Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

dokumen-dokumen yang mirip
Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi dua bagian:

Takwa dan Keutamaannya

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Motivasi Agar Istiqomah

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA METODE PARA NABI DAN RASUL

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Bukti Cinta Kepada Nabi

Urgensi (Pentingnya) Tauhid dan Pembagiannya. Urgensi (Pentingnya) Tauhid dan Pembagiannya

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Berkawan dengan Orang Shalih

Al-Ilmu, Sebelum Berkata & Beramal

Urgensi Tauhid. Urgensi Tauhid KHUTBAH JUM'AT PERTAMA

DIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

The Arrivals wakeupproject.com

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

*** Syarat Amal Diterima

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

Pendidikan Tauhid Sejak Dini

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

: :

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

UMAR BIN KHATHTHAB. YAYASAN UMAR BIN ABDUL AZIZ Keputusan Menkumham RI nomor AHU-2870 AH Tahun 2008

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Tipu Daya Setan Terhadap Manusia

Surat Untuk Kaum Muslimin

Meneladani Kepemimpinan Rosululloh Solawahualaihi wassalam

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

Sucikan Diri Benahi Hati

Jujur Hati, Lisan, dan Perbuatan

Persiapan Menuju Hari Akhir

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

Syariat Adalah Amanah

Anak Tanggung Jawab Orang Tua

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

WAKTU TERJADINYA PERISTIWA ISRAA DAN MI RAJ

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

Tidak Mungkin Beriman Kecuali dengan Izin Allah

Khotbah yang Menggelisahkan

: :

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

UMAR BIN KHATHTHAB. Muqodimah PROPOSAL PEMBANGUNAN MASJID. YAYASAN UMAR BIN ABDUL AZIZ Keputusan Menkumham RI nomor AHU-2870 AH

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

BIMBINGAN TAUHID UNTUK PEMULA DAN ANAK-ANAK

S U R G A. Diterjemahkan dari: Where do I Start oleh Bint. Mhahmood Islam4Kids.com. Alih Bahasa: Ummu Abdullah

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

*** Bahaya Vonis Kafir

Hukum Seputar Zakat Fitrah

Tantangan Alquran. Khutbah Pertama:

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

Hidayah Adalah Karunia Ilahi

CINTAKU HANYA KARENA-NYA...

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

Mengimani Kehendak Allah

3 Wasiat Agung Rasulullah

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

10 Kaidah Dasar Menolak Paham Pluralisme Agama

===========================

Tafsir Surat Al-Kautsar

Mengenai Buku Ini

Kewajiban Menunaikan Amanah

Allah Telah Memudahkan Alquran Untuk Dipelajari

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

MENDIDIK ANAK DENGAN NASEHAT. Muzdalifah M Rahman* 1

Transkripsi:

Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas MANHAJ DAKWAH AHLUS SUNNAH Yang dimaksud dengan dakwah (mengajak manusia ke jalan Allah), yaitu mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, mengimani apa yang dibawa para Rasul-Nya, membenarkan apa yang mereka kabarkan kepada manusia, mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, haji ke Baitullah, mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-nya, kitabkitab-nya, rasul-rasul-nya, beriman kepada hari Akhir (dibangkitkannya manusia sesudah mati), iman kepada Qadar yang baik dan buruk, dan mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah saja seolah-olah dia melihat-nya. (Majmuu Fataawaa XV/157-158, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) Jadi, yang dimaksud dakwah adalah mengajak manusia kepada rukun Islan, rukun Iman, dan melaksanakan syari at Islam, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, melarang manusia dari perbuatan syirik, mengajak umat untuk ittiba (meneladani Rasulullah) dan melarang berbuat bid ah. Mengajak manusia ke jalan yang benar, agar manusia selamat di dunia dan akhirat, yakni dengan mengikuti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dan para sahabat. Dakwah di jalan Allah merupakan sebesar-besar ketaatan kepada Allah. Dan perkataan yang paling baik adalah mengajak manusia ke jalan Allah dan beramal shalih. Allah Ta ala berfirman: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Fushshilat:33). A. Dakwah Yang Haq Harus Dengan Bekal Ilmu Syar i Sesungguhnya orang yang memperhatikan perjalanan para ulama AHli Hadist pada masa-masa yang telah lewat, ia akan melihat bahwa para ulama Ahli Hadist telah mengikuti metode yang sama dalam berdakwah menuju Allah diatas cahaya dan bashirah (ilmu dan keyakinan). Allah berfirman: Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak ada termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. Yusuf:108)

