MEKANISME DAN PROSEDUR PENGUSULAN CALON PAHLAWAN NASIONAL DAN PERINTIS KEMERDEKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAPAT KOORDINASI TEKNIS PROGRAM DAN PERENCANAAN DIT KKKRS 2018

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN

ERNUR RIAU TENTANG GUBERNUR RIAU. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tk. I Sumatera Barat,

Kriteria Pemberian Gelar Pahlawan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GELAR DAERAH

Nomor SOP /2010. Tanggal Pembuatan 19 Desember Tanggal Refisi 17 Mei Tanggal Evektif 1 Juni 2010

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1964 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN/TUNJANGAN KEPADA PENRINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

SEBAGI DASAR PELESTARIAN NILAI K2KS KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016 SOP BIDANG SOSIAL

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

1. Izin Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) Skala Provinsi

INDONESIA Percentage below / above median

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

PEMERINTAH. 1. Penetapan kebijakan bidang sosial skala nasional. 1. Penyusunan perencanaan bidang sosial skala nasional.

SATUKAN LANGKAH UNTUK NEGERI, #YUKJADIPAHLAWAN

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

PEMERINTAH. 1. Penetapan kebijakan bidang sosial skala nasional. 1. Penyusunan perencanaan bidang sosial skala nasional.

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing

SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH:

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

No.1084, 2014 KEMENHAN. Veteran. Tanda Kehomatan. Pemberian. Pencabutan.

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

GUElERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 135 /KPTS/013/2016 TENTANG TIM PENELITI DAN PENGKAJI GELAR DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN SELEKSI/PENDAFTARAN KEPALA PERWAKILAN DAN CALON ASISTEN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. InsyaAllah bersama kita BISA : Brilliant, Innovative, Speed, Accountable

ASOSIASI PEMERINTAH DAERAH

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN TUNJANGAN KEPADA PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN KEMERDEKAAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG

Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009

EVALUASI PROGRAM KEWASPADAAN NASIONAL PADA DITJEN KESBANGPOL KEMENDAGRI GRAND SAHID JAYA, 6 DESEMBER 2013 DIREKTUR KEWASPADAAN NASIONAL

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1960 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN KEPADA PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN

PERKEMBANGAN PENILAIAN KABUPATEN/KOTA PEDULI HAK ASASI MANUSIA

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan

Transkripsi:

MEKANISME DAN PROSEDUR PENGUSULAN CALON PAHLAWAN NASIONAL DAN PERINTIS KEMERDEKAAN DIREKTORAT KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KEMENTERIAN SOSIAL RI TAHUN 2014 1

I. Tugas dan Fungsi Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial (K2KS) mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial. Tugas pokok Direktorat K2KS adalah : 1. Pembinaan warakawuri/ keluarga pahlawan nasional, perintis kemerdekaan/janda perintis kemerdekaan. 2. Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional, Perintis Kemerdekaan dan JandaPerintis Kemerdekaan. 3. Pengelolaan TMPN dan MPN di seluruh Indonesia 4. Pengusulan SLKS 2

II. SUMBER HUKUM 1. UUD 1945 Bab III, Pasal 15 : PRESIDEN MEMBERI GELAR, TANDA JASA, DAN LAIN-LAIN TANDA KEHORMATAN YANG DIATUR DALAM UU. 2. Undang-undang nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan. 3. Undang-Undang Nomor 5 Prps Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan. 4. PP. No.35/2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. 5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional. 3

III. PENGERTIAN (BERDASARKAN UU. NO. 20 TAHUN 2009) 1. PAHLAWAN NASIONAL Adalah gelar yang diberikan kepada warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan Negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. 2. KELUARGA PAHLAWAN Adalah orang yang berhak menerima warisan atau harta pusaka yaitu istri/suami yang dinikahi secara sah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan anak kandung yang sah. 3. TIM PENELITI, PENGKAJI GELAR PUSAT (TP2GP) SEBELUMNYA BPPP TP2GP adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kementerian yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial sesuai dengan kewenangannya. TP2GP bersifat independen yang beranggotakan paling banyak 13 (Tiga belas) orang yang terdiri dari praktisi, akademisi, pakar, sejarawan dan instansi terkait. 4

