MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPMEN NO. 96A TH 2004

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

NOMOR : KEP-135/MEN lvllll2004 TENTANG AKREDITASI LEMBACA SERTIFIKASI PROFESI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

KEPMEN NO. 227 TH 2003

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

KEPMEN NO. 225 TH 2003

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.599, 2014 BNPB. Lembaga Sertifikat. Penanggulangan Bencana. Profesi.

LAMPIRAN II ORGANISASI LEMBAGA, UNIT SERTIFIKASI DAN KESEKRETARIATAN LEMBAGA

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

2018, No tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PEDOMAN AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNTUK SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA JASA KONSTRUKSI

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI PROVINSI JAWA TENGAH

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 79 /POJK.04/2017 TENTANG PENDAFTARAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DI BIDANG PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG

A. Tujuan dan Manfaat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaskud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang Ked

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-01/MEN/1991 TENTANG ANTAR KERJA ANTAR NEGARA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

KEPMEN NO. 182 TH 2003

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

No.8/ 23/DPbS Jakarta, 20 Oktober SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

MANUAL OPERASIONAL WEBSITE DAN APLIKASI SERTIFIKASI BNSP-LSP

WALIKOTA TASIKMALAYA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/5/PBI/2017 TENTANG SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1273 K/30/MEM/2002 TENTANG KOMISI AKREDITASI KOMPETENSI KETENAGALISTRIKAN

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) SMK MUHAMMADIYAH 3 SINGOSARI

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Nomor: KEP. 96 A/MEN/VI/2004 TENTANG PEDOMAN PENYIAPAN DAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kompetensi kerja perlu adanya sertifikasi kompetensi kerja; b. bahwa sertifikasi kompetensi kerja dimaksudkan agar tenagakerja memiliki daya saing dalam pasar kerja global dan memperoleh pengakuan atas kompetensi kerja yang dimiliki; c. bahwa untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja melalui Uji Kompetensi diberikan lisensi kepada Lembaga Sertifikasi Profesi yang terakreditasi; d. bahwa untuk penyiapan dan akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi perlu dibuat pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1984, tentang Perindustrian (Lembaran Negara RI Tahun 1984 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 39, tambahan lembaran Negara Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sisteim Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 74, tambahan lembaran Negara Nomor 4301); 4. Peraturan Pemerintah Nomor : 71 Tahun 1991 entang Latihan Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1991 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor : 3458). 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor Kep. 219?MEN/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depnakertrans.

6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor 232/MEN/2002, tentang Juklak Kelembagaan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Indonesia. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor Kep. 227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia; 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor Kep. 69/MEN/V/2004 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor : Kep. 227/MEN/2003 tentangtata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional. Menetapkan : PERTAMA : KEDUA KETIGA : MEMUTUSKAN Pedoman Penyiapan dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi sebagamana tercantum dalam lampiran keputusan ini. Pedoman Penyiapan dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi sebagaimana dimaksud dalam AMAR PERTAMA, digunakansebagai acuan penyelenggaraan dan pelaksanaan penyiapan dan akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi pada berbagai bidang profesi. : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 21 Juni 2004 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA JACOB NUWA WEA Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 21 Juni 2004 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA JACOB NUWA WEA

TENTANG PEDOMAN PENYIAPAN DAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Tujuan, Dasar Hukum dan Pengertian Bab II Pembentukan LSP Bab III Kedudukan, Fungsi tugas dan Wewenang LSP Bab IV Akreditas LSP Bab V Penutup BAB I TUJUAN, DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN A Tujuan Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan untuk adanya acuan proses pembentukan dan akreditasi LSP B Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaga Negara RI Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274). 2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279). 3. Undang-Undang No. 20 Tahun Tahun2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301). 4. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja (Lembaran Negara RI Tahun 1991 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3458) 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No. 219/MEN/2002 tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ri. 6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No. 233/MEN/2002 tentang Juklak Kelembagaan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Indonesia. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 227/MEN/2002 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor :

