FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

PENGARUH PENYULUHAN PERAWAT TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN MASKER PADA KARYAWAN DI PT. INDONESIA TRI SEMBILAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DENGAN KESADARAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN OPERATOR JAHIT CV

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

Unnes Journal of Public Health

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

The Relation Of Predisposing, Enabling And Reinforcing Factors On The Using Of Mask As Self Protector In CV. Kalima Art Jepara In 2013 ABSTRACT

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata

Muhammad Miftakhurizka J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

FACTORS RELATED TO THE USE OF CONDUCT MASK ON THE WORKERS CONTRACTORS IN PACKING HOUSE P.10 PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

HUBUNGAN PAPARAN PARTIKEL DEBU KAYU DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI UD. SURYA ABADI FURNITURE, GATAK, SUKOHARJO

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT IGD DAN ICU DI RSUD CILACAP TAHUN

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

Unnes Journal of Public Health

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA DI BAGIAN WEAVING PT. PRIMATEXCO INDONESIA KABUPATEN BATANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK. tempat kerja sudah mencapai 85 db diatas 8 jam/hari. Alat pelindung pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 2, Agustus

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Mira Handayati ¹) Yuldan Faturahman, S.KM, M.Kes dan Sri Maywati, S.KM, M.Kes ²)

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PROSES PRESS-PACKING DI USAHA PENAMPUNGAN BUTUT KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR MEDAN TAHUN 2013

HUBUNGANN KAPASITAS PARU TERHADAP FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN PADA PEKERJA UNIT WEAVING BAGIAN LOOM 1 DAN LOOM 3 PERUSAHAAN TEKSTIL X TAHUN 2016

BAB II LANDASAN TEORI

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI PT. ARUMBAI KASEMBADAN, BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA PENOLONG PERSALINAN SPONTAN DI RSUD BANJARNEGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Debu Kapur, Keluhan Gangguan Pernafasan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PADA KARYAWAN DI PT. BARUTAMA UNIT PAPER MILL 5/6/9 KUDUS 2015

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN CEMENT MILL PT.SEMEN BOSOWA MAROS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP Ida Widyaningsih 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Universitas Siliwangi (idha.widya13@gmail.com) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan, karena setiap sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu. Debu sangat banyak kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan bahan dasar kayu. Debu kayu (pulp) dari hasil pemotongan maupun penghalusan sangat tajam dan berbahaya apabila terhirup pada saat pekerja bernafas. Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan menggunakan (APD). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker pada bagian penghalusan dan pemotongan di PT Waroeng Batok Industry Cilacap diantaranya sikap, umur, pendidikan, lama kerja, dan pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel sebanyak 45 orang diambil secara Proportional Random Sampling dari populasi 125 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan variable umur, pendidikan dan lama kerja dengan penggunaan masker ( p value > 0,05 ) dan ada hubungan variable pengetahuan dan sikap dengan masker ( p value < 0,05 ). Disarankan agar perusahaan dapat menerapkan kedisiplinan dalam penggunaan masker dan memberikan penyuluhan atau pelatihan. Kata Kunci : Masker, Umur, Pendididikan, Pengetahuan, Lama Kerja, Sikap Kepustakaan : 9 (1985-2007)

abstract Dust can be a very serious problem in a company, because any residual production and consumption may generate residual dust. So much dust encountered in the wood industry using wood base materials. Wood dust (pulp) from the cutting and grinding very sharp and dangerous if inhaled when workers breathe. One way to cope with the occurrence of respiratory disorders or poisoning due to dust production is to use (APD). The purpose of this study is to know the factors associated with the use of masks in the refinement and cuts in PT Waroeng Batok Industry Cilacap such attitudes, age, education, length of employment, and knowledge. The study was crosssectional survey approach. 45 samples taken Proportional random sampling of the population of 125 people. Data collection using questionnaires. Chi Square test showe there was no relationship variables age, education and long of work with the use of masks (p value> 0.05) and there was correlation with the variables of knowledge and attitude masks (p value <0,05). Suggested that firms can apply discipline in the use of masks and to provide education or training. Keywords: Mask, Age, Education, Knowledge, Long of Work, Attitude Literature : 9 (1985-2007)

A. PENDAHULUAN Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan, karena setiap sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu. Debu sangat banyak kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan bahan dasar kayu. Debu kayu (pulp) dari hasil pemotongan maupun penghalusan atau pengamplasan sangat tajam dan berbahaya apabila terhirup pada saat pekerja bernafas. Bahaya yang ditimbulkan oleh debu dari hasil pengolahan kayu adalah gangguan saluran pernafasan, apabila tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan selaput radang yang terkena iritasi (Ahmad, 2003 : 50) NAB untuk debu kayu lunak seperti debu kayu albasia telah ditetapkan oleh Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE 01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan Kerja adalah sebesar 5 mg/m 3 Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan menggunakan (APD). Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir dalam melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya. APD dilakukan setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di terapkan (Koesyanto, 2005 : 47) Pemakaian APD masker untuk melindungi saluran pernafasan dari paparan debu sebenarnya sangat praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, praktis di lapangan sangat sulit diterapkan, hal ini terletak pada tenaga kerja itu sendiri yang berhubungan erat dengan faktor manusia. Selain itu, aspek perilaku pekerja yang terkait dengan kedisiplinan penggunaan masker masih sangat minim (Departemen Kesehatan RI, 2003 : 42) Beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker,diantara lain: Pendidikan, seorang pekerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi maka dalam kegiatan bekerja sehari-hari akan lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (Buchari Zainun, 1985:23), Masa Kerja,dapat memberikan pengaruh

baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya (Suma mur, 1994:70), Pengetahuan, penilaian atau pendapat yang diketahui,proses yang diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003:130), Sikap, suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa sikap positif dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (Hariyadi 2003:89), Umur, pekerja dewasa muda diyakini dapat lebih disiplin menjaga kesehatannya, sedangkan pekerja tua akan mengalami kebebasan dalam kehidupan bersosialisasi (Haditono, 1989:271) Pengamatan awal yang dilakukan pada pekerja dengan wawancara singkat, diketahui bahwa dari 28 pekerja dibagian penghalusan dan perwakilan 20 pekerja dari bagian prodeksi pemotongan memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda diantaranya: mengeluh sesak nafas yang paling banyak dirasakan sebesar 91,3% bagian penghalusan dan 85% bagian pemotongan, batuk-batuk 82,6% bagian penghalusan dan 65% bagian pemotongan, iritasi pada mata 78,2% bagian penghalusan dan 45% bagian pemotongan, gatal-gatal atau alergi pada kulit 30,4% bagian penghalusan dan 40% bagian pemotongan. Pengawasan dan penerapan khusus alat pelindung diri yang dilakukan di perusahaan belum berjalan baik. B. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan tanggal 12 November 13 Januari 2013.Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan cross sectional, jenis survei yang bersifat analitik karena penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dan

menjelaskan hubungan antara variable bebas (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap) dengan variabel terikat (pemakaian masker) melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 125 orang pekerja terbagi dalam 2 ruang produksi yaitu bagian penghalusan sebanyak 28 orang dan bagian pemotongan sebanyak 97 orang. Sasmpel sebanyak 45 orang yang diambil secara Proportional Random Sampling Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan yang dilakukan selama observasi dan kuesioner melalui wawancara. Data yang didapat kemudian dianalisis dan dilakukan menggunakan uji Chi-Square C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Umur dengan penggunaan masker Menurut teori, karyawan dewasa muda diyakini dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya. Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga kesehatannya dengan cara mentaati segala peraturan yang menyangkut kesehatan keselamatan kerja, sedangkan pada pekerja tua akan mengalami pelepasan dan kebebasannya dalam kehidupan bersosialisasi, kewajiban-kewajiban pekerja tua akan berkurang

terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama. (Siti Rahayu dalam Adithya, 2007) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,326 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel umur dengan variabel penggunaan masker dengan tingkat hubungan sangat rendah. 2. Hubungan Pendidikan dengan penggunaan masker Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkah laku, kepribadian dalam bermasyarakat maupun bekerja dalam kehidupan sehari hari. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang seseorang tempuh maka kemungkinan akan semakin baik pula tingkah laku dan pola berpikirnya.. Pendidikan mempengaruhi prestasi kerja dan hubungan antar pekerja dengan pekerja yang lain (Buchari Zainun, 1985 : 23) (Kunaryo Hadikusumo dalam Adithya, 2007) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel penggunaan masker, pada kenyataannya dalam penelitian ini pendidikan tidak berhubungan padahal tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan perilaku seseorang. Adithya (2007) juga mengatakan Menurut teori dari Dictionary of education dalam buku Achmad Munib, bahwa pendidikan adalah

proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentukbentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. 3. Hubungan Lama Kerja dengan penggunaan masker Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuannya dan keterampilannya. (Mulyanti, 2009) Masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya. Masa kerja dapat memberikan hal yang kurang baik karena semakin lama pekerja bekerja di tempat tertentu akan mengalami kebiasaan dalam bekerja. (Suma mur, 1994 : 70) Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel lama kerja dengan variabel penggunaan masker.

4. Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan masker Pengetahuan tentang masker dapat pula diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan tentang APD masker yang mereka dapatkan dari tempat kerja. Pengetahuan responden adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja mengenai masker baik manfaat, akibat tidak menggunakannya dan cara penggunaanya. (Ramaddan, 2008) Menurut Notoatmojo dalam Ramaddan (2008) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan. Walaupun pekerja mengetahui dampak akibat tidak menggunakan masker, belum tentu mereka menggunakannya pada saat bekerja Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,040 menunjukkan ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan variabel penggunaan masker. 5. Hubungan Sikap dengan penggunaan masker Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito Wirawan dalam Adithya, 2007)

Menurut Hurlock dalam Adithya (2007), secara operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respon atau reaksi dari sikapnya terhadap objek tertentu, baik yang berupa orang, peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable). Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,009 menunjukkan ada hubungan antara variabel sikap dengan variabel penggunaan masker. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Penggunaan masker pekerja diketahui dalam kategori kurang baik sebanyak 53,3%, kategori baik sebanyak 46,7%. Tidak ada hubungan variable umur, pendidikan, dan lama kerja terhadap penggunaan masker ( p value > 0,05 ). Ada hubungan variable pengetahuan terhadap penggunaan masker ( p value = 0,025 ) dan variable sikap terhadap penggunaan masker ( p value = 0,019 ). 2. Saran Perusahaan lebih menegaskan dalam menerapkan sangsi yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam memakai masker demi kesehatan dan keselamatan kerja

Daftar Pustaka Aditya, Dewa, Faktor -faktor yang berhubungan dengan penggunaan Masker pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Perusahaan Meubel CV. Permata 7 Wonogiri, 2007 http://www.pustakaskripsi.com/ Departemen Kesehatan RI 2003 Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE 01/Men/1997 Nilai Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan Kerja Notoatmodjo, Soekidjo., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rinrka Cipta, Jakarta, 2003 Notoatmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Suma mur PK., 1986. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, PT Gunung Agung, Jakarta, 1995 Suma mur PK., 1994. Keselamatan Kerjan dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit CV.Haji Masagung, Jakarta. Zainun, Buchari,. Perencanaan dan Pembinaan Tenaga kerja, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985