BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu juga kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi penuh dengan persaingan yang ketat, apalagi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, pelayanan prima. merupakan elemen utama yang harus diperhatikan oleh unit

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat modern sekarang semakin kompleks, hal ini dapat mempengaruhi para praktisi kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No, 659/MENKES/PER/VII/2009 tentang rumah sakit kelas dunia. Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan baik. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan tenaga medis yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Keperawatan adalah suatu profesi yang berfokus pada menjaga, memelihara dan mengembalikan kesehatan yang optimal baik individu, keluarga, maupun masyarakat. Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan medis kepada masyarakat untuk menunjang kesembuhan pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.20/MENKES/148/1/2010, tentang ijin dan penyelenggaraan pratik perawat, seorang yang telah lulus pendidikan perawat 1

baik dalam maupun luar negri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perawat adalah seorang petugas medis yang profesional yang bertugas merawat, menjaga keselamatan, dan menyembuhkan orang sakit atau terluka baik akut maupun kronis, melakukan perencanaan perawatan kesehatan dan melakukan perawatan gawat darurat dalam rangka pemeliharaan kesehatan dalam lingkup luas. Hal ini menjadikan perawat sebagai ujung tombak pengobatan pasien selain dokter, sehingga peran perawat sangat diperlukan di suatu instansi kesehatan. Pelaksanaan suatu tindakan keperawatan menuntut profesionalisme perawat sehingga diharapkan pasien mendapatkan pelayanan yang baik, hal ini harus ditunjang dengan SDM, peralatan yang memadai dan lingkungan yang baik. Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkut, merawat, mendorong. Beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000). Beban kerja adalah berkaitan erat dengan produktivitas tenaga kesehatan. Dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang di gunakan pelayanan kesehatan langsung, dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang (Iiyas,2004) 1. 1 Definisi beban kerja, Ilyas, 2004 2

Yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat menggangu penampilan kerja dari perawat tersebut. (Haryani, 2008). 2 Beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku, persepsi dari para pekerja. Beban pekerja fisik perawat meliputi mengangkat pasien ketempat tidur, mendorong branket pasien, mendorong peralatan kesehatan, merapihkan tempat tidur, memeriksa tandatanda vital pasien, memasang infus, mengambil darah, dsb. Sedangkan beban kerja mental yang dialami perawat diantaranya, bekerja shif atau bergiliran, menyiapkan mental pasien dan kelaurga pasien terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam kritis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah kegiatan pokok maupun tambahan yang dibebankan kepada perawat dalam menjalankan pekerjaannya memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif. Adapun standar beban kerja yang digunakan adalah jam kerja perawat dalam satu minggu = 40 hari, kalau hari kerja efektif 5 hari per minggu, maka 40/5=8 jam per hari, kalau satu hari kerja yang efektif 6 hari per minggu, maka 40/6=6,6 jam per hari, (Depkes RI (2006) 3 dalam Sadariah (2008). Adapun standar beban kerja yang digunakan adalah setiap tenaga kesehatan 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja, Haryati, 2008 3 Standar beban kerja, DepKes RI, 2006 3

mempunyai beban kerja efektif kira-kira 80% dari waktu kerja dalam sebulan. Waktu kerja yang normal adalah 8 jam/hari, waktu efektif untuk setiap tenaga kesehatan adalah 5 jam/hari. Jadi total waktu jam normal per bulan adalah 5 jam x 24 hari=120 jam/bulan. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja standar setiap tenaga adalah 80% sampai 100% dari waktu kerja normal atau 120 jam sampai 150 jam per bulan. (Kanwil Depkes RI (1999) dalam Sadariah (2008)). Stres adalah hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya serta lingkungannya) yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif (Munandar, 2011) 4. Menurut Anogara (2011), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya terancam. Dalam beberapa penelitian diungkapkan bahwa faktor karakteristik usia, jenis kelamin, bidang pekerjaan, pengalaman kerja (Wijono, 2006) 5, dan status perkawinan (Rahmawati, 2008) berpengaruh terhadap tingkat stres kerja. Pada dasarnya ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja seperti yang dikemukkan Anies (2005) 6, bahwa stres kerja pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, yaitu pekerjaan sendiri sebagai faktor eksternal, dan karakter maupun persepsi pekerja sebagai faktor internal, sedangkan menurut Tarwaka et.al. (2004), 7 mengungkapkan bahwa stres kerja 4 Definisi stres kerja, Munandar, 2011 5 Faktor karakteristik yang berpengaruh terhadap tingkat stres, Wijono, 2006 6 Faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja, Anies, 2005 7 Tarwaka et al, Ergonomi : Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS, 4

