KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

dokumen-dokumen yang mirip
Matrutty Segera Dieksekusi

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

Kasus Korupsi PD PAL

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEJABAT IAIN PONTIANAK TERSANGKA

TETAPKAN TERSANGKA ADD, TUNGGU KERUGIAN NEGARA

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

Waduh, Setelah Diperiksa BPK Ternyata Kas DPRD Tabalong Tekor

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA

ALUR PERADILAN PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

MANTAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN KARIMUN MASUK BUI

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 ANALISA KASUS. Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta tertanggal 27 Mei 2008, No. 06/Pid/Prap/2008/PN Jkt-Sel

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Jaksa Siap Periksa Dan Adoe Dalam Kasus Pembebasan Lahan

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal: 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA)

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

P U T U S A N Nomor: 08/PID.SUS.K/2014/PT.MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E R A T U R A N D A E R A H

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB II IDENTIFIKASI DATA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

STUDI KASUS TINDAK PIDANA TERKAIT JABATAN NOTARIS ROMLI ATMASASMITA 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

P U T U S A N NO : 11/PID.SUS/2011/PT.MDN.-

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENYERTAAN DOKUMEN PELELANGAN PROYEK

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi


KASUS BANTUAN SOSIAL FIKTIF DI KLUNGKUNG TERANCAM. nusabali.com

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

POLISI NUNUKAN TETAPKAN LIMA TERSANGKA BARU KASUS KORUPSI BUKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

Transkripsi:

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH www.siwalima.com Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Maluku Tenggara Barat (MTB), Holmes Matruty dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Ellias Lamerburru diduga merugikan negara sebesar Rp209.500.000,00 dalam kasus korupsi proyek pembangunan ruang rapat Disdikpora MTB Tahun 2014. Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Ketua Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU), Denny Saputra saat sidang korupsi tersebut di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Ambon pada 25 April 2016, dengan terdakwa Ellias Lamerburru. Ellias selaku PPTK dan Ketua Tim Perencana berdasarkan Surat Kepala Disdikpora MTB Nomor: 600/Dikbud-855/VI/2014 tanggal 14 Juni 2014 perihal Penyampaian Dokumen kepada Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kabupaten MTB, telah menyampaikan dokumen-dokumen pembangunan gedung ruang rapat untuk dilaksanakan lelang/tender oleh ULP. Hal ini kemudian ditindaklanjuti oleh Paulus Sabono selaku Kepala ULP untuk menyiapkan proses administrasi persiapan lelang dengan anggaran sebesar Rp838.317.000,00. Kemudian Ellias membuat surat penarikan dokumen lelang yang ditandatangani oleh Kepala Disdikpora pada 8 Juli 2014 tanpa alasan yuridis yang jelas. JPU menjelaskan bahwa Kepala Disdikpora, Holmes Matruty memerintahkan Elias untuk merubah draf pelaksanaan pembangunan gedung ruang rapat dari semula akan dilaksanakan dengan mekanisme lelang kemudian berubah menjadi swakelola. Berdasarkan perjanjian swakelola, jangka waktu pekerjaan disepakati 90 hari kalender sejak ditandatangani pada 26 September 2014 dan berakhir 25 Desember 2014. Ellias Lamerburru selaku PPTK mengendalikan seluruh lalu lintas uang untuk kegiatan pembangunan gedung ruang rapat. Setiap hendak melaksanakan kegiatan pembangunan, Ellias mengambil uang dari bendahara Disdikpora dan menyetorkan nota-nota pembelian material bangunan kepada bendahara. Pada saat jangka waktu pelaksanaan pekerjaan berakhir, tidak ada Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari PPTK kepada Kepala Dinas sekaligus Pengguna Anggaran. Perbuatan Ellias melanggar ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Berdasarkan penghitungan ahli dari Dinas Pekerjaan Umum, volume pekerjaan pembangunan ruang rapat baru mencapai 75% pada 1 Juni 2015 dari total bobot pekerjaan, dengan nilai sebesar Rp629.000.000,00. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang digunakan sebagai pembia yaan pelaksanaan pembangunan gedung dan telah dicairkan seratus persen sebesar Rp838.500.000,00. Hasil penghitungan jaksa, terdapat selisih sebesar Rp209.500.000,00 ( Rp838.500.000,00 Rp629.000.000,00). Selisih inilah yang merupakan kerugian negara yang timbul dari proyek itu. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan Ellias bersama-sama dengan Holmes Matruty (dakwaan terpisah), diancam dengan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Adapun dakwaan subsider diancam dengan Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Di hari bersamaan, sidang Pra Peradilan Kepala Disdikpora MTB, Holmes Nitor Matruty terhadap Kejaksaan Negeri (Kejari) Saumlaki berlangsung di Pengadilan Negeri Ambon. Dalam permohonannya, tim kuasa hukum Holmes mengungkapkan keberatan dengan penetapan Holmes sebagai tersangka, karena telah mendasari perbuatannya dengan kajian hukum tentang persetujuan swakelola atas pekerjaan tersebut pada 26 Agustus 2014 Nomor 180/27/Bagian Hukum/2014. Selain itu, berdasarkan hasil audit BPK tidak ditemukan adanya kerugian negara pada pembangunan gedung kantor tersebut. Sementara itu, Kejari Saumlaki telah menetapkan Holmes Matruty dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Holmes sebelumnya sudah dua kali dipanggil penyidik. Saat pemanggilan pertama, ia tidak hadir dengan alasan sakit. Jaksa kemudian melayangkan panggilan kedua, dan meminta ia hadir pada 19 April 2016. Namun Ia tidak kunjung hadir. Ketika akan ditangkap di rumahnya, diduga Holmes telah melarikan diri. Sumber berita: Harian Siwalima, Kadis Pendidikan MTB Lakukan Perlawanan, Sabtu, 23 April 2016. Harian Siwalima, Kadis Pendidikan MTB & PPTK Rugikan Negara Rp200 Juta Lebih, Selasa, 26 April 2016. Catatan Berita: 1. Tindak Pidana Korupsi, menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 2. Tindak Pidana Korupsi karena memiliki jabatan, menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 yaitu, setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Penetapan Tersangka menurut Pasal 1 angka (14) KUHAP me ngatur, tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 4. Orang yang melakukan peristiwa pidana, menurut Pasal 55 ayat (1) KUHAP yaitu 1) Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan itu; 2) Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan sesuatu perbuatan. 5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) menurut Pasal 1 angka 22 Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. 6. PPTK menurut Pasal 12 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana diubah dengan Permendagri 21 Tahun 2011, mempunyai tugas mencakup: a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. 7. Pengadaan Barang Jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 yaitu: a. Pasal 5 yang diantaranya menyatakan bahwa Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsipprinsip sebagai berikut: huruf e, bersaing, yaitu Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan

melalui persaingan yang sehat di antara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa. b. Pasal 22 ayat (1) menyatakan bahwa PA menyusun Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I masing-masing. c. Pasal 22 ayat (3) menyatakan bahwa Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) mengindentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I; 2) menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2); 3) menetapkan kebijakan umum tentang: a) pemaketan pekerjaan; b) cara Pengadaan Barang/Jasa; dan c) pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa; 4) menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK). d. Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. e. Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi: huruf c, pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa. f. Pasal 26 ayat (3) menyatakan bahwa Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan. g. Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa Pengadaan Swakelola oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran. h. Pasal 37 ayat (1) menyatakan Pengadaan pekerjaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dapat dilakukan dengan: 1) Pelelangan Sederhana untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya; atau 2) Pemilihan Langsung untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi. 8. Ketentuan terkait Pra Peradilan menurut Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Pidana Umum dan Pidana Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 54-56. a. Pra Peradilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus: 1) Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan; 2) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;

3) Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. (Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP); 4) Sah atau tidaknya penyitaan barang bukti (Pasal 82 ayat 1 huruf b KUHAP). b. Yang dapat mengajukan Pra Peradilan adalah: 1) Tersangka, yaitu apakah tindakan penahanan terhadap dirinya bertentangan dengan ketentuan Pasal 21 KUHAP, ataukah penahanan yang dikenakan sudah melawati batas waktu yang ditentukan Pasal 24 KUHAP; 2) Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya penghentian penuntutan; 3) Penuntut Umum atau pihak ketiga yang berkepentingan untuk memeriksa sah tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. Yang dimaksud dengan pihak ketiga yang berkepentingan misalnya saksi korban. 4) Tuntutan ganti rugi, rehabilitasi yang diajukan oleh tersangka, keluarganya atau penasihat hukumnya, harus didasarkan atas: a) Penangkapan atau penahanan yang tidak sah; b) Penggeledahan atau penyitaan yang pertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang; c) Kekeliruan mengenai orang yang ditangkap, ditahan atau diperiksa.