Kep. 69/MEN/V/2003 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Nomor : Kep. 227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional. C. Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan : 1. Sertifikasi Kompetensi adalah proses penetapan dan pengakuan atas jenis dan tingkat kompetensi yang dimiliki/dikuasai oleh seseorang dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan berlaku secara nasional. 2. Materi Uji Kompetensi (MUK) adalah suatu paket yang memuat soal-soal uji teori, rancang bangun dan praktek sebagai bahan uji kompetensi bagi tenaga kerja untuk bidang kompetensi tertentu. 3. Penguji Uji Kompetensi adalah orang yang telah mempunyai sertifikat penguji atau tenaga ahli yang dijamin kompetensinya untuk melakukan pengujian bagi peserta uji kompetensi sesuai dengan unit kompetensi yang diujikan. 4. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah Lembaga pelaksana pengembangan Standar Kompetensi, Sertifikasi Kompetensi dan pelaksana akreditasi unit-unit Tempat Uji Kompetensi pada suatu bidang profesi dan memiliki tanggung jawab teknis dan administrasi atas implementasi, pembinaan dan pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi kompetensi maupun LSP terkait. 5. Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah suatu tempat yang memiliki sarana dan prasarana sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan uji kompetensi melalui akreditasi baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun LSP terkait. 6. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) adalah lembaga independen yang memiliki tugas dan tanggung jawab atas penyelenggaraan standarisasi dan sertifikasi profesi secara nasional. 7. Akreditasi adalah proses pemberian pengakuan formal yang mengatakan bahwa suatu lembaga telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan kegiatan penilaian/uji kompetensi profesi. BAB. II PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan suatu Lembaga yang berfungsi, bertugas serta mempunyai wewenang melaksanakan seluruh

kegiatan yang berhubungan dengan proses pencapaian pengakuan atas kompetensi profesi bagi tenaga kerja di Indonesia yang diakui secara nasional ataupun internasional. A. Pembentukan 1. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dipersiapkan pembentukannya oleh suatu Panitia Kerja yang dibentuk oleh atau dengan dukungan Asosiasi Industri terkait. 2. Susunan Pantia Kerja terdiri dari Ketua, Sekretaris dan beberapa orang anggota. Personil panitia mancakup unsur asosiasi industri, asosiasi profesi, instansi teknis terkait dan unsur pakar. 3. Panitia Kerja memiliki tugas yang meliputi : B a. Menyiapkan badan usaha b. Menyusun organisasi dan personil (Proposal) c. Mendapatkan dukungan dari industri dan instansi terkait 4. Surat Permohoan Akreditasi LSP ditujukan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Bentuk Organisasi 1. LSP memiliki badan hukum yang disyahkan oleh Departemen Kehakiman dan yang memungkinkan LSP dapat melakukan transaksi komersial. 2. LSP tidak berbantuk perusahaan; Yayasan, Koperasi atau organisasi yang berorientasi pada profit. 3. Organisasi LSP terdiri dari unsur pengarah dan pelaksana, Unsur pengarah terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota; sedangkan unsur pelaksana terdiri dari ketua, sekretaris eksekutif, bendahara dan dibantu oleh perangkat bidang/bagian unit khusus. 4. LSP minimal memiliki 4 (empat) bidang/bagian yaitu : standarisasi, sertifikasi, akreditasi serta informasi dan kerjasama. Masing-masing bidang/bagian dipimpin oleh seorang kepala dab beberapa orang staf. 5. LSPminimal memiliki 2 (dua) unit khusus yang bersifat personil, yaitu kelompok asesor dan kelompok kerja khusus untuk pengembangan standar kompetensi. STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) C. Fungsi dan Tugas 1. Pengarah memiliki fungsi sebagai penentu kebijakan LSP dengan tugas-tugas sebagai berikut : Menetapkan visi, misi dan tujuan Menetapkan program kerja

Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Mengangkat dan memberhentikan pengurus LSP Melakukan komunikasi dengan stakeholder Melakukan mobilisasi sumber daya 2. Pengurus/Pelaksana memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pengarah, dengan tugas-tugas sebagai berikut : Melaksanakan program kerja LSP Mengangkat dan memberhentikan Direktur/Sekretaris Eksekutif, Kepala Bagian Asesor dan kelompok kerja khusus. Melakukan monitoring dan evaluasi Menyiapkan rencana program dan anggaran Memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada Pengarah Mengerahkan dan mengkoordinasikan kegiatan Kepala Bagian Assesor dan kelompok kerja khusus. 3. Kepala Bidang/Bagian memiliki fungsi sebagai pelaksana teknis, dengan tugas masing-masing sebagai berikut : 3.1 Kepala Bagian Standarisasi Memfasilitasi kegiatan identifikasi kebutuhan kompetensi industri Memfasilitasi kegiatan pengembangan standar kompetensi Pemfasilitasi pengusulan standard kompetansi baru untuk ditetapkan sebagai standard kompetansi nasional Menyiapkan rencana kerja dan anggaran Memberikan laporan dan bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus. 3.2 Kepala Bidang/Bagian Sertifikasi Memfasilitasi kegiatan penyusunan Menteri Uji Kompetensi dan Kualifikasi Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan assessment Menyiapkan penelitian dan registrasi sertifikasi kompetensi Menyiapkan rencana kerja dan anggaran Memberikan laporan dan bertanggungjawab kepada pengurus 3.3 Kepala Bidang/Bagian Akreditasi Memfasilitasi penetapan dan penggunaan TUK