Yaitu meliputi metode ilmu, belajar dan mengajar. Karena sesungguhnya, apabila dakwah menuju Allah merupakan kedudukan yang paling mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terjadi kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seseorang dapat berdakwah dan kepada ilmu pula ia berdakwah. Bahkan demi sempurnanya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. (Miftaah Daaris Sa aadah I/476, ta liq dan takhrij Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid) Syarat seseorang berdakwah harus berilmu dan faham tentang ilmu syar i, yang dengan ilmunya tersebut, ia dapat mengajak umat kepada agama Islam yang benar. Metode ilmiah ini dibangun diatas tiga dasar (At Tasyfiyah wat Tarbiyah wa Aatsaaruhuma fii Isti naafil Hayaatil Islaamiyyah hlm 12, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi). Pertama, al Ilmu. Yaitu mengetahui al haq (kebenaran). Kedua, dakwah menuju al haq (mengajak manusia kepada kebenaran). Ketiga, teguh dan istiqamah diatas kebenaran. Firman Allah Ta ala: Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq agar dimenangkan-nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. al Fath:28) Yang dimaksud denga petunjukan ialah ilmuyang bermanfaat, dan agama yang benar ialah amal shalih. Allah Ta ala mengutus Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan tentang nama-nama Allah, sifat-sifat-nya, perbuatan-perbuatan-nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-nya, memerintahkan semua yang bermanfaat untuk hati, ruh dan jasad. Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah, mencintai-nya, berakhlak dengan akhlak yang mulia, beramal shalih, beradab dengan adab yang bermanfaat. Belia Shalallahu Alaihi Wassalam melarang perbuatan syirik, perlaku dan akhlak buruk yang berbahaya untuk hati dan badan, dunia dan akhirat. (Tafsiir Kariimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa di) B. Ahlus Sunnah Berdakwah (Mengajak Manusia) ke Jalan Allah Dengan Hikmah Firman Allah Ta ala: Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabb-mu, Dia-lah

yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an Nahl:125) Ayat yang mulia diatas merupakan asas yang mengajarkan jalan menuju Allah, dan mengajarkan kepada para da i, jalan dalam berdakwah. Karena sesunguhnya, Allah telah mensyari atkan kepada para hamba-nya melalui Kitab-Nya yang Dia turunkan, dan dengan penjelasan Rasul-Nya Shalallahu Alaihi Wassalam dalam perkara-perkara yang dapat memberikan penerangan untuk akal mereka, kesucian jiwa dan kelurusan perbuatan mereka. Allah telah menamakan (syari at itu) dengan sabil (jalan), supaya mereka tetap konsisten dalam seluruh fase perjalanan dalam menempuh kehidupan ini; sehingga dapat mengantarkan kepada puncak yang dituju, yaitu kebehagiaan abadi di akhirat. Dan Dia merangkaikan sabil itu dengan Diri-Nya, sehingga disebut sabilillah (dijalan Allah), supaya para hamba mengetahui, Dia-lah yang telah menbuatnya dan tidak ada sesuatu pun yang dapat mengantarkan menuju ridha-nya selain jalan Allah. Ayat diatas, pada asalnya menrupakan friman Allah yang ditujukan kepada Nabi pilihan-nya Shalallahu Alaihi Wassalam. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan Nabi-Nya Shalallahu Alaihi Wassalam untuk berdakwah menuju jalan Rabb-nya. Dan beliau Shalallahu Alaihi Wassalam adalah al Amiin (yang terjaga dari dosa), sehingga tidaklah beliau Shalallahu Alaihi Wassalam meninggalkan sesuatu diantara jalan Rabbnya, kecuali beliau Shalallahu Alaihi Wassalam telah mendakwakannya. Dengan demikian kita mengetahui, apa saja yang tidak diserukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, maka hal itu bukan termasuk jalan Allah Ta ala. Sehingga kitapun mendapatkan petunjuk tentang perbedaan antara al haq dengan al bathil, petunjuk dengan kesesatan, serta antara da i-da i Allah dengan da i-da i setan. Oleh karena itu, barangsiapa yang menyeru kepada apa yang diserukan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, berarti ia termasuk da i-da i Allah, yang menyeru kepada al haq dan hidayah. (ini yang dikatakan hikmah dalam dakwah, yaitu berdakwah mengikuti contoh Rasulullah dalam mengajak manusia ke jalan Allah berdasarkan al Qur an danas Sunnah). Dan barangsiapa yang menyeru kepada apa yang tidak diserukan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, maka ia termausk da i da i setan, yang menyeru kepada kebatilan dan kesesatan. Sehingga, seorang muslim yang mengikuti Rasullah Shalallahu Alaihi Wassalam, ia akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk mendakwahkan setiap yang ia ketahui dari jalan Rabb-nya. Dan jika setiap individu dari kalangan kaum muslimin menjalankan dakwah ini sesuai dengan kemampuannya, maka akan teranglah jalan Allah bagi orang-orang yang menempuhnya, ilmu akan tersebar di kalangan kaum muslimin. Adapun jalan-jalan kebhatilan, akan sepi dari da i-da i setan. (Ad-Durar al Ghaaliyah fii Aadabid Da wah wad Daa iyyah, oleh al Allamah Syaikh Abdul Hamid Baadais, ta liq oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid). Kewajiban terbesar yang wajib ditempuh oleh para da i, ustadz dan ulama, yaitu meniti manhaj para Nabi dalam berdakwah menuju Allah. Berdasarkan tinjauan dari sudit agama dan akal, maka seorang da i tidak boleh menyimpang dari manhaj dakwah anbiyaa, lalu memilih manhaj dakwah lai, karena: 1. Manhaj para Nabi adalah jalan yang paling lurus yang ditetapkan Allah kepada seluruh nabi, dari yang pertama sampai terakhir.

2. Sesungguhnya para nabi benar-benar telah berpegang teguh dan mempraktekkan manhaj tersebut. Hal itu jelas menunjukkan kepada kita, bahwa masalah manhaj bukan termasuk masalah ijtihad (bukan berasal dari pemikiran). 3. Allah telah mewajibkan kepada Rasul-Nya yang mulia Shalallahu Alaihi Wassalam untuk meneladani dan menempuh manhaj para nabi tersebut, dan kita wajib mengikuti Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. 4. Karena kesempurnaan konsep dakwah para nabi tergambar dalam dakwah Nabi Ibrahim Alaihis Salam, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam untuk mengikuti manhaj Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Allah Ta ala juga memerintahkan umat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang hanif. (QS. al Baqarah:130, Ali Imran:68,95, an Nisaa:125, an Nahl:123). Allah Ta ala berfirman: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Qur an) dan Rasul-Nya (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an Nisaa:59) Jika kita kembali kepada al Qur an, sesunggunya Allah telah memberitahukan kepada kita, bahwa aqidah seluruh rasul adalah tauhid. Adapun dakwah mereka, dimulai dengan tauhidullah, dan tauhid merupakan perkara terpenting dan terbesar yang mereka dakwahkan. 5. Allah telah menciptakan alam ini, menyusunnya dengan sangat rapi, dan menjadikan ketetapan-ketetapan bagi ala mini. Seandainya ketetapan-ketetapan alam itu berbedabeda, niscaya rusaklah alam ini. Begitu pula dalam hal Syari at, ia tidaklah tegak kecuali diatas aqidah yang haq. Jika syar at telah lepas dari aqidah, maka rusaklah syari at tersebut, sehingga tidak lagi sebagai syari at yang benar. Jelaslah bahwa hubungan aqidah tauhid terhadap seluruh syari at para nabi (termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam), bagaikan pondasi sebuah bangunan dan bagaikan ruh bagi badan. Jasad tidak akan berdiri dan hidup, kecuali dengan adanya ruh. Untuk menambah pemahaman kita terhadap Sunnatullah yang disyari atkan, berikut kami bawakan tiga contoh. Bahwa pengaturan dan ketertiban dalam syari at-nya merupakan perkara yang dijadikan tujuan, sehingga wajib diikuti dan tidak boleh menyimpang dari hal-hal berikut:

