Mengapa Hidayah Enggan Menyapa? Setiap muslim pasti menginginkan dirinya hidup di dunia dan akhirat diatas petunjuk Allah atau diatas al haq. Akan tetapi ternyata kebenaran yang telah nyata dalam syari at ini ternyata tidaklah mudah untuk mengikuti. Manusia lebih cenderung menyelisihi kebenaran, akibat syubhat dan syahwat yang meliputi mereka. Kebenaran yang dimaksud disini adalah syari at islam itu sendiri. Karena itulah kebenaran yang hakiki, yang bisa menjadikan mengantarkan manusia pada jalan yang lurus demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Yaitu apa apa yang telah tertuang dalam Al Qur an, Sunnah- Sunnah Nabi SAW dan para Salafush Shalih. Pada kesempatan kali ini akan kami ketengahkan secara ringkas, beberapa hal yang bisa menghalangi manusia untuk mengikuti kebenaran 1. Kurangnya Ilmu & Lemahnya Pemahaman Tentang Kebenaran Banyak hal-hal yang benar, akan tetapi dianggap salah. Juga sebaliknya, banyak-hal-hal yang salah akan tetapi dianggap benar. Hal ini tidak lain karena kurangnya ilmu dan pemahaman tentang ilmu syar i. Betapa sering sebuah kebenaran itu ditolak dengan kecaman dan perlakuan buruk, yang dikemas dengan kata-kata yang manis dan fasih, sehingga timbul berbagai macam syubhat. Berapa banyak syari at Islam yang di cela dan dicaci, oleh orang-orang yang jahil serta orang-orang yang membenci Islam. Sehingga hal itu bisa menimbulkan syubyat bagi mereka yang kurang memiliki ilmu. 2. Hati Yang Kotor Akibat Maksiat Menurut Ibnul Qoyyim; Bisa jadi pengetahuan manusia tentang ilmu telah sempurna. Tetapi untuk megikuti kebenaran ternyata tidak cukup hanya dengan ilmu pengetahuan saja. Ada syarat lainnya; yaitu hati harus bersih sehingga siap untuk menerima kebenaran. Keadaan hati manusia, apabila banyak berbuat dosa dan maksiat, hatinya menjadi kotor. Setiap melakukan perbuatan maksiat, hatinya akan ternoda dengan noda hitam. Bila ia berbuat maksiat lagi, maka akan bertambah lagi noda hitamnya tersebut, dan begitu seterusnya, sehingga hatinya menjadi pekat, sehingga ia tidak bisa lagi membedakan antara kebenaran dan kebathilan.karena hati yang kotor akan senantiasa menuruti syahwat dan hawa nafsunya. 1
Oleh karena itu hati harus senantiasa dibersihkan dengan banyak istighfar, meninggalkan maksit, beramal shalih, sehingga hati kita menjadi bersih dan lapang dalam menerima kebenaran. 3. Sombong & Dengki Inilah yang menjadi penghalang iblis untuk tundukkepada Allah. Ketika Allah memerintahkannya untuk sujud kepada Nabi Adam, ia menolaknya dengan sombong. Iblis menyombongkan dirinya, karena ia merasa lebih baik dibandingkan Nabi Adam. Lihatlah betapa banyak saat ini manusia yang menolak kebenaran karena kesombongan dan kedengkian dalam hati mereka. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda: Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi (Riwayat Muslim) Kemudian dalam akhir hadits diatas Rasulullah SAW memberikan pengertian tentang kesombongan itu: Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia (Riwayat Muslim) 4. Lebih Mencintai Kehormatan Daripada Kebenaran Terkadang, seseorang mengetahui dan sadar bahwa apa yang ia lakukan adalah suatu kesalahan. Akan tetapi karena gengsi dan demi nenjaga kedudukannya, maka ia tidak mau merubahnya, sehingga akhirnya ia menolak kebenaran itu yang pada hakikatnya telah ia ketahui. Contoh kongkrit dalam hal ini adalah Sikap Heraklius Raja Romawi. Dia meyakini kebenaran risalah Nabi J. Dia sampaikan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW dihadapan para pembesar Romawi. Dilihatnya ternyata para pembesar itu terperangah dan nampak tergurat sikap keberatan jika harus masuk Islam. Sehingga akhirnya Raja Heraklius tidak jadi masuk Islam karena lebih cinta kepada kekuasaannya. 5. Syahwat & Harta Dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Daarus miftah sa adah, betapa banyak orang yang terhalang masuk Islam karena masalah harta. Dicontohkan bahwa syahwat dan harta telah menghalangi kebanyakan ahli kitab untuk beriman. Karena mereka takut kalau sampai tidak mendapatkan makanan dan harta yang biasa ia dapatkan dari pemberian kaumnya. 2