Memfasilitasi penetapan dan rekruitmen asesor Menyiapkan rencana kerja dan anggaran Membersihkan laporan dan bertanggungjawab kepada pengurus 3.4 Kepala Bidang/Bagian Informasi dan Kerjasama Memberikan pelayanan administrasi dan keuangan Memberikan pelayanan dukungan sarana Melakukan kegiatan hubungan masyarakat (PR) Menyiapkan rencana kerja dan anggaran Memberikan laporan dan bertanggungjawab kepada pengurus. 4. Asesor Melakukan penyiapan Materi Uji Kompetensi Melakukan kegiatan asessment Memberikan laporan dan bertanggungjawab kepada pengurus 5. Kelompok Kerja Khusus Melakukan kegiatan khusus sesuai penugasan dari Pengurus (misalnya: pengembangan standar kompetensi). Memberikan laporan dan bertanggungjawab kepada pengurus D. Personil Pengurus 1. Pengarah Pengarah terdiri dari (1) unsur pengguna (industri), (2) unsur instansi pemerintah terkait dan (3) unsur pakar dengan komposisi masing-masing 50%, 30% dan 20%. Ketua Pengarah dijabat oleh wakil dari unsusr pengguna (industri) yang dominant. 2. Pengurus/Pelaksana Pelaksana terdiri dari unsur industri dan profesional yang dapat bekerja penuh atau paruh waktu 3. Kepala Bidang/Bagian Kepala-Kepala Bidang/Bagiannadalah tenaga profesional yang bekerja penuh waktu 4. Asesor Assesor adalah tenaga profesional yang bekerja paruh waktu sesuai penugasan 5 Kelompok Kerja Khusus Kelompok kerja khusus terdiri dari tenaga profesional yang

bekerja penuh waktu sesuai penugasan. D. Sarana dan Perangkat Kerja 1. LSP memiliki rencana tetap sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan memiliki sarana kerja yang memadai 2. LSP memiliki rencana kegiatan yang mencerminkan pelayanan diberikan kepada industri dan sekaligus sebagai sumber penghasilan untuk pendanaan organisasi. 3. LSP memiliki perangkat kerja yang meliputi : a.. Standar kompetensi dan Materi Uji Kompetensi b. Pedoman pelaksanaan sertifikasi termasuk tata cara penetapan Tempat Uji Kompetensi c. Kualifikasi kompetensi d. Sistim pengendalian pelaksanaan sertifikasi BAB. III KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA SERTIFIKASI (LSP) A. Kedudukan 1. LSP adalah organisasi nasional yang berkedudukan di Ibukota Negara. 2. LSP dapat memiliki cabang yang berkedudukan di Ibukota Propinsi dan atau Ibukota Kabupaten/Kota 3. Hanya ada satu LSP pada setiap jenis profesional/sub sektor industri B. Fungsi dan Tugas 1. LSP memiliki fungsi yaitu : a. Sebagai certificator, melaksankaan sertifikasi kompetensi b. Sebagai developer, melakukan pemeliharaan dan pengembangan standar kompetensi 2. Sebagai Certificator, LSP memiliki tugas sebagai berikut : Membuat Materi Uji Kompetensi Menyediakan tenaga penguji (assesor) Melakukan asessment Menyusun kualifikasi yang mengacu kepada KKNI Memantau kinerja Assesor dan TUK 3 Sebagai developer, LSP memiliki tugas sebagai berikut : Mengidentifikasi kebutuhan kompetensi industri Mengembangkan standar kompetensi

