ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS. pendek, dimana to implementasi (mengimplementasikan) berarti i to provide

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

PANDUAN INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri

I S D I Y A N T O NIM : C

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

Informed Consent INFORMED CONSENT

3. Apakah landasan dari informed consent?

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN INFORMED CONSENT PERSFEKTIF HUKUM DI RS PROVINSI LAMPUNG Samino 1 ABSTRAK

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Pada saat ini kegiatan pelayanan kesehatan tidak. terlepas dari aspek hukum yang melindungi pasien dari

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ]

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER

vii DAFTAR WAWANCARA

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. internasional sudah tumbuh menjadi tekad bangsa-bangsa di dunia untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.

Bonifasius Nadya Aribowo, B. Resti Nurhayati dan Sofyan Dahlan

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak yang dimiliki. merupakan salah satu indikator positif untuk meningkatnya kesadaran hukum

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

PANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi dokter merupakan profesi istimewa karena berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat

Aspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien. Drg. Suryono, SH, Ph.D

A. Latar Belakang Masalah

Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015. PELANGGARAN RAHASIA KEDOKTERAN MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA 1 Oleh: Ryan Rakian 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014. MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2

I. PENDAHULUAN. hubungan antara ketiganya selalu diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar

Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 ( )

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Transkripsi:

ABSTRAK INDRA SETYADI RAHIM, NIM 271409137, Implementasi Informed Consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dibawah bimbingan I DR. Fence M. Wantu S.H., M.H dan bimbingan II Dian Ekawaty Ismail S.H., M.H Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Ilmu Hukum, Universitasi Negeri Gorontalo,2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Informed Consent dirumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan kendala pelaksanaan Informed Consent dirumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Penelitian ini bersifat deskriptif sedangkan jenis data penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum Normatif. Lokasi penelitian di rumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Bahan yang dipakai meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), wawancara. Teknik analisa data secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban bahwa, Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh jawaban bahwa, Implementasi informed consent dirumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe masih minimnya tenaga kesehatan sehingga dalam meminta persetujuan tindakan medis pada pasien, pasien tidak memahami sepenuhnya penjelasan dari dokter. Kendala-kendala Dalam pelaksanaan informed consent pada tenaga medis yang tiap harinya dokter memeriksa pasien dengan jumlah yang banyak sehingga dalam pelaksanaannya pasien kurang memahami informed consent tersebut, tenaga kesehatan (perawat,bidan) yang diberikan delegasi dalam melakukan informed consent hanya menjalankan sesuai dengan perintah tanpa melihat sebab akibat yang akan ditimbulkan, pasien dan keluarga yang kurang memahami tentang kesehatan yang diakibatkan karena tingkat pendidikan pasien yang rendah sehingga pasien masih mengunakan jasa non medis Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis 1

PENDAHULUAN Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya rumah sakit akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pihak-pihak yang berkerja dirumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang yang berada ditempat tersebut. Dari pihak rumah sakit diharapkan mampu memahami secara konsumen secara keseluruhan agar dapat maju berkembang. Dalam pelayanan kesahatan. Rumah sakit jugan harus memperhatikan etika profesi tenaga yang bekerja dirumah sakit. Akan tetapi, tenaga professional yang bekerja dirumah sakit dalam memberi putusan secara professional adalah mandiri. Putusan tersebut harus dilandaskan atas kesadaran, tanggung jawab dan moral yang tinggi sesuai dengan etika profesi masing-masing. 1 Hubungan antara orang yang memerlukan pertolongan dan orang yang mengarapkan memberikan pertolongan pada umumnya bersifat tidak seimbang hubungan dokter-pasien umumnya tidak setara biasanya pasien berada dipihak yang lemah, yang oleh karena itu ia perlu mendapatkan perlindungan. Karena posisinya sebagai pihak yang lebih berbagai hal, dokter perlu diberi tahu agar ia tidak tergoda untuk melakukan tindakan yang merugikan pasien dan menguntungkan diri sendiri. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit yang mempunyai hubungan langsung dengan pasien adalah dokter, perawat, dan. Dalam hal melakuakn tindakan medis, yang adalah suatu tindakan yang bersifat diagnostik/terapeutik (menentukan jenis penyakit / penyembuhannya) yang dilakukan terhadap pasien, dokter akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan tugas dan kewajiban memberikan pertolongan penyembuhan bagi pasien berdasarkan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan kompetensi yang dimilikinya. 1 Titik triwulan Tutik dan Shita Shita Febriana, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Hlm 1. 2

