembaga sekolahan tersebut menciptakan kejujuran akademik siswa. Faktor dari masalah dalam iklim sekolah ini adalah kurangnya kerjasama antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan murid. dalam membangun iklim sekolah yang baik, Jika tidak ada saling kerjasama, keterbukaan, kurang harmonis dan kurang komunikasi yang baik maka budaya iklim sekolah tersebut tidak akan terwujud, namun sekolah tersebut menjadi kacau, tidak teratur, siswa tidak berkembang dan nama baik sekolah tersebut menjadi tidak baik. Selain masalah kurangnya interaksi antar kepala sekolah dengan guru, dapat kita lihat masalah yang timbul didalam sekolah kurangnya professional guru dalam membimbing anak baik itu dalam akademik maupun non akademik, kebanyakan wali kelas sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak siswa tersebut tidak teratur dan tidak disiplin, berpakaian yang tidak rapi, tidak memiliki sopan santun, berantam, dan sering cabut dan masalah itu diserahkan begitu saja kepada guru BP tanda adanya kepedulian terhadap anak didiknya. Salah satu masalah dalam kejujuran akademik ini adalah sikap kecurangan dalam menghadapi ujian maupun kegiatan akademik lainnya. Kecurangan

akademik akan memunculkan dalam diri siswa perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, tidak berprestasi, tidak mau membaca buku pelajaran tapi siswa lebih rajin membuat catatan kecil untuk bahan menyontek. Mengingat rumitnya masalah ini, perlu ada upaya pelayanan untuk pengembangan diri dan potensi siswa yang terarah. Dewasa ini sifat kejujuran dan semangat berusaha dikalangan siswa telah semakin luntur. Mencontek pada saat ulangan adalah perbuatan tercela, maka sebaiknya guru langsung tegas bertindak. Bukan malah memberi kebebasan anak untuk mencontek. Selain sebagai tolak ukur seberapa tingkat kepahaman anak dalam belajar, alangkah baiknya ulangan sebagai ajang kesadaran meningkatkan prestasi anak dengan kemandirian, usaha belajar dan kejujuran anak). Manfaat pembiasaan jujur dalam menghadapi ulangan adalah tumbuhnya budaya belajar yang tinggi pada diri anak, sehingga ada kebanggaan tersendiri ketika mampu memetik nilai yang memuaskan. Bila sikap jujur sudah terpatri, perilaku anak jadi berbeda mengarah ke akhlak yang lebih baik dan berbudi pekerti Siswa yang tidak lagi khawatir untuk menghadapi ujian. Mereka dengan santai dan tenang menghadapi pelajaran atau ujian walaupun tanpa persiapan. berapa banyak siswa yang tidak khawatir akan diberi sanksi oleh guru jika mereka tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. berapa banyak siswa yang dengan tenangnya mencontek teman atau membuat contekan pada saat ujian agar memperoleh nilai yang memuaskan atau minimal mencapai batas ketuntasan. Sepertinya mereka tidak mengenal kata malu. mereka tidak malu untuk tidak mengerjakan tugas, tidak malu jika tidak dapat menjawab pertanyaan guru, dan

tidak malu jika tidak dapat menjelaskan materi yang telah dipelajarinya, dan tidak canggung untuk mencontek pada saat ujian. Mereka enjoy saja yang penting happy seperti motto sebuah iklan produk di televisi. Yang lebih hebohnya lagi sebuah instasi pendidikan yang melakukan perbuatan curang dalam unas demi mengangkat nama baik sekolah. Contohnya guru membantu dalam mengerjakan soal dan jawaban disebarkan kepada siswa-siswanya, supaya nilai dari anakanaknya baik, sehingga sekolah mendapat predikat tinggi. Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin mengancam kehidupan generasi bangsa kita khususnya dalam prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengadakan sebuah penelitian ini adalah IKLIM SEKOLAH YANG BAIK MENINGKATKAN KEJUJURAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 KELAS XI IA 5 MEDAN T.A 2011/2012

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalahnya adalah: 1 Kurangnya hubungan sosial antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya. 2 Kurangnya kepedulian guru terhadap lingkungan sekolah 3 Kurangnya komunikasi antar personil sekolah 4 Kurangnya kepedulian guru terhadap perkembangan akdemik siswa 5 Kurangnya ketegasan guru dalam menjalankan ujian 6 Kurangnya kemandirian siswa dalam kegiatan belajar disekolah 7 Kurangnya fungsi guru BK dalam mengembangkan diri baik itu, menghadapi masalah maupun masalah belajar siswa 8 Suasana sekolah yang kurang harmonis 9 Kurangnya sikap kejujuran pada siswa dalam melakukan aktivitas belajar maupun pada saat ujian 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini adalah Iklim Sekolah Yang Baik Dapat Meningkatkan Kejujuran Akademik Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI- IA 5 Medan T.A 2011/2012. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimanakah iklim sekolah di SMA Negeri 5 Medan?

2 Bagaimanakah kejujuran akademik siswa tercipta di SMA Negeri 5 kelas XI IA-5 medan? 3 Bagaimana pengaruh iklim sekolah yang baik terhadap kejujuran akademik siswa di SMA Negeri 5 kelas XI IA-5 medan? 4 Bagaimana hubungan antar kepala sekolah dengan guru dengan guru, guru dengan murid, murid dengan murid lainnnya. 1.5 Tujuan Penelitian 1 Untuk mengetahui bagaimana iklim sekolah di SMA Negeri 5 Medan T. A. 2011/2012. 2 Untuk mengetahui bagaimana kejujuran akademik siswa tercipta di kelas XI SMA Negeri 5 Medan T. A. 2011/2012. 3 Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh iklim sekolah yang baik dalam meningkatkan kejujuran akademik siswa. 4 Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, untuk meningkatkan sikap jujur dalam kehidupan sehari hari dan dalam mengikuti proses belajar mengajar terutama dalam kejujuran 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan kepada guru bahwa sikap jujuritu perlu diajarkan kepada anak didik dan sikap jujurdilakukan dalam kehidupan sehari hari, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah.

3. Bagi sekolah, untuk bahan masukan kepada kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah dan menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekolah dan semua orang orang yang terlibat dalam kegiatan sekolah 4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan kepada peneliti untuk kedepannya dalam mengajar jika menjadi seorang guru 5. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan kepada peneliti lainnya untuk melakukan peneliti selanjutnya tentang penelitti ini.