Lihatlah saat ini demi harta dan demi memuaskan syahwat mereka, banyak orang yang enggan mengikuti kebenaran, walaupun pada hakekatnya telah diketahuinya. 6. Lebih Cinta Kepada Karib & Kerabat. Terkadang ketika kita hendak mengikuti kebenaran harus berbenturan dengan keluarga atau karib kerabat. Ia dihadapkan pada dua pilihan. Mengikuti keluarga dan karib kerabat dan mengingkari kebenaran. Atau ia mengikuti kebenaran dengan resiko harus berbenturan dengan keluarga dan karib kerabatnya. Sejarah telah mencatat, bagaimana para shahabat telah mengorbankan diri terpisah dari karib kerabatnya dan kabilahnya. Bahkan diantara para shahabat ada yang berhadapan dengan kerabatnya dengan pedang terhunus demi membelah dienul Islam. Diantara contohnya adalah Mush ab bin Umair. Beliau rela meninggalkan keluarganya, padahal keluarga beliau adalah termasuk orang yang kaya dan terhormat. Maka demi menyelamatkan aqidahnya beliau rela meninggalkan keluarga dan kekayaannya. 7. Lebih Mencintai Tanah Air & Negerinya Dari Pada Kebenaran Terkadang, seseorang yang mengikuti kebenaran memiliki resiko akan terusir dari tanah airnya. Orang yang memiliki mental yang lemah serta tidak biasa hidup merantau, hidup di negeri asing akan merasa berat sekali berpisah dengan kampung halaman yang sangat ia cintainya. Akhirnya ia tetap mengikuti kemauan masyarakat yang tidak sesuai dengan syari at Islam. 8. Lebih Mencintai Nenek Moyang Dari Pada Kebenaran Banyak diantara manusia yang enggan mengikuti kebenaran karena terbiasa beramal tanpa ilmu. Sehingga ketika datang sebuah kebenaran mereka enggan mengikutinya seraya berkata; Kami hanya mengikuti ajaran yang telah diamalkan oleh bapak-bapak kami sejak dahulu. Dari dulu sudah begitu. Sekarang kok ada ajaran baru Dan alasan-alasan yang serupa lainnya. Pernyataan mereka itu sama dengan perkataan orang-rang Musyrik ketika mendengar dakwah Nabi Muhammad J. Hal ini telah diabadikan Allah dalam firman-nya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang 3
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al Baqarah : 170) 9. Adanya Permusuhan Diantara Dua Orang, Kemudian Salah Satunya Mengikuti Kebenaran Kita pahami, tabiat orang yang sedang bermusuhan, maka diantara keduanya masing-masing ingin tampil beda dan saling menyelisihi. Begitulah permusuhan pribadi bisa membuat seseorang menjauh dari kebenaran, hal ini dikarenakan kebenaran itu dibawa oleh orang yang menjadi musuhnya. Kedua orang yang saling bermusuhan, masing-masing akan merasa bahwa dirinyalah yang berada diatas kebenaran. Sedangkan musuhnya, akan dilihatnya sebagai pihak yang salah. Padahal tidak mustahil, diantara orang-orang yang berselisih, mungkin terhinggapi perilaku yang salah selain memiliki kebenaran. Kita harus memahami, bahwa syetan sangat pandai dalam menghias kesalahan, sehingga seolah akan nampak sebagai kebenaran. Sehingga seseorang yang telah jelas melakukan suatu kesalahan dia tidak merasa melakukan kesalahan, bahkan sebaliknya dia merasa diatas kebenaran. 10. Lebih Mengikuti Adat Istiadat Seseorang yang telah terbiasa dengan suatu tradisi atau adat, akan sangat sulit baginya merubahnya, walaupun adat tersebut tidak sesuai atau bahkan sampai melanggar syari at. Mereka lebih cenderung mengikuti adat masyarakat dan kebanyakan orang. Padahal Allah telah berfirman: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (Al An am :116) Oleh karena itu adat istiadat dan kebanyakan manusia bukanlah tolok ukur sebuah kebanaran. Oleh karena itu ketika datang sebuah kebenaran, maka kita harus segera mengikutinya walaupun hal itu harus berkonfrontasi dengan adat istiadat. Penutup. Demikian sepuluh hal yang bisa menghalang seseorang untuk berpaling dari kebenaran. Kita memohon kepada Allah, semoga Allah 4
senantiasa melapangkan hati kita untuk bisa mengikuti kebenaran, mengamalkannya, dan mendakwahkannya. Wallahu A lam -------------------------------------------------- Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo Redaktur Buletin Da wah An Nashihah Cikarang Baru - Bekasi, untuk berlangganan hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080 (Abu Laili) 5