Oleh : Maizir. Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ANALISIS PENGENDALIAN BANJIR BATANG KAPAU DI KOTA PARIAMAN

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

JENIS DAN RAGAM KERUSAKAN SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BANDAR LAWEH KABUPATEN SOLOK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERANAN KONSTRUKSI PELINDUNG TEBING DAN DASAR SUNGAI PADA PERBAIKAN ALUR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air

Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

Pengendalian Banjir Sungai

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

GENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

KAJIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) UNTUK NORMALISASI SUNGAI MENDOL KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEPERLUAN IRIGASI DI DAERAH BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob.

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

Transkripsi:

ANALISIS REVETMENT SEBAGAI PERLINDUNGAN TEBING SUNGAI DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR (STUDI KASUS PADA SUNGAI BATANG MANGOR DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN) Oleh : Maizir Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak Kerusakan tebing sungai Batang Mangor dan degradasi dasar sungai yang terjadi sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan dan cenderung meningkat, yang pada waktu mendatang dapat memporak porandakan desa yang dilaluinya. Jadi perlu dicarikan solusi penanggulangan, khusus untuk sungainya berbelok-belok. Tujuannya adalah untuk pengamanan dan pembebasan desa-desa dan pemukiman penduduk dari terjangan banjir sungai dengan membuat perencaanan teknis pengaturan sungai yang mengalami kerusakan akibat banjir. Ditetapkan kemiringan memanjang rencana mendekati kemiringan rata-rata sungai di sekitar lokasi, yaitu dengan kemiringan sebesar 0.0026457. Solusi teknis yang diusulkan antara lain berupa normalisasi penampang sungai dan peninggian tanggul. Selanjutnya sisi tanggul diperkuat dengan revetment dari pasangan batu kali atau bronjong, terutama pada tikungan luar sungai. Tanggul pengaman banjir dianjurkan mengikuti alur alami sungai. Bahan tanggul direncanakan dari timbunan tanah. Kata kunci : banjir, degradasi, revetment. Pendahuluan. Umum Sungai Batang Mangor hulunya berada di kabupaten Padang Pariaman dan hilirnya mengalir melalui kota Pariaman, adalah sungai dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi topografi bagian hulu sungai berbukit dengan kemiringan sungainya cukup tajam dan bagian hilir merupakan dataran dengan kemiringan sungai yang landai. Sungai Batang Mangor ini mempunyai dinamika geohidrolika dengan potensi daya rusak air yang cukup tinggi, khususnya pada bagian sungaisungai rawan terhadap longsoran tebing-tebing sungai dan degradasi dasar sungai. Hal ini disebabkan karena sungainya banyak berbelok-belok dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika tidak segera ditanggulangi dengan baik. Normalisasi penampang dan pelurusan trase sulit dilaksanakan di lapangan, hal ini disebabkan karena topografi lapangan yang berbukit-bukit, dan masalah kepemilikan tanah di kedua sisi sungai. Salah satu indikasi kerusakan sungai dapat dilihat dari perbandingan Qmax (biasanya musim hujan) dan Qmin (musim kemarau). Semakin besar rasio Qmax dan Qmin suatu sungai semakin rusak DAS nya (Kodoati, Robert. J ; Syarif, Roestam, 200). Kerusakan tebing sungai Batang Mangor dan degradasi dasar sungai yang terjadi sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan dan cenderung meningkat, yang pada waktu mendatang dapat memporakporandakan desa yang dilaluinya. Menurut penduduk yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai, pada bagian tertentu sungai telah menggerus kebun kelapa mereka dan saat ini juga telah menghanyutkan sebagian rumah-rumah penduduk. Banjir yang selalu merusak pemukiman penduduk dan menghanyutkan harta bendanya perlu segera ditanggulangi. 2. Karakteristik dan Deskripsi Sungai Batang Mangor Morpologi sungai sangat dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah pengaliran dan kemiringannya (Sosrodarsono, Suyono : Tominaga, Masateru, 985). Sungai-sungai di bagian barat pengunungan Bukit Barisan umumnya pendek-pendek, tetapi kemiringannya curam, karena alirannya melalui dataran yang sempit dan bermuara di Samudera Indonesia. Sungai yang mengalir ke bagian timur

pengunungan Bukit Barisan umumnya panjang-panjang, karena sungai mengalir melalui wilayah dataran yang luas di bagian timur, dan bermuara di pantai timur pulau Sumatera. Kemiringan sungai bagian hulu tergolong curam. Dibagian hilir sungai mengalir di daerah dataran dengan kemiringan memanjang yang landai dan selanjutnya bermuara di Samudera Indonesia. Penyebaran anak-anak sungai dalam suatu daerah pengaliran ditentukan terutama oleh panjang sungai dan bentuk topografi daerah tangkapannya. Ada anak sungai yang mengalir sejajar dengan induknya dan bertemu setelah mendekati muara (tipe sejajar). Selain itu ada pula sungai yang anakanak sungainya mengalir menuju suatu titik pusat (tipe kipas). Ada juga sungai yang mempunyai beberapa anak sungai yang mengalir ke sungai utama di kedua sisinya pada jarak jarak tertentu seperti cabang pohon (tipe bercabang). (Sosrodarsono, Suyono : Tominaga, Masateru, 985). Sungai pada umumnya merupakan perpaduan dari ketiga tipe tersebut. Banyaknya anak-anak sungai dalam suatu DAS ditentukan dengan index kerapatan sungai yang