ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

UPAYA PENGENALAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR PADA DESA SIAGA

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

pelaksanaan program proteksi dan keselamatan sumber radioaktif yang berada di Batakan base PT. Halliburton Indonesia Balikpapan-Kalimantan Timur dapat

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN TANGGAP DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 1 Tahun 2010 tentang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir; 5.

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

SISTEM KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INDONESIA

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DEKOMISIONING REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

Transkripsi:

ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI M. Yazid, Elisabeth.S, Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK ORGANISASI KEDARURATAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI. Organisasi penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PKDR) BATAN Yogyakarta pada awalnya dibentuk dengan tujuan untuk melakukan penanggulangan keadaan darurat radiasi yang mungkin terjadi di instalasi nuklir tersebut baik untuk skala kecil yang hanya terbatas di dalam gedung saja maupun untuk skala besar yang kemungkinan dampaknya mencapai kawasan di luar gedung, berdasarkan struktur organisasi kesiapsiagaan nuklir nasional, BATAN Yogyakarta dimasukkan ke dalam Satkolak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Propinsi DIY. Sebagai konsekwensinya adanya gempa 27 Mei 2006 yang lalu, BATAN Yogyakarta harus memberikan keyakinan kepada karyawan dan masyarakat umum, bahwa gempa tersebut tidak mempunyai dampak negatif terhadap seluruh fasilitas di PTAPB khususnya yang berkaitan dengan sumber radiasi atau zat radioaktif. Beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini antara lain tindakan penanggulangan, tindakan pemulihan keadaan dan analisis keselamatan radiology keseluruhan sistem yang ada di fasilitas PTAPB pasca gempa. ABSTRACT ORGANIZATION OF NUCLEAR EMERGENCY RESPONSE OF BATAN YOGYAKARTA AND HANDLING FACILITY AFTER THE EARTH QUAKE CATASTROPHE. The organization of radiation emergency response (PKDR) BATAN Yogyakarta was established with the mainstream performing emergency response when small or great radiation emergency situation has been happened in the installation. Based on the normal nuclear preparedness, BATAN Yogyakarta has been pointed out to be involved on Emergency Response on local catastrophe. As consequence of the earthquake, BATAN should perform such an action in order to ensure that there would be no negative impact involving radiation source and radioactive substance either to the worker or to public. In this paper will be discussed about the response, mitigation and radiological safety analysis of the whole facility after the earthquake catastrophe. 373

I. PENDAHULUAN Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi di BATAN Yogyakarta dibentuk bersadarkan Keputusan Kepala PTAPB No. 751/OT 0003/APB/II/2006, tahun 2006, dalam rangka untuk memenuhi persyaratan tentang tata kerja, fasilitas, peralatan proteksi dan perlengkapan lain yang tercantum di dalam Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka BAPETEN/V 99 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (RPKD) disusun sebagai pelaksanaan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.(1,2) Kecelakaan yang diandaikan dapat terjadi telah dipelajari dan dipertimbangkan tindakan preventifnya sehingga resikonya sekecil mungkin, namun demikian penanggulangan kecelakaan pada suatu instalasi nuklir tetap memerlukan suatu tindakan khusus. Kecelakaan yang besar dan meluas akan menyebabkan terjadinya keadaan darurat radiasi yang penanggulangannya melibatkan berbagai pihak. Berbagai aspek penyebab terjadinya kecelakaan di reaktor Kartini dan akibat terparah yang bisa terjadi serta usaha pengamanannya telah dibahas dalam Laporan Analisis Kecelakaan. Sebagai kelanjutan usaha untuk menciptakan keselamatan bagi karyawan, masyarakat, instalasi dan lingkungan maka disusun pula program penanggulangan keadaan darurat radiasi. Program tersebut berisi kriteria atau klasifikasi keadaan darurat yang dapat terjadi, rencana upaya tindakan penanggulangan yang sesuai dengan klasifikasi kecelakaan, organisasi penanggulangan, personil penanggulangan, sistem komunikasi dengan pihak terkait, peralatan yang harus digunakan dalam penanggulangan keadaan darurat, latihan penanggulangan yang akan dilakukan, prosedur penanggulangan, dan rencana evaluasi penanggulangan keadaan darurat.(3) II. ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR 1. Organisasi Tingkat Lokal Organisasi kesiapsiagaan nuklir tingkat lokal di BATAN Yogyakarta adalah : 374

BATAN Pusat dan BAPETEN PENANGGUNG JAWAB PKDR (Kepala PTAPB) P2K3 Panitia Pembina K3 KOORDINATOR PELAKSANA PKDR (Kepala BK2) BANTU AN MEDIS (Kasubid PK) SAR BANTU AN LISTRIK DAN AIR PROTEK SI RADIASI (Kasubid PRKK) PEMA DAM KEBAKA RAN (Ka.Unit PAM/ Kaur PAM Dalam PENGAM AN (Kaur Pelaksana PAM) BANTU AN KEN DARAAN DAN LO GISTIK (Kasubag Perlengkapan) Keterangan: Jalur instruksi Jalur pelaporan Gambar 1. Struktur Organisasi PKDR 375

Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PKDR) yang dibentuk untuk menanggulangi baik keadaan darurat radiasi kelas dua (besar atau luar gedung) maupun keadaan darurat kelas satu (kecil atau dalam gedung). Struktur organisasi PKDR selengkapnya disajikan pada Gambar 1, yang terdiri dari : a) Penanggung Jawab : Kepala PTAPB BATAN b) Koordinator Pelaksana Tindakan Penanggulangan : Kepala Bidang Keselamatan dan Kesehatan (BK2), dalam hal Kepala BK2 berhalangan, maka koordinator dilaksanakan oleh Kepala Bidang Reaktor. Andaikan keduanya berhalangan, maka koordinator dilakukan oleh para pejabat pelaksananya. Selain itu, masih dilengkapi dengan Satuan Tugas (Satgas) Pelaksana Tindak Penanggulangan, yang terdiri dari: 1) Satgas Pengamanan 2) Satgas Proteksi Radiasi 3) Satgas Pemadam Kebakaran 4) Satgas Bantuan Medis 5) Satgas Bantuan Kendaraan dan Logistik 6) Satgas Bantuan Listrik dan Air. 7) Satgas SAR. 3. Organisasi Tingkat Daerah Untuk tingkat daerah khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, PKDR telah dimasukkan ke dalam struktur organisasi Satkorlak PBP DIY yang dipimpin langsung oleh Gubernur berdasarkan Keputusan Gubernur DIY. No.151 Tahun 2004 dan Satlak PBP Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh Wakil Bupati. (4) Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari masuknya PKDR ke dalam struktur penanggulangan bencana di daerah antara lain : terjalinnya komunikasi timbal balik sehingga dapat saling membantu jika diperlukan, kerjasama dalam latihan maupun pelaksanaan penanggulangan serta saling melengkapi fasilitas dan peralatan yang dimiliki. Sebagai perwujudan dari struktur tersebut maka PKDR BATAN Yogyakarta ikut berpartisipasi aktif dalam penanggulangan bencana alam di DIY yang mencakup penanganan korban gunung Merapi maupun gempa bumi besar yang melanda DIY dan Jawa Tengah tanggal 27 Mei 2006. 2. Organisasi Tingkat Nasional Dalam sistem kesiapsiagaan nuklir nasional, organisasi penanggulangan keadaan darurat radiasi dimasukkan ke dalam struktur BAKORNAS Penanggulangan 376

Bencana dan Pengungsi yang dipimpin oleh Wakil Presiden. Adapun struktur organisasi selengkapnya disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Organisasi Kesiagsiagaan Nuklir Nasional III. PENANGANAN SELURUH FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA Seperti telah kita ketahui bersama bahwa pada tanggal 27 Mei 2006, pukul 05.54 Wib yang lalu DIY dan sekitarnya telah dilanda gempa bumi besar yang berkekuatan 5,9 skala Richter. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi (BMG) Yogyakarta, sumber gempa berada pada 8,007º LS dan 110,286º BT. Sumber gempa berasal dari patahan Kali Opak ( atau sering disebut patahan Imogiri) yang masuk dalam kategori capable fault yang menjadi aktif akibat Gempa Sumatera 2004. Sehubungan dengan kejadian tersebut, maka PTAPB melakukan beberapa tindakan sebelum menyatakan bahwa seluruh fasilitas PTAPB aman dan tidak berdampak negatif terhadap pengoperasian fasilitas selanjutnya. Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan penanggulangan pasca gempa, tindakan mitigasi dan pelaporan hasil analisis keselamatan radiologi. 377

