BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi. Berdasarkan sensus 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250 juta dengan pertumbuhan penduduk 1,49% bahkan hingga 1,5 persen per tahun. Hal ini tidak menunjukkan penurunan justru malah sebaliknya sehingga sudah mengkhawatirkan. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada 2045 menjadi sekitar 450 juta jiwa. Ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia (BKKBN, 2013). Masih tingginya rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia mulai tahun 1991 2012 menunjukkan stagnansi yakni masih di angka 2,6 (SDKI, 2012). Program (Keluarga Berencana) KB sangat berperan penting untuk menekan rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur 15 - atau Total Fertility Rate (TFR) dari angka 2,6 untuk mencapai target menjadi angka 2,1. Angka drop-out (putus pakai kontrasepsi) untuk kontrasepsi suntik mencapai 23 persen. Drop-out ini salah satunya disebabkan oleh perilaku masyarakat 1

2 (BKKBN, 2013). Kontrasepsi KB suntik di Indonesia paling banyak diminati yaitu 34,3 persen (Riskesdas,2013), tapi angka drop-out untuk untuk kontrasepsi suntik juga tinggi yaitu mencapai 23 persen (BKKBN, 2013). Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera yang tidak terpisahkan dengan program pendidikan dan kesehatan. Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak produksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Witjaksono, 2012). Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional dengan visinya Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015. Melalui visi ini BKKBN diharapkan mampu mengikuti perubahan yang terjadi di dunia, dimana telah ditetapkan 8 (delapan) tujuan yang diupayakan saat KTT Millenium di New York untuk dicapai pada tahun 2015 melalui Sasaran Pembangunan Millenium (Millenium Development Goal-MDGs). Misi BKKBN yaitu Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia

3 Sejahtera dengan slogan dua anak cukup. Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan dan pemilihan metode kontrasepsi yang akan di gunakan harus sesuai dengan kebutuhan para calaon akseptor KB. Tanggal 26 September setiap tahun, merupakan Hari Kontrasepsi Dunia. Tahun 2013 ini merupakan gelaran ketujuh kalinya sejak pertama kali dicanangkan pada tahun 2007. Tema Hari Kontrasepsi Dunia 2013 adalah "Perluasan Jangkauan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi Sebagai Upaya Nyata Perwujudan Derajat Kesehatan Keluarga yang Berkualitas". Makna diperingati Hari Kontrasepsi Dunia ini agar kita selalu ingat bahwa kontrasepsi adalah salah satu alat yang efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu kontrasepsi merupakan kebutuhan utama keluarga untuk membentuk keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2013). Kepatuhan penggunaan KB diharapkan dapat mencegah terjadi kehamilan karena di Indonesia angka kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar. Kematian ibu di Indonesia setiap tahun wanita meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan. Berdasarkan SDKI 2012, angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100,000 kelahiran hidup angka ini menunjukkan adanya lonjakan angka kematian ibu (AKI) dibandingkan hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa Angka kematian maternal di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Fakta masih tingginya angka kematian ibu (AKI) sangat memprihatinkan mengingat kurang

4 lebih 14.000 ibu yang meninggal karena melahirkan setiap tahunnya dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki angka kematian ibu tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) (SDKI, 2012). Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ibu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/ 100.000). Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2012 tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, fakta lonjaknya kematian ini masih jauh dari tekad pemerintah akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Millennium Development Goal 5 tujuan utama yaitu meningkatkan kesehatan ibu yang salah satu targetnya yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 (Dimyati, 2013). Keberhasilan program KB sangat penting peranannya dalam upaya menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia dan juga bagi penurunan angka kematian Ibu yang masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Penggunaan pil KB selama ini termasuk metode injeksi atau suntik KB selain memakan waktu dan memerlukan kedisiplinan yang tinggi juga rentan lupa. Berbeda dengan implan, IUD, dan operasi yang angkanya DO-nya tidak sampai 15 persen. IUD dan implan akan bermanfaat hingga bertahun-tahun sehingga pengguna kontrasepsi ini tidak perlu selalu berhubungan dengan petugas kesehatan. Masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan alat Kontrasepsi jangka pendek, Padahal alat KB jangka pendek resiko kegagalannya cukup tinggi.

