PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Badan Pengelola Perbatasan Di Daerah. Pembentukan.

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 92 TAHUN 2016

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

SALINAN. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 7 Tahun 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 19 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA SOLOK

2011, No Mengingat Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 T

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 99 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 150 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

Walikota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 10 SERI D-05 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI STAF AHLI

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI Menimbang : a. Bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 40 Tahun 2000 tentang Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 10. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006; 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Peneliti; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintahan daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat Badan Litbang, merupakan komponen Departemen Dalam Negeri yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah yang selanjutnya disingkat Balitbangda adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Provinsi, Kabupaten dan Kota yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di daerah. 5. Kepala Badan adalah nama jabatan yang memimpin Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan atau Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah. 6. Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan menurut keadaan dan metode ilmiah secara sistematis untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan pemerintahan serta menarik kesimpulan ilmiah untuk kepentingan pembuatan kebijakan pemerintahan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Pengembangan adalah kegiatan tindak lanjut hasil penelitian dan/atau pengkajian untuk kepentingan praktis, sehingga berhasilguna dan berdayaguna bagi masyarakat. 8. Pengkajian adalah kegiatan penelaahan dan penganalisaan terhadap suatu masalah atau kasus dengan pendekatan yuridis, administrative dan teoritik untuk memberikan masukan kepada pimpinan Departemen Dalam Negeri dan/atau pimpinan Daerah. 9. Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh suatu lembaga pemerintah dan atau satuan kerja pemerintah dengan pihak lain, yang didasarkan pada perjanjian tertulis untuk mencapai tujuan bersama. 10. Pembinaan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran Balitbangda dan meningkatkan kualitas hasil penelitian. 11. Fasilitas adalah pemberian kemudahan, keringanan, kelonggaran dalam melakukan sesuatu kegiatan. 12. Koordinasi adalah penyelarasan kegiatan oleh satuan kerja yang terlibat untuk mencapai tujuan yang ditentukan. 13. Tenaga Ahli/Narasumber adalah orang yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu/keahlian tertentu. 14. Peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi Syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dalam suatu tingkat Jabatan Peneliti dan dipekerjakan pada suatu satuan organisasi penelitian dan Pengembangan dengan tugas pokok melakukan penelitian dan pengembangan. BAB II RUANG LINGKUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 2 Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri terdiri dari : a. Penelitian dan pengembangan kebijakan umum; dan b. Penelitian dan pengembangan pemerintahan darerah. Pasal 3 (1) Penelitian dan pengembangan kebijakan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi : a. kepegawaian, kelembagaan dan pengawasan; b. kesatuan bangsa dan politik; c. otonomi daerah; d. pemerintahan umum; e. keuangan daerah; f. pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat; g. kependudukan; h. pembangunan daerah; i. pendidikan dan pelatihan; dan j. kegiatan penelitian lain yang diperintahkan oleh Menteri. (2) Penelitian dan pengembangan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi : a. bidang kepegawaian, kelembagaan dan pengawasan; b. bidang pembangunan daerah; c. bidang keuangan daerah; d. bidang kesatuan bangsa dan politik; e. bidang pemberdayaan masyarakat; f. bidang pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Dearah; g. bidang kependudukan; h. bidang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

i. bidang lain yang diperintahkan oleh Gubernur/Bupati/Wlikota. (3) Selain kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Badan Litbang dan Balitbangda melakukan kajian atas masalah-masalah actual dan mendesak. (4) Kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan atas perintah atau tidak atas perintah Pimpinan. BAB III KEWENANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Bagian Pertama Kewenangan Pasal 4 (1) Kewenangan penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pengembangan berada pada Badan Litbang dan Balitbangda. (2) Untuk penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan kewenangan kepada pejabat struktural dan pejabat fungsional peneliti. (3) Kewenagan Pejabat Struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat manajerial yang meliputi : a. Penyusunan rencana kerja penelitian dan pengembangan dan penyusunan rencana kerja tahun berikutnya; b. Koordinasi penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pengembangan; c. Pengelolaan anggaran penelitian dan pengembangan; d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan; e. Menetapkan tim peneliti dan tim surveyor; dan f. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan. (4) Kewenangan pejabat fungsional peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan, yang meliputi: a. Penyusunan kerangka acuan penelitian dan pengembangan; b. Penyusunan dan pemaparan disain dan insttrumen penelitian dan pengembangan; c. Pengumpulan dan pengolahan data; d. Penyusunan Laporan data lapangan; e. Penyusunan laporan hasil penelitian dan pengembangan; dan f. Pemaparan hasil penelitian dan pengembangan. Pasal 5 (1) Penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a, di lingkungan Departemen Dalam Negeri berpedoman pada Rencana Strategis Departemen Dalam Negeri dan Rencana Setrategis Badan Litbang. (2) Penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a, di lingkungan Pemerintahan Daerah berpedoman pada Rencana Strategis Pemerintahan Daerah dan Rencana Strategis Balitbangda. (3) Penyusunan kerangka acuan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) huruf a, di lingkungan Departemen Dalam Negeri dilakukan oleh pejabat fungsional peneliti dan atau pejabat struktural yang ditunjuk oleh Kepala Pusat Litbang. (4) Penyusunan kerangka acuan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) huruf e, di lingkungan Departemen Dalam Negeri, dilakukan oleh pejabat fungsional peneliti dan atau pejabat struktural yang ditunjuk oleh Kepala Badan. (5) Persetujuan terhadap laporan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) huruf e, di lingkungan Departemen Dalam Negeri, dilakukan oleh