Mengkaji ulang standar kompetensi C. Wewenang 1. Menetapkan biaya Uji Kompetensi *) 2. Menerbitkan sertifikat kompetensi **) 3. Mencabut/membatalkan sertifikat kompetansi 4. Menetapkan Tempat Uji Kompetensi (TUK) *) 5. Memberikan sanksi kepada assesor dan TUK yang melanggar aturan 6. Menusulkan standar kompetensi baru BAB. IV AKREDITAS LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) A. Persyaratan kelayakan 1. Organisasi 1.1 Memiliki badan hukum yang disahkan oleh Departemen Kehakiman 1.2 Memiliki AD/ ART 1.3 Memiliki Pengarah dan Pengurus 1.4 Memiliki alamat kantor tetap 1.5 Memiliki staf pelaksana yang bekerja penuh waktu 1.6 Memiliki sumber pendanaan tetap 1.7 Memiliki dukungan dari industri terkait 1.8 Memiliki program kerja/business plan 2. Perangkat Kerja 2.1 Memiliki standar kompetensi 2.2 Memiliki kualifikasi kompetensi 2.3 Memiliki Materi Uji Kompetensi 2.4 Memiliki tenaga penguji (Assesor) yang terdaftar di Depnakertrans 2.5 Memiliki pedoman pelaksanaan sertifikasi (termasuk pedoman penetapan TUK) 2.6 Memiliki pedoman pengawasan terhadap TUK dan asesor 2.7 Memiliki fasilitas perkantoran/kerja yang memadai B. Tata Cara Akreditas 1. Organisasi/lembaga mengajukan permohonan untuk di akreditasi dengan melampirkan : a. Dokumen organisasi sesuai yang disyaratkan b. Dokumen perangkat kerja sesuai yang disyaratkan

2. Penilaian terhadap kelayakan organisasi /lembaga pemohonan dilakukan dalam 2 (dua) tahap : 2.1. Tahap pertama, meneliti kelayakan aspek organisasi melalui dokumen dan peninjauan lapangan, serta konfirmasi dukungan industri terkait. 2.2 Tahap kedua, meneliti kelayakan aspek perangkat kerja melalui dokumen dan pengamatan langsung. (tahap kedua dilakukan setelah tahap pertama dinyatakan lulus) 3. Pihak penilaian dapat meminta tambahan keterangan dari Pihak Ketiga guna meyakinkan penilaiannya. Penilai juga dapat meminta Lembaga/Organisasi pemohon untuk melakukan penyesuaian atau melengkapi persyaratan guna memenuhi ketentuan penilaian. 4. Pemberian akreditas disertai ketentuan yang mewajibkan LSP terakreditasi mempertahankan kelayakan organisasi dan kelayakan programnya. 5. Permohonan akreditasi ditujukan kepda Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan tembusan kepada Dirjen Binapendagri. C. Pelaksanaan Akreditasi 1. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi membentuk Komisi Akreditasi (KA) sebagai Pelaksana Akreditasi Nasional Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) 2. Komisi Akreditasi dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Sekretarisdan beranggotakan Departemen Teknis terkait (stakeholder). 3. Anggota Komisi Akreditasi diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderar Binapendagri a/n. Menakertrans untuk masa jabatan 1 (satu) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. 4. Komisi Akreditasi mempunyai tugas dan kewenangan : a. Merekomendasikan kepada Depnakertrans untuk memberikan Akreditasi kepada LSP yang menurut penelitian dan penilainnya layak memperoleh akreditasi berdasarkan laporan hasil pelaksanaan akreditasi dari Panitia Akreditasi. b. Menusulkan penolakan atas pengajuan akreditasi LSP yang menurut penelitian dan penilaiannya tidak atau belum layak memperoleh akreditasi. c. Merekomendasikan kepada Depnakertrans untuk mengenakan sanksi kepada LSP terakreditasi yang telah melanggar ketentuan akreditasi. d. Menugaskan Anggota Komisi Akreditasi terkait untuk