dapat timbul karena faktor pekerjaan yang meliputi keadaan fisik lingkungan kerja, shift kerja, pekerjaan yang beresiko tinggi dan berbahaya, beban kerja yang berlebihan, faktor peran individu dan organisasi, hubungan kerja, struktur organisasi dan suasana kerja. Adapun dampak stres secara emosional meliputi cemas, depresi, tekanan fisik, dan psikologis (Perry & Potter 2005) 8, dampak kognitif berakibat pada penurunan kosentrasi, peningkatan distraksi, berkurangnya kapasitas memori jangka pendek. Dampak terhadap psikologis terdapat pada pelepasan epinephrine, norepinefrine, penonaktifan sistem, nafas cepat, peningkatan denyut jantung, konstriksi pembuluh darah, dampak pada perilaku misalnya meningkatkan ketidakhadiran kerja, menggangu pola tidur, mengurangi kualitas pekerjaan (Eyesenck, 2009). Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) terdapat 50,9% perawat mengalami stres kerja, menyatakan keluhan sering merasa pusing, kecapean, karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu. Tingkat stres yang dihadapi oleh setiap perawat akan berbeda tingkat respon dan pengendaliannya tergantung dari setiap individu yang mengalaminya. Tingginya beban kerja perawat berdampak pada stress yang dialami perawat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departement Kesehatan dan Universitas Indonesia tahun 2005 menunjukan 78,8% perawat melakukan tugas kebersihan dan 63,3% perawat melakukan tugas administrasi. Lebih dari 90% perawat melakukan tugas non keperawatan seperti menetapkan diagnosis 2004, Surakarta, hlm 147 8 Dampak- dampak stres kerja, Perry & Potter, 2005 5

penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50% perawat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya 9. IGD (Instalasi Gawat Darurat) yang memberikan pelayanan 24 jam secara cepat, tepat, akurat dan aman, yang memiliki fungsi yang terpenting dalam rumah sakit karena harus mencegah kematian seorang pasien sehingga perawat mempunyai beban dan tanggung jawab kerja pada akhirnya, dapat menimbulkan stres kerja, perawat juga dituntut untuk dapat mengambil keputusan, misalnya jika ada pasien datang ke unit gawatdarurat dengan kesadaran menurun atau pasien dengan kecelakaan, dimana perawat memberikan pertolongan pertama agar tidak terjadi gagal nafas, maka perawat pun mempunyai beban yang berat sehingga menimbulkan stress pada perawat tersebut. Dari situlah beban kerja pada perawat diperhatikan karena dapat menyebabkan stres kerja yang berakibat gangguan fisiologis dan psikologi pekerja. Jumlah kunjungan rata-rata per hari yaitu 80 pasien dan jumlah tenaga perawat dalam satu shift yaitu 4 orang perawat. Dengan banyaknya pasien yang dilayani maka menyebabkan adanya beban kerja pada perawat, karena di IGD sifatnya emergency, harus cepat, akurat, tepat, aman dan jumlah kunjungan perhari 80 pasien. Hal ini menyebabkan terjadinya stres kerja pada perawat yang ditandai dengan keluhan sakit kepala, sakit perut, keletihan, bosan dan angka absensi yang tinggi. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD RSAB Harapan Kita. 9 Syaifoel, Batas kewenangan independent nurse practitioner, www.kompas.com, tanggal akses 26 juni 2009 6

1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang akan dibahas adalah mengidentifikasi masalah yang terjadi pada perawat RSAB Harapan Kita tentang beban kerja dengan stress kerja di IGD disebabkan oleh: 1. Kondisi lingkungan kerja yang tidak konduksif sehingga dapat menurunkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. 2. Individual, tekanan individual sebagai penyebab stress kerja seperti konflik peran, peran ganda, beban kerja yang berlebihan, tidak ada kontrol, tanggung jawab, kelompok dan organisasi. 3. Kurangnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada perawat sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perawat. Dengan adanya kompensasi dapat menimbulkan kegairahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja. 4. Beban kerja yang tinggi merupakan pembangkit stres, dimana perawat harus melakukan banyak prosedur operasional kepada pasien. 1.3 Pembatasan masalah Penelitian ini dilaksanakan pada setiap perawat RSAB Harapan Kita karena keterbatasan waktu dan biaya, maka peneliti hanya membatasi penelitian pada hubungan beban kerja dan stres kerja pada perawat. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah adalah Adakah hubungan antara beban kerja dan stres kerja perawat di IGD RSAB Harapan Kita? 7

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan beban kerja dan stres kerja pada perawat di IGD RSAB Harapan Kita. 1.5.2 Tujuan Khusus a. Menghitung tingkat beban kerja dengan stress kerja pada perawat di IGD RSAB Harapan Kita. b. Mengetahui stres perawat di IGD RSAB Harapan Kita c. Menganalisis hubungan antara beban kerja dan stres kerja perawat di IGD RSAB Harapan kita. 8

1.6 Manfaat Penelitian Dengan melihat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja di Unit IGD RSAB Harapan Kita, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1.6.1 Bagi Penulis Memperoleh pemahaman tentang beban kerja dan stress kerja pada perawat, mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang diperoleh dari lahan yang diteliti, serta penelitian ini diharapkan sebagai saran untuk melatih cara berfikir dan membuat suatu penelitian berdasarkan metodologi penelitian yang baik dan benar. 1.6.2 Bagi Institusi Kesehatan Penelitian ini dapat memberika masukan mengenai permasalahan yang mungkin dihadapi perawat yang berhubungan dengan beban kerja dengan stres kerja, sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien serta dapat mengurangi stres kerja. 1.6.3 Bagi Fakultas Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi lapangan dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. 10