1. Tindakan penanggulangan : Gempa terjadi pada hari libur kantor, sehingga penanggulangan yang dapat segera dilalukan adalah pengecekan gedung secara global dan pencegahan masuk bagi yang tidak berkepentingan ke fasilitas PTAPB oleh Kepala PTAPB, Kabid Reaktor didampingi oleh Satuan Pengaman dan beberapa pejabat di PTAPB. Penanggulangan pasca gempa selanjutnya di laksanakan hari senin. Tindakan penanggulangan dimulai dengan melarang karyawan untuk tidak memasuki semua fasilitas di PTAPB sampai dengan adanya pernyataan dari Kepala Pusat bahwa seluruh gedung aman untuk dimasuki. Kepala Pusat didampingi oleh Kepala Bidang K2 selaku Koordinator Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PPKDR) dan Ketua Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan (P2K3) melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik gedung di seluruh fasilitas PTAPB. Setelah dievaluasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa gedung cukup layak untuk ditempati atau digunakan, maka Kepala PTAPB melalui Koordinator Pelaksana menginstruksikan ke seluruh karyawan untuk memasuki ruang kerja masing masing, kecuali daerah daerah yang dinyatakan sebagai daerah radiasi oleh PPR. Selanjutnya, Koordinator Pelaksana menginstruksikan seluruh jajaran PPR di PTAPB untuk melakukan pemantauan radiasi di seluruh fasilitas dan melaporkan hasil pemantauan kepada Koordinator Pelaksana. Hasil inspeksi fisik diperoleh kesimpulan bahwa dari seluruh gedung yang ada di PTAPB hanya gedung 14 (akselerator) yang masih dalam keadaan utuh atau tidak mengalami kerusakan atau retak retak. Ditemukan beberapa keretakan di dinding gedung reaktor, akan tetapi sistem struktur dan komponen teras reaktor secara fisik dalam kondisi utuh. Biological Shielding atau dinding tangki reaktor dalam kondisi utuh. Hasil pemantauan radiasi diperoleh bahwa, hasil pengukuran paparan radiasi di seluruh fasilitas menunjukkan tidak ada peningkatan paparan radiasi, akan tetapi beberapa laboratorium yang memanfaatkan zat radioaktif terbuka mengalami kontaminasi karena tumpahnya cairan dari alat alat gelas. Sehingga beberapa daerah/laboratorium dinyatakan tertutup untuk sementara oleh PPR. 2. Tindakan Mitigasi 378

Sebagai tindakan mitigasi, untuk kondisi gedung khususnya gedung reaktor, bersama dengan instansi terkait, dilakukan investigasi dengan hasil, sebagian dinding bata mengalami keretakan, terjadi spalling (lepasnya selimut beton) di dasar 3 buah kolom (gambar 3), terjadi retak pada pelat lantai dasar dan terjadi retak dan spalling pada ujung ujung jembatan (bridge). Sebagai tindak lanjutnya telah dilakukan uji tak merusak terhadap beberapa kolom tersebut oleh PATIR BATAN (11 12 Juli 2006). Selain itu, PPR melakukan pengukuran tingkat kontaminasi, dan melakukan koordinasi dengan pekerja radiasi setempat untuk melakukan dekontaminasi dan pembersihan laboratorium dari pecahan pecahan atau barang barang yang tidak dipergunakan. Khusus untuk gedung reaktor pengukuran tingkat paparan radiasi, tingkat kontaminasi permukaan, tingkat radioaktivitas air tangki, air penyimpan bahan bakar bekas (Bulk shielding) dan tingkat radioaktivitas udara juga dilakukan untuk meyakinkan tidak adanya lepasan zat radioaktif dari reaktor ke ruang di gedung reaktor. 37 9

Gambar 3. Letak Lokasi keretakan dan spalling di gedung reaktor Kartini 38 0

3. Analisis Keselamatan Radiologi Dari pemantauan radiasi di seluruh fasilitas, PPR melaporkan tindakan pengukuran dan dekontaminasi yang telah dilakukan ke Koordinator Pelaksana. Selanjutnya Koordinator Pelaksana melaporkan ke Kepala Pusat semua tindakan dan hasil yang telah dilakukan. Melalui koordinasi bersama dengan Koordinator Pelaksana dan Ketua P2K3 akhirnya menyatakan bahwa seluruh fasilitas di PTAPB dinyatakan tidak ada peningkatan baik tingkat paparan radiasi maupun tingkat kontaminasi. Selanjutnya Koordinator Pelaksana diminta untuk mengumumkan bahwa seluruh daerah radiasi dapat difungsikan seperti semula (sebelum terjadi gempa). Investigasi kelayakan teras reaktor dan sistem pendukungnya dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhitung keselamatan radiologinya IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana gempa bumi, khususnya di fasilitas PTAPB, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari sistem kesiapsiagaan nuklir pada umumnya, antara lain : 1. Sistim koordinasi penanggulangan keadaan darurat telah diimplementasikan dalam penanggulangan pasca gempa. 2. Dari hasil pemeriksaan tidak ada perubahan yang cukup berarti, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan radiologi. 3. Dari beberapa kerusakan gedung yang terjadi, tidak ditemukan bahwa kerusakan tersebut berdampak langsung terhadap keselamatan (misal, berkurangnya sistim pengungkung). 4. Keretakan keretakan yang terjadi pada dinding bata akan segera diperbaiki, keretakan struktur beton, akan diperbaiki lebih lanjut dengan mengacu pada hasil uji tak merusak (NDT). Penanggulangan pasca gempa fasilitas radiasi di PTAPB menjadi pengalaman berharga bagi Organisasi Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi PTAPB. 381

DAFTAR ACUAN 1. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka BAPETEN/V 99 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion 3. Program Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi di PTAPB revisi 3, 2006. 4. Keputusan Gubernur DIY. No. 151 Tahun 2004 38 2