5. TIM PENELITI, PENGKAJI GELAR DAERAH (TP2GD) SEBELUMNYA BPPD TP2GD adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. TP2GD bersifat independen yang beranggotakan paling banyak 13 (Tiga belas) orang yang terdiri dari praktisi, akademisi, pakar, sejarawan dan instansi terkait. 6. TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL UTAMA (TMPNU) KALIBATA Yang Dimaksud dengan Taman Makam Pahlawan Nasional Utama adalah Taman Makam Pahlawan Nasional yang terletak di ibukota Negara sedangkan Taman Makam Pahlawan Nasional adalah Taman Makam Pahlawan Nasional yang berada di Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia (Penjelasan Pasal 33 UU. Nomor 20 Tahun 2009) dan yang berhak dimakamkan di TMPN Utama adalah yang menerima Gelar (Pahlawan Nasional), Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputra dan Bintang Gerilya. 7. GELAR Penghargaan Negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan Negara, Gelar merupakan Pahlawan Nasional (Pasal 4 UU. NO. 20 Tahun 2009) 5

IV. KRITERIA CALON PAHLAWAN NASIONAL UU. No. 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 25 dan Pasal 26, untuk memperoleh Gelar : A. Syarat Umum : 1. WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI. 2. Memiliki integritas moral dan keteladanan. 3. Berjasa terhadap bangsa dan Negara. 4. Berkelakuan baik; 5. Setia dan tidak menghianati bangsa dan Negara; dan Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. 6

B. Syarat khusus : 1. Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; 2. Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; 3. Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara 4. Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa 5. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi dan/atau melakukan perjuangan yang menpunyai jangkauan luas dan berdampak nasional; 7

V. KRITERIA CALON PERINTIS KEMERDEKAAN A. Umum : 1. Mereka yang menjadi Pemimpin pergerakan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan/kemerdekaan, dan/atau. 2. Mereka yang pernah mendapatkan hukuman dari Pemerintah Kolonial karena giat dan aktif dalam pergerakan Kebangsaan/kemerdekaaan, dan/ata 3. Anggota/anggota angkatan bersenjata dalam ikatan kesatuan secara teratur, yang gugur atau mendapat hukuman sekurang-kurangnya 3 bulan karena berjuang melawan Pemerintah Kolonial dan/atau 4. Mereka yang secara terus menerus secara aktif menentang Pemerintah Kolonial sampai saat Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. B. Khusus (Untuk Irian jaya): 1. Unsur pimpinan organisasi Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan Indonesia di Irian Jaya yang secara De Fakto masih dikuasai penjajah Sebelum dicanangkannya Trikora tanggal 19 Desember 1961. 2. Aktifis/Anggota organisasi Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan Indonesia di Irian Jaya yang secara masih dikuasai penjajah Sebelum dicanangkannya Trikora tanggal 19 Desember 1961. 8

VI. PERSYARATAN ADMINISTRASI USULAN CALON PAHLAWAN NASIONAL 1.Rekomendasi dari Pemerintah Daerah (Gubernur) dan Surat Pengantar dari Dinas Sosial Provinsi (secara berjenjang). 2.Hasil sidang Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) tingkat Provinsi sebagaimana format laporan Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan 3.Riwayat hidup dan Perjuangan calon Pahlawan Nasional : a.nama. b.tempat dan Tanggal Lahir. c.pendidikan. d.tempat dan Tanggal meninggal. e.riwayat Perjuangan secara kronologis. 9