1. Shalat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah mengajarkan shalat kepada kita dengan perbuatan yang nyata. Andaikan ada sekelompok orang yang mengubah tata cara shalat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, maka apakah shalatnya itu benar dan bersesuaian dengan syari at Islam? 2. Haji Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah menegrjakan haji dan mengajarkan manusia tentang manasik haji. Maka jika ada jama ah yang menghendaki adanya perubahan terkait dengan manasik haji, maka apakah hajinya tersebut dibenarkan oleh Islam atau justru merusak ibadah haji? 3. Dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam memulai dakwahnya dengan tauhid, dan demikian pula seluruh rasul. Allah Ta ala berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu, maka di antara umat itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antara orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. an Nahl:36) Diantara contohnya, yaitu sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam kepada Mu adz bin Jabal radhiallahu anhu ketika diutus ke Yaman. Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab, maka ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. (Pada lafadz lainnya: Maka yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah beribadah kepada Allah semata). (Juga pada lafadz lainnya: Supaya mereka menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi). Apabila mereka mentaatimu karena yang demikian itu (dalam suatu riwayat: Apabila mereka telah mentauhidkan Allah), maka beritahukanlah kepada mereka, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka mentaatimu karena yang demikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka, sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah yang diambil dari

orang-orang yang kaya di antara mereka, lalu dibagikan kepada orang-orang yang miskin diantara mereka. Jika mereka mentaatimu karena yang demikian itu, maka jauhilah olehmu harta-harta mereka yang baik dan takutlah kamu terhadap do a orang yang dizhalimi, karena tidak ada hijab antara do a orang yang dizhalimi dengan Allah. (HR. Bukhari dan Muslim). Kita faham, mengikuti ketetapan Allah yang berkaitan dengan syari at dan aturannya yang detail dalam peribadatan serta perinciannya adalah wajib, tetapi mengapa kita tidak memahami ketetapan Allah dan atruran-nya yang detail dalam masalah dakwah? Padahal para nabi, meniti jalan yang satu. Kita tidak boleh berpaling dari manhaj dakwah yang dicontohkan oleh para nabi dan tidak boleh menyelisihinya. Sebab, apabila menyalahi manhaj dakwah para nabi, akan berakibat sangat fatal. Para da i wajib menggunakan kembali akal mereka dan mengubah sikap mereka. Kemudian apakah umat Islam (khususnya para da i) mengambil manfaat dari manhaj yang agung ini dalam memberikan perhatian tentang masalah-masalah tauhid dan menjadikannya sebagai titik tolak dakwah mereka? Jawabannya, sesungguhnya sebagian besar da i dan ustadz telah menyimpang jauh dari manhaj para nabi dalam berdakwah, sehingga umat Islam mengalami kondisi yang menyedihkan dan pahit, akibat kekeliruan dari dakwah yang mereka lakukan. Sesungguhnya banyak di antara umat Islam (termasuk da i, kyai dan pemikirnya, Pen) jahil terhadap manhaj ini, dan sebagian lagi pura-pura bodoh. Mereka dihalanghalangi oleh setan dari manhaj yang haq ini, kemudian mereka membuat manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj dakwaha para nabi. Hal ini menjerumuskan mereka dan menyebabkan mereka tertimpa bencana di dalam agama dan dunianya. (disadur secara ringkas dari Manhajul Anbiyaa fid Da wah Ilallaah fiihil Hikmah wal Aql, oleh Dr. Rabi bin Hadi al Madkhaliy hlm 123-132 dan at Tashfiyah wat Tarbiyah wa Aatsaaruhuma fii Isti naafil Hayaatil Islaamiyyah, oleh Syaikh Ali bin Hasan al Halabi al Atsari hlm 71-80) Di kutip dari majalah As Sunnah Edisi 11/X/1428 H/2007 M