Informed Consent dokter sebagai pelaksana jasa tindakan medis dokter yang ingin melakukan tindakan medis atau operasi terlebih dahulu harus memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, apa manfaatnya, apa resikonya, alternatif lain (jika ada), dan apa yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan tindakan medis atau operasi tersebut. Keterangan ini harus diberikan secara jelas dalam bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh pasien dan memperhitungkan tingkat pendidikan dan intelektualnya. Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tanpa persetujuan sah karena pasien tidak memperoleh keterangan yang lengkap dan benar dapat mengakibatkan seorang dokter dapat digugat di pengadilan. Informed Consent ini banyak pasien yang belum mengetahui sejauh mana, dan kendala apa saja dalam Informed Consent ini. Dalam hal ini dokter yang sebagai pemberi pelayanan kesehatan wajib melakukan tugas dan kewajibannya untuk kepentingan pasien, dan segala kompetensi yang dilakukan oleh dokter, dan sebagai pasien yang menerima pelayanan kesehatan harus menerima saran yang diberikan oleh dokter. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi Informed Consent dalam praktek dirumah sakit Prof. Dr. H.Aloei Saboe sebagai wujud pelaksanaan hukum kesehatan.? 2. Apa yang menjadi kendala pihak rumah sakit Prof.Dr. H. Aloei Saboe dalam pelaksanaan Informed Consent.? Pengertian Informed Consent Informed Consent adalah suatu komunikasi antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan, dan tidak akan dilakukan terhadap pasien, dilihat dari Informed Consent bukan lah suatu perjanjian antara dua pihak, melainkan melahirkan suatu persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan Salah satu cara yang dilakukan untuk melindungi kepentingan dokter dari tuntutan pasien, didalam Informed Consent tersebut dicantumkan bahwa 3

dokter tidak akan dituntut dikemudian hari, hubungan antara dokter dengan pasien yang terjalin dalam transaksi terapeutik menimulkan hak dan kewajiban masingmasing pihak yaitu pihak pemberi pelayanan (medical provider) dan pihak penerima pelayanan (medical receivers) dan ini harus dihormati oleh para pihak. 2 Pengertian Informed Consent Menurut Para Ahli Menurut Hanafiah mengemukakan informed artinya telah diberitahukan / telah disampaikan atau telah diinformasikan, Consent artinya pertujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Secara istilah Informend Consent, dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan pada pasien kepada dokter setelah menerima penjelasan.3 Menurut Komalawati yang dimaksud dengan Informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. 4 Menurut Guwandi Consent (persetujuan) merupakan dasar yuridis untuk pembenaran dilakukannya tindakan medik atau operasi, Untuk melakukan tindakan pembedahan, dokter akan melalui pasien dengan pasien, sehingga bila persetujuan (consent) tidak ada, dokter dapat dianggap melakukan penganiayaan, karena tindakan medis yang dilakukannya memenuhi unsur-unsur pasal 351 KUHP. 5 Bentuk Informed Consent 1. Informed Consent lisan Tambahan pemeriksaan atau pengobatan perlu mendapatkan persetujuan baru seperti : 2 Anny Isfandyarie, 2006, Tanggung Jawab Hukum Dan Sanksi Bagi Dokter Buku 1, hlm 126 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Ibid. hlm 129 4

a. apakah bersedia untuk mendapatkan suntikan? b. apakah bersedia untuk dilakukan pemeriksaan USG/HSG atas dirinya? Permintaan informed consent ini diperlukan oleh karena: a. Terdapat kemungkinan komplikasi. b. Terdapat tambahan biaya pemeriksaan pengobatan 6 2. Informed Consent tertulis. Informed consent tertulis yang lazim disebut informed consent karena besarnya tindakan pengobatan, tidak dapat lepas dari: a. Komplikasi yang mungkin terjadi. b. Kemungkinan kematian c. Biaya yang besar. 7 Untuk mendapatkan informed consent yang sesuai dengan hak penderita dan mengambil sikap, diperlukan informasi mengenai penyakit, yaitu tentang : a. Jenis penyakit (diagnosa) b. Tindakan baku menurut standar tertinggi. c. Kemungkinan terjadi komplikasi sampai kematian. d. Kemungkinan akibat yang dapat terjadi setelah tindakan medis dilakukan. e. Lama perawatan inap. f. Biaya yang diperlukan. 8 Dalam memberikan keterangan penyakit diperlukan bahasa yang dapat dimengerti oleh penderita, berdasarkan hasil informasi tersebut penderita dapat mengambil dua sikap; 1. Menolak tindakan medis yang akan dilakukan. 6 Ida Bagus Gde Manuaba, 1999, Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Hlm 22 7 Ibid. 8 Ibid. 5