4. Biografi calon Pahlawan Nasional yang diusulkan : a. Pendahuluan. b. Latar belakang berdasarkan pokok-pokok aktifitas situasi dan kondisi yang dihadapinya. c. Dilampirkan daftar kepustakaan. d. Ditulis dalam format karya akademik. e. Hasil penelitian. 5. Seminar usulan Calon Pahlawan Nasional dan makalah-makalahnya : a. Makalah dibuat berdasarkan karya akademik dan hasil penelitian, dan dilampirkan daftar pustaka. b. Komposisi seminar terdiri dari : Perwakilan Kementerian Sosial RI. Pakar/ Sejarawan level Nasional. Pakar/ Sejarawan level Daerah/ Provinsi. 6. Dokumen-dokumen Pendukung calon Pahlawan Nasional, antara lain : a. Daftar dan bukti Tanda Kehormatan yang pernah diterima/ diperoleh. b. Catatan pandangan/ pendapat orang dan tokoh masyarakat tentang calon Pahlawan Nasional yang bersangkutan. c. Foto-foto/ gambar dokumentasi perjuangan Calon Pahlawan Nasional yang bersangkutan. d. Foto calon Pahlawan Nasional berukuran 5 R sejumlah 3 (tiga) lembar. e. Telah diabadikan namanya melalui sarana monumental sehingga dikenal masyarakat disertai surat keterangan dan foto dari Pemda setempat. f. Buku buku pendukung usulan Calon Pahlawan Nasional 10

VII. TIM PENELITI PENGKAJI GELAR DAERAH (TP2GD) Keberadaan Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 Sebagai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan Pasal 54, yaitu : Dalam memberikan rekomendasi pengajuan usul pemberian Gelar, gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh TP2GD. TP2GD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. TP2GD bersifat independen yang beranggotakan paling banyak 13 (tiga belas) orang yang terdiri unsur Praktisi, Akademisi, Pakar, Sejarawan dan Instansi Terkait. Hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh TP2GD, disampaikan kepada Gubernur dan/atau Bupati/Walikota sebagai bahan pertimbangan untuk menerbitkan rekomendasi. 11

VIII. TIM PENELITI PENGKAJI GELAR PUSAT (TP2GP) Keberadaan Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 Sebagai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan Pasal 55, yaitu : Dalam memberikan rekomendasi pengajuan usul pemberian Gelar, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial dibantu oleh TP2GP. TP2GP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. TP2GP bersifat independen yang beranggotakan paling banyak 13 (tiga belas) orang yang terdiri unsur Praktisi, Akademisi, Pakar, Sejarawan dan Instansi Terkait. Hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh TP2GP, disampaikan kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial sebagai bahan pertimbangan untuk menerbitkan rekomendasi. 12

IX. PROSEDUR / TATA CARA PENGUSULAN 1. Masyarakat mengajukan usulan Calon Pahlawan Nasional yang bersangkutan kepada Bupati/Walikota setempat. 2. Bupati/Walikota mengajukan usulan Calon Pahlawan Nasional yang bersangkutan kepada Gubernur melalui Instansi Sosial Provinsi setempat. 3. Instansi Sosial Provinsi menyerahkan usulan Calon Pahlawan Nasional yang bersangkutan tersebut kepada Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) untuk diadakan penelitian dan pengkajian (melalui Proses Seminar,Diskusi maupun Sarasehan). 4. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang menurut pertimbangan TP2GD dinilai memenuhi kriteria, kemudian diajukan kepada Gubernur yang akan merekomendasikan kepada Menteri Sosial RI. 13

5. Menteri Sosial RI Cq. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan / Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial mengadakan verifikasi kelengkapan administrasi. 6. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang telah memenuhi persyaratan administrasi kemudian diusulkan kepada Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) untuk dilakukan penelitian, pengkajian dan pembahasan. 7. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang menurut pertimbangan TP2GP dinilai memenuhi kriteria, kemudian oleh Menteri Sosial RI diajukan kepada Presiden RI melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan guna mendapatkan persetujuan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional sekaligus Tanda Kehormatan lainnya. 8. Usulan Calon Pahlawan Nasional yang tidak memenuhi persyaratan dapat diusulkan kembali 1 (satu) kali dan dapat diusulkan kembali minimal 2 (dua) tahun kemudian terhitung mulai tanggal penolakan, sedangkan usulan Calon Pahlawan Nasional yang ditunda dapat diusulkan kembali dengan melengkapi persyaratan yang diminta dan diajukan kembali kepada Menteri. 9. Upacara penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional dilaksanakan oleh Presiden RI menjelang Peringatan Hari Pahlawan pada tanggal 10 November. 14