5 Misalnya pengguna kontrasepsi pil atau suntik lupa mencatat, sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (BKKBN, 2013). Salah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan dan memberikan andil yang cukup besar pada keberhasilan Keluarga Berencana Nasional adalah kontrasepsi suntik, karena mempunyai efektifitas dan reversibilitas tinggi, yaitu kurang dari satu kehamilan tiap 100 wanita per tahun (Saifuddin, 2006). Pengguna metode kontrasepsi di Indonesia yaitu 59,7 persen. Dari 59,7 persen yang menggunakan KB saat ini, 59,3 persen menggunakan cara modern : 51,9 persen menggunakan KB hormonal dan 7,5 persen non-hormonal. Menurut metodenya 10,2 persen penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 49,1 persen non-mkjp. Penggunaan KB menurut alat jenis alat/cara KB di Indonesia didominasi oleh penggunaan KB jenis suntikan KB (34,3) persen (Riskesdas,2013). Pasangan Usia Subur (PUS) Nasional pada tahun 2012 yaitu 45.504.450 PUS. Di Jawa Timur, Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2012 yaitu 7.845.282 PUS. Dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB-Aktif sebanyak 5.761.542 peserta. Pada November 2013 di Propinsi Jawa Timur peserta KB baru per metode kontrasepsi yaitu KB suntik 51,84 persen, pil sebanyak 21,8 persen, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 9,88 persen, implant sebesar 10,57 persen, kondom sebesar 3,61 persen, MOW sebesar 1,99 persen, MOP sebanyak 0,23 persen. Partisipasi masyarakat Jawa Timur menunjukkan bahwa KB suntik masih merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak diminati dimasyarakat (BKKBN JATIM, 2014).

6 Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Keluarga (BAPEMAS) dan Keluarga Berencana (KB) Kota Surabaya di Kecamatan Mulyorejo Surabaya pada bulan Desember 2013 tercatat pasangan usia subur (PUS) berjumlah 16.462 PUS dari data tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 14.054 PUS dan sisanya 2.408 PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi. Dari pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 14.054 PUS dengan menggunakan per metode kontrasepsi yaitu KB suntik 6.681 akseptor, pil sebanyak 3.093 akseptor, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 1.826 akseptor, MOW sebesar 1.038 akseptor, kondom sebesar 861 akseptor, implant sebesar 542 akseptor, MOP sebanyak 13 akseptor. Berdasarkan data tersebut KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang paling diminati di Kecamatan Mulyorejo dengan jumlah peserta KB aktif 6.681 akseptor (BAPEMAS dan KB, 2014). Seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun (Azwar, 2010). Kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik merupakan bentuk perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Pratiwi (2013), perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor meliputi : a. Faktor faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya.

7 b. Faktor faktor pendukung (enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas fasilitas atau sarana sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat obatan, alat alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. c. Faktor faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas batas batasnya. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Suprapti yang berjudul hubungan pengetahuan akseptor KB 3 bulan tentang kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kepatuhan kunjungan ulang didapatkan hasil penelitian dari 45 responden, kepatuhan akseptor KB suntik 3 bulan dalam melakukan kunjungan ulang sebanyak 32 responden (71%) patuh dan 13 reponden (29%) tidak patuh. Berdasarkan hasil penelitian Ida rafidah yang berjudul pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik didapatkan hasil penelitian dari 63 responden, kepatuhan akseptor melakukan KB suntik sesuai jadwal

8 sebanyak 39 responden (61,9) dan 24 responden (38,1) tidak patuh (Rafidah, 2012). Pemakaian suntik KB yang tidak sesuai dengan jadwal kembali yang telah ditentukan akan berdampak terjadinya kehamilan, masih cukup tinggi angka ketidakpatuhan pengguna KB suntik maka dipandang penting diadakan suatu penelitian tentang analisis determinan kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 3 bulan di Kecamatan Mulyorejo Surabaya tahun 2014. 1.2 Identifikasi Masalah Keberhasilan program KB sangat penting peranannya dalam upaya menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia dan juga bagi penurunan angka kematian Ibu yang masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Masih tingginya rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia mulai tahun 1991 2012 menunjukkan stagnansi yakni masih di angka 2,6 (SDKI, 2012). Program (Keluarga Berencana) KB sangat berperan penting untuk menekan rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur 15 - atau Total Fertility Rate (TFR) dari angka 2,6 untuk mencapai target menjadi angka 2,1. Angka drop-out (putus pakai kontrasepsi) untuk kontrasepsi suntik mencapai 23 persen. Drop-out ini salah satunya disebabkan oleh perilaku masyarakat (BKKBN, 2013). Kontrasepsi KB suntik di Indonesia paling banyak diminati yaitu 34,3 persen (Riskesdas,2013), tapi angka drop-out untuk untuk kontrasepsi suntik juga tinggi yaitu mencapai 23 persen (BKKBN, 2013). Penggunaan pil KB selama ini