pejabat fungsional peneliti dan atau pejabat struktural yang ditunjuk oleh Kepala Pusat Badan. (6) Persetujuan terhadap laporan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (4) huruf e, di lingkungan Pemerintah Daerah ditunjuk oleh Kepala Badan. Bagian Kedua Pelaksanaan Penelitian Pasal 6 (1) Pelaksanaan Penelitian dan pengembangan dilaksanakan secara swakelola. (2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), direncanakan, dikerjakan, dan diawasi langsung oleh pengelola kegiatan penelitian dan pengembangan. (3) Pedoman teknis dan prosedur pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan ditetapkan oleh Menteri. Pasal 7 (1) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) dapat melibatkan pihak ketiga yang mempunyai kompetensi dibidang penelitian dan pengembangan. (2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk peningkatan sumber daya manusia dan alih teknologi. BAB IV PENGORGANISASIAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 8 (1) Dalam penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pengembangan dibentuk Tim, yang terdiri atas : a. Tim fasilitasi; dan b. Tim peneliti. (2) Tim Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilingkungan Departemen Dalam Negeri dibentuk pada masing-masing satuan sub unit kerja yang terdiri atas : a. Pengarah; b. Penanggung jawab; c. Koordinator; dan d. Anggota (3) Tim Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, di lingkungan Pemerintahan Daerah dibentuk pada masing-masing satuan sub unit kerja yang terdiri atas : a. Pengarah/Penanggung Jawab b. Koordinator; dan c. Anggota. (4) Tim Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah terdiri dari atas : a. Ketua; b. Peneliti; c. Pembantu Peneliti; d. Pembantu Lapangan;

e. Sekretariat Penelitian; f. Pengolah Data Lapangan; dan g. Tenaga administrasi. (5) Pembentukan Tim Fasilitasi di lingkungan Departemen Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (6) Pembentukan Tim Fasilitasi di lingkungan Departemen Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. (7) Pembentukan Tim Peneliti di lingkungan Departemen Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (8) Pembentukan Tim Peneliti di lingkungan Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. Pasal 9 (1) Dalam Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan, Tim peneliti dapat dibantu oleh tenaga ahli/narasumber sesuai dengan kompetisi dan bidang keahliannya. (2) Tenaga ahli/narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditunjuk oleh Kepala Badan dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada tenaga ahli/narasumber yang bersangkutan. Pasal 10 (1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, dapat menugaskan Kepala Badan untuk melakukan kajian/telaahan sebagai bahan masukan (2) Kajian/telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh pejabat struktural dan atau pejabat fungsional peneliti. BAB V KOORDINASI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 11 (1) Badan Litbang secara proaktif melakukan koordinasi antara lembaga penelitian dan pengembangan di tingkat pusat, pusat dengan daerah.. (2) Balitbangda Provinsi atau Balitbangda Kabupaten/Kota secara proaktif melakukan koordinasi antar lembaga penelitian dan pengembangan di Tingkat Provinsi, dan Lintas Provinsi, serta Kabupaten/Kota dan Lintas Kabupaten/Kota. (3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berupa usulan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan. Pasal 12 Kegiatan penelitian dan pengembangan yang setrategis dan menyangkut kepentingan nasional yang diselenggarakan oleh Balitbangda dikoordinasikan dengan Badan Litbang BAB VI PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 13 (1) Badan Litbang dan Balitbangda dapat melakukan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan Lembaga Kelitbangan Ddepartemen /Kementrian/Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Balitbangda.

(2) Mekanisme pelaksanaan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis. BAB VII PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pasal 14 (1) Hasil penelitian dan pengembangan di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah didokumentasikan dan dapat dipublikasikan melalui sarana teknologi komunikasi dan informasi. (2) Hasil penelitian dan pengembangan di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah disampaikan kepada Menteri/Pimpinan Komponen/Kepala Daerah yang terkait, dalam bentuk rekomendasi yang implementatif sebagai bahan perumusan kebijakan. (3) Hasil penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dimanfaatkan oleh pejabat fungsional peneliti sebagai bahan pengumpulan angka kredit. Pasal 15 Hasil Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penyusunan program kerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. BAB VIII SARANA DAN PRASARANA Pasal 16 Dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, perlu didukung sarana dan prasarana yang meliputi : a. Peraturan Perundang-undangan yang mendukung; b. Gedung/ruang kerja/ruang pameran; c. Kendaraan Operasional; d. Laboratorium dan Perpustakaan Litbang; e. Lembaga Penerbitan; f. Jurnal Ilmiah; g. Komputer dan Perlengkapan Seminar; h. Peralatan Survey; i. Alat Tulis Kantor; dan j. Teknologi Informasi. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 17 (1) Biaya penyelenggaraan penelitian dan pengembangan bersumber dari : a. APBN; b. APBD; dan c. Sumber-sumber lainnya yang sah. (2) Untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan yang actual dan berkualitas, Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana sekurang-kurangnya 1 dari APBD.

Pasal 18 Biaya penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dugunakan untuk : a. Kegiatan penelitian dan kajian; b. Seminar dan workshop hasil penelitian dan kajian; c. Kegiatan orasi ilmiah; d. Kegiatan pengembangan suatu konsep atau model; e. Kegiatan penelitian mandiri; f. Pembuatan laboratorium dan perpustakaan litbang; g. Uji coba hasil penelitian; h. Dukungan pengumpulan dan penggandaan karya ilmiah dalam penetapan angka kredit pejabat fungsional peneliti; i. Publikasi hasil penelitian dan kajian; j. Peningkatan Sumber daya manusia; k. Pengembangan Wacana Kelitbangan; l. Pengembangan wacana Kelitbangan; dan m. Kegiatan lain yang dianggap perlu. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 40 Tahun 2000 tentang Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan Pemerintah Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 24 Juli 2007 MENTERI DALAM NEGERI a.i, ttd WIDODO AS.