X. BAGAN TATA CARA PENGUSULAN PAHLAWAN PRESIDEN RI DEWAN GELAR, TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN RI UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR MENTERI SOSIAL RI DITJEN DAYASOS & PK DIT. K2KS TP2GP GUBERNUR INSTANSI SOSIAL PROVINSI TP2GD BUPATI / WALIKOTA TP2GD MASYARAKAT TP2GP TP2GD Keterangan : Garis Permohonan (Pengusulan) Garis Persetujuan / Pengakuan Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah

BAGAN PENGUSULAN PERINTIS KEMERDEKAAN MENTERI SOSIAL RI DITJEN DAYASOS & PK DIT. K2KS BP3K2 INSTANSI SOSIAL / PEM. PROVINSI INST. SOSIAL PEM. KAB / KOTA Keterangan : PEMOHON Garis Permohonan (Pengusulan) Garis Persetujuan / Pengakuan BP3K2 : Badan Pertimbangan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan

XII. KEWAJIBAN AHLI WARIS PENERIMA GELAR a) Ahli Waris penerima Gelar berkewajiban : Menjaga nama baik pahlawan dan jasa yang telah diberikan kepada bangsa dan negara; Menjaga dan melestarikan perjuangan, karya, dan nilai kepahlawanan, dan; Menumbuhkan dan membina semangat kepahlawanan. b) Ahli Waris Pahlawan nasional berhak mendapatkan tunjangan secara berkala atau sekaligus kepada ahli warisnya. 17

XIII. Hak Warakawuri/Kel. Pahlawan Nasional Perintis Kemerdekaan (PK)/Janda Perintis Kemerdekaan (JDPK) : 1) Bantuan dari Kementerian Sosial RI : WARAKAWURI/KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL a) Bantuan Bulanan = Rp 1.500.000,- /Bulanan b) Bantuan Kesehatan = Rp 3.500.000,- /Tahun PERINTIS KEMERDEKAAN a) Bantuan Bulanan = Rp 516.000,- /Bulanan b) Bantuan Kesehatan = Rp 2.500.000,- /Tahun JANDA PK a) Bantuan kesehatan = Rp 2.000.000,- /Tahun 2) Dari PT Taspen (PP No.41 Tahun 2014) : PERINTIS KEMERDEKAAN a) Tunjangan Bulanan = Rp 2.128.000,- /Bulan JANDA PK a) Tunjangan Bulanan = Rp 1.649.000,- /Bulan 18

DATA JUMLAH DAN ASAL PAHLAWAN DAN WARAKAWURI/KEL. PAHLAWAN NASIONAL SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 DAERAH WARAKAWURI PAHNAS ISTRI ANAK Yogya 2 6 16 Jakarta 6 52 7 Sumbar - 1 11 Jateng 2-26 Jatim - 2 23 Sumut - 1 9 Aceh - - 7 Sulut - - 6 Kalsel - 1 3 kalbar - - 1 Maluku - - 5 Lampung - - 1 Bali 1 4 Riau - - 3 DAERAH WK PAHNAS ISTRI ANAK Surakarta - - 1 Jambi - - 1 Keppri - - 1 NTT - - 2 Sulsel - 4 12 Sumsel - 1 2 Kalteng - - 1 Bengkulu - 1 2 Gorontalo - 1 1 Jabar - 3 14 Papua - 2 1 Papua Barat - - 3 JUMLAH 10 75 163 19

DATA JUMLAH DAN ASAL PK DAN JDPK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 DAERAH PK JDPK DAERAH PK JDPK Aceh - 1 NTB 1 2 Sumut - 4 NTT 3 8 Jambi - 1 Sulsel - 2 Riau - 7 Sulut - 2 Sumbar - 81 Kalbar - 1 Sumsel - 5 Kalsel - 3 Lampung - 7 Papua 34 17 DKI Jakarta 21 118 Papua Barat 36 42 Banten 1 45 jumlah 198 825 Jawa Barat 7 187 Jawa Tengah 2 51 D.I. Yogyakarta 1 5 Jawa Timur 90 235 Bali - 1 20

21