memimpin Panitia Kerja Akreditasi pada ruang lingkupo bidang teknisnya. D. Panitia Kerja Akreditasi. 1. Depnakertrans c/q. Direktur Stanserkom membentuk Panitia Kerja Akreditasi yang dipimpin oleh Kasubditasi Dit. Stanserkom dan beranggotakan Kasi dan Staf Dit Stanserkom serta dapat dibantu oleh perwakilan LSP yang dibentuk. 2. Panitia Kerja Akreditasi memiliki tugas dan kewenangan : a. Memberikan bimbingan teknis persiapan pembentukan LSP meliputi : kelembagaan, struktur organisasi, personil, pendanaan, sarana dan prasarana LSP. b. Memberikan bimbingan persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan proposal pembentukan LSP. c. Membuat jadual tahapan Rencana Kerja Pembentukan LSP E. Tim Akreditasi 1. Depnakertrans a/n. Dirjen Binapendagri membentuk Tim Akreditasi sebagai pelaksana akreditasi kelembagaan LSP 2. Tim Akreditasi dipimpin oleh anggota Komisi Akreditasi dari Departemen Teknis terkait. 3. Tim Akreditasi bersifat ad-hock dan melaksanakan tugasnya sesuai Surat Perintah dari Direktur Stanserkom. 4. Panitia Akreditasi memiliki tugas dan kewenangan : a. Meneliti dan menilai berkas permohonan akreditasi LSP yang dibentuk sesuai disposisi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. b. Melaksanakan penilaian berdasarkan Surat Perintah Direktur Stanserkom ke lokasi kantor LSP dan beberapa Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah dipersiapkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. c. Menyusun laporan hasil peleksanaan akreditasi kepada Direktur Stanserkom dengan tembusan kepada Dirjen Binapendagri dan Komisi Akreditasi. d. Memberikan saran-saran untuk melengkapi temuan kekurangan LSP yang akan dibentuk. e. Merekomendasikan kelayakan LSP Pemohon untuk diberikan status terakreditasi kepada Direktur Stanserkom. F. Kewenangan LSP Terakreditasi 1. LSP terakreditasi mempunyai kewenangan melakukan sertifikasi dan menerbitkan sertifikat kompetensi kerja untuk jenis klasifikasi bidang profesi tertentu yang ditetapkan oleh Depnakertrans

2. Akreditasi yang diperoleh LSP terakreditasi bersifat nasional dan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun. 3. Pelaksanaan sertifikasi oleh LSP terakreditasi dapat dilakukan oleh perangkat organisasinya di Daerah dengan persetujuan Depnakertrans. 4. LSP terakreditasi dapat menilai dan menentukan kesetaraan sertifikat kompetensi kerja sejenis yang diterbitkan oleh suatu lembaga sejenis dari negara lain dengan persetujuan Depnakertrans. 5. LSP dapat menerbitkan sertifikat khusus sesuai aturan yang berlaku. G. Pengawasan 1. LSP terakreditasi wajib membuat laporan berkala tentang pelaksanaan organisasi dan pelaksanaan program sertifikasi kepada Depnakertrans. 2. Laporan kegiatan organisasi diserahkan setiap 3 (tiga) bulan yang berisi kegiatan yang terkait dengan sertifikat kompetensi kepada Depnakertrans. 3. Laporan kegiatan program sertifikasi diserahkan setiap 6 (enam) bulan kepada Depnakertrans yang berisi : a. Jumlah orang yang memperoleh sertifikat berdasarkan daerah b. Kegiatan lain yang terkait dengan pengawasan seperti sanksi dll. H. Sanksi 1. Depnakertrans berwenang menjatuhkan sanksi kepada LSP terakreditasi yang gagal memenuhi ketentuan yang berlaku. 2. Proses penggunaansanksi adalah melalui peringatan tertulis pertama, kedua dan ketiga diterbitkan dalam selang waktu 1 (satu) bulan. 3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa : a. Pemberhentian sementara kegiatan LSP b. Pencabutan Akreditasi LSP. I. Ketentuan Peralihan 1. Dalam hal Badan nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) belum terbentuk satelah ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka tugas dan fungsi BNSP dalam pelaksanaan penyiapan dan akreditasi LSP dilaksanakan oleh Dit. Stanserkom - Ditjen Binapendagri, Depnakertrans. 2. Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Reublik Indonesia Nomor Kep. 214/MEN/2002 tentang Pembentukan Lembaga Uji

Kompetansi TKI ke luar negeri dan keputusan Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam negeri Nomor : Kep. 421.D.P3TKDN/X/2001 tentang Pedoman Akreditasi Nasional Lembaga Standadisasi dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi. BAB V PENUTUP Dengan diterbitkannya Pedoman Penyiapan dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan bimbingan dan akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), sehingga penyelenggaraan, pelaksanaan penyiapan dan akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi pada berbagai bidang profesi dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.