2. Menyetujui memberikan ijin serta melimpahkan wewenang untuk mengambil tindakan medis. 9 3. Informed Consent. dalam keadaan gawat darurat. Penderita yang dalam keadaan gawat darurat, dimana keluarganya tidak ikut serta mendampingi, karena setiap penundaan tindakan medis dapat berakibat fatal. 10 Dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan syok, tidak sadar sampai koma, patah tulang, atau keadaan kesakitan yang tidak tertahankan dalam situasi demikian, keputusan dokter untuk segera mengambil tindakan medis dapat dibenarkan, sehingga jiwa penderita dapat diselamatkan. 11 Hak dan Kewajiban Dokter Dokter memiliki profesi yang berhadapan lansung dengan begitu banyak sakit penyakit manusia, profesi krdokteran tanggung jawab dan tuntutan masyarakat terhadapnya adalah sebagai penolong dan pihak yang selalu lebih mengutamakan kewajiban diatas hak-hak atau pun kepentingan pribadinya..12 Kode Etik Kedokteran Indonesia mengatur kewajiban dokter, yaitu 1. Kewajiban Umum. 2. Kewajiban dokter terhadap pasien. 3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat. 4. Kewajiban dokter diri sendiri. 13 Hak-hak dokter sesungguhnya merupakan sesuatu yang tidak lazim mengingat umumnya masyarakat lebih suka menyoroti segi kewajiban-kewajiban saja. Namun, secara prinsip dalam hal apa pun kewajibaan tidak pernah berdiri 9 Ibid. hlm 23 10 Ibid. 11 Ibid. 12 Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,Jakarta, 2001, hlm 37 13 Ibid. Hlm 38 6

sendiri tanpa diikuti oleh hak-hak. Beberapa hak dokter dalam melakukan profesinya. 14 1. Hak untuk menolak bekerja diluar standar profesi medik. Seorang dokter dapat saja menolak untuk melakukan tindakan medik tertentu walaupun pihak pasien mendesaknya. 15 2. Hak untuk menolak tindakan yang tidak sesuai dengan kode atik profesi dokter. Hak ini dimiliki dokter agar setiap dokter diberi kesempatan untuk menjaga martabat profesinya. 16 3. Hak untuk memilih pasien dan mengakhiri hubungan dengan pasien, kecuali dalam keadaan gawat darurat. Hak ini dimiliki dokter untuk memiliki hak pribadinya, berdasarkan pertimbangan dokter itu sendiri. 17 4. Hak atas privacy dokter. Dalam hubungan dokter dengan pasien dapat saja pasien ingin mengetahui kehidupan pribadi dokter. 18 5. Hak untuk menerima balasan jasa atau honorarium yang pantas. Hak ini telah diakui dan diterima sejak dulu. Permasalahan dapat timbul apabila besarnya imbalan itu tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Untuk it, kode etik kedokteran akan memberikan patokan-patokan tertentu. 19 Pasien Hak pasien merupakan hak asasi dan bersumber dari hak individual, hak untuk menentukan nasib sendiri lebih dekat artinya dengan hak pribadi, yaitu hak 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 Ibid. 18 Ibid 19 Ibid. 7

atas keamanan pribadi yang berkaitan erat dengan hidup, bagian tubuh, kesehatan, kehormatan, serta hak atas kebebasan pribadi. 20 Pasien mempunyai hak, pada Pasal 52 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran : 21 1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 Ayat 3. 2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain. 3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medic. 4. Menolak tindakan medik. 5. Mendapatkan isi rekam medik. 22 Kewajiban pasien, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 53 menyebutkan: 1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya. 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi. 3. Mematuhi ketentuan yang berlaku disaran pelayanan kesehatan, dan 4. Member imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya. 23 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Penelitian Hukum Normatif, karena yang diteliti adalah aspek-aspek hukum atau norma hukum sehingga dapat diketahui kedudukan hukum atau legalitas dari Informed Consent antara dokter dengan pasien dalam melakukan tindakan medis. 20 Ari yunanto dan helmi, Hukum pidana malpraktik medic, Yogyakarta, 2010, hlm 18 21 Ibid, hlm 20 22 Ibid, hlm 21 23 Ibid, hlm 22 8

Sifat Penelitian Dalam penelitian ini penulis bersifat deskriptif yaitu menggambarkan gejala-gejala dilingkungan masyarakat, pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di RSUD PROF. Dr. H. ALOEI SABOE, yang beralamat di Jln. Aloei Saboe, Kelurahan Wongkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo, dengan alasan karena lokasi yang penelitian bisa dijangkau, dan memudahkan dalam pengambilan data data Bahan Hukum Penelitian 1. Bahan Hukum Primer 2. Bahan hukum sekunder 3. Bahan Hukum Tersier Pengumpulan Data Menurut Soerjona dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview, sehingga metode pengumpulan data yang dilakukan melihat data sekunder berbagai buku ilmu hukum, hukum kesehatan, KUHP dan Undang-undang Tentang kesehatan. 24 Analisis data Bahan hukum (data) hasil pengolahan tersebut dianalisis secara kualitatif dan kemudian dilakukan pembahasan. Berdasarkan hasil pembahasan kemudian diambil kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang teliti dengan alasan bahwa segala sesuatu yang 24 Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, RajaGrafido Persada, Jakarta, 2004, Hlm 67 9