9 termasuk metode injeksi atau suntik KB selain memakan waktu dan memerlukan kedisiplinan yang tinggi juga rentan lupa. Berbeda dengan implan, IUD, dan operasi yang angkanya DO-nya tidak sampai 15 persen. IUD dan implan akan bermanfaat hingga bertahun-tahun sehingga pengguna kontrasepsi ini tidak perlu selalu berhubungan dengan petugas kesehatan. Masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan alat Kontrasepsi jangka pendek. Padahal alat KB jangka pendek risiko kegagalannya cukup tinggi, misalnya pengguna kontrasepsi pil atau suntik lupa mencatat, sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (BKKBN, 2013). Determinan kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 3 bulan dapat digambarkan dalam bagan berikut ini : Faktor Predisposisi 1. Usia 2. Motivasi 3. Sikap 4. Pendidikan 5. Pemahaman 6. Jumlah Anak 7. Usia Anak Terakhir 8.Pekerjaan 9. Pengalaman Faktor Pendukung 1.Penghasilan keluarga 2. Akses ke tempat pelayanan kesehatan Kepatuhan Akseptor Melakukan Kontrol Ulang KB Suntik 3 Bulan Faktor Pendorong 1. Dukungan tenaga kesehatan 2. Dukungan suami Gambar 1.1: Kerangka teori determinan kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan (Notoatmodjo, 2012)

10 Berdasarkan hasil penelitian Suprapti yang berjudul hubungan pengetahuan akseptor KB 3 bulan tentang kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kepatuhan kunjungan ulang didapatkan hasil penelitian dari 45 responden, kepatuhan akseptor KB suntik 3 bulan dalam melakukan kunjungan ulang sebanyak 32 responden (71%) patuh dan 13 reponden (29%) tidak patuh. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik didapatkan hasil penelitian dari 63 responden, kepatuhan akseptor melakukan KB suntik sesuai jadwal sebanyak 39 responden (61,9) dan 24 responden (38,1) tidak patuh (Rafidah, 2012). Pemakaian suntik KB yang tidak sesuai dengan jadwal kembali yang telah ditentukan akan berdampak terjadinya kehamilan, masih cukup tinggi angka ketidakpatuhan pengguna KB suntik. Penelitian ini menganalisis determinan kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan di Kecamatan Mulyorejo Surabaya. 1.3 Rumusan Masalah Faktor apa yang merupakan determinan kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan di Kecamatan Mulyorejo Surabaya tahun 2014? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menganalisis beberapa faktor yang merupakan determinan kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.

11 1.4.2 Tujuan khusus 1) Mengidentifikasi pengaruh karakteristik demografi terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 2) Mengidentifikasi pengaruh pemahaman tentang KB suntik 3 bulan terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 3) Mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 4) Mengidentifikasi pengaruh sikap terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 5) Mengidentifikasi pengaruh pengalaman kegagalan KB sebelumnya terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 6) Mengidentifikasi pengaruh efek samping KB suntik 3 bulan terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 7) Mengidentifikasi pengaruh waktu tempuh terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 8) Mengidentifikasi pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 9) Mengidentifikasi pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.

12 1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman nyata bagi peneliti sebagai peneliti pemula dalam proses penelitian dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya yang diperoleh dari kampus dengan keadaan yang ada di lahan praktek serta peneliti ingin dapat memberikan manfaat bagi perkembangan wawasan dan suatu wahana pembuktian teori yang ada. 1.5.2 Bagi Program Sebagai bahan masukan bagi profesi agar lebih memberikan perhatian tentang kompetensi lulusan bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana dan dapat dijadikan referensi khususnya dalam bidang pelayanan keluarga berencana. 1.5.3 Bagi Masyarakat Menambah informasi bagi masyarakat khususnya wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi KB suntik 3 bulan dan kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan. 1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.