berhubungan dengan informed consent antara pasien dan dokter dengan melihat perbandingan hukum akan sangat bermanfaat bagi suatu masyarakat. Informed Consent di Rumah Sakit Prof. DR. H. Aloei Saboe. Melalui Instalasi Gawat Darurat, sebagian besar berasal dari kalangan awam, pasien yang masuk Rumah Sakit sebelum dilakukan tindakan medik maka seorang dokter berkewajiban memberikan penjelasan terhadap pasien atau keluarganya tentang diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan Dalam praktek kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pihak Rumah Sakit memperhatikan kelengkapan syarat administrasi operasi berupa Persetujuan oleh pasien atau keluarga sebagai bagian dari wujud tanggung jawab Rumah Sakit terhadap kenyamanan pasien dan sebagai alat bukti bagi Dokter dan Rumah Sakit apabila timbul masalah akibat tindakan medik yang tidak diinginkan di kemudian hari dan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pada Pasal 29 setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban a.) memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit Kepada Masyarakat. b.) memberi pelayanan kesehatan yang aman bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah sakit, c.) memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. Tanda tangan pasien atau persetujuan pada formulir persetujuan memang merupakan suatu bukti bahwa pasien telah memberikan persetujuannya, tetapi seringkali dikatakan belum merupakan bukti dari persetujuan karena pasien belum tentu betul-betul telah mengerti. Setelah mendapatkan persetujuan pasien berkewajiban yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 53 10

menyebutkan bahwa pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran mempunyai kewajiban: 1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya. 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi. 3. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan, dan 4. Member imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya. dokter spesalis Bedah 25 yang sesuai dengan kompentensinya di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe, mengatakan bahwa informed consent harus disampaikan kepada pasien untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari, dan informed consent dibuat secara tertulis yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien sebelum dilakukannya tindakan medik. Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Informed Consent 1. Tenaga Medis a. Dengan data yang ada bahwa Dokter dalam sehari dokter melayani 10 sampai 13 pasien, dan sibuk praktek dibeberapa ruangan sehingga dokter memiliki pasien yang banyak pada tiap ruangan yang ada. b. Dengan dokter memeliki banyak pasien diruangan lain. Kebiasaan dokter untuk mendelegasikan tugasnya kepada Tenaga Kesehatan dalam hal ini perawat. c. Dokter boleh mendelegasikan bila kondisi life saving (emergency), setelah dokter datang harus menandatanganinya 2. Tenaga Kesehatan (Perawat/Bidan) 25 Wawancara dengan Dokter spesialis Bedah dirumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe, tanggal 13 juni.2013 11

a. Tenaga perawat dalam melaksanakan delegasi meminta Informed Concent ke pasien/keluarga tanpa ada beban karena merasa hal tersebut sudah tugas rutin. b. Beberapa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memahami dampak yang timbul bila ada kesalahan. 3. Pasien dan keluarga. 1. Pendidikan, yaitu Pasien tidak sepenuhnya memahami tentang dunia kesehatan. 2. Budaya, Pasien yang sering kali menggunakan jasa non medis berupa dukun yang sering dikatakan masyarakat orang pintar PENUTUP Implementasi informed consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran, dan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, pelaksanaannya informed consent ternyata informed consent dirumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe masih minimnya di tenaga kesehatan sehingga dalam meminta persetujuan tindakan medis pada pasien, pasien tidak memahami sepenuhnya penjelasan dari dokter. Kendala-kendala Dalam pelaksanaan informed consent pada tenaga medis yang tiap harinya dokter memeriksa pasien dengan jumlah yang banyak sehingga pelaksanaan pasien kurang memahami informed consent tersebut, tenaga kesehatan (perawat,bidan) yang diberikan delegasi dalam melakukan informed consent hanya menjalan sesuai dengan perintah tanpa melihat sebab akibat yang akan ditimbulkan, pasien dan keluarga yang kurang memahami tentang kesehatan sehingga pasien terhambat pada pendidikan atau ilmu pengatahuan dan kebiasaan dari pasein mengunakan jasa non medis 12

DAFTAR PUSTAKA Tutik, Titik Triwulan, Shita Febriana, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka. Jakarta Isfandyarie, Anny. 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanki Bagi Dokter Buku 1, Prestasi Pustaka, Jakarta Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta Samil, Ratna Suprapti, 2001, Etika Kedokteran Indonesia. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Yunanto, Ari dan helmi, 2010, Hukum Pidana Malpraktek Medik, Yogyakarta Amiruddin dan Asikin, H.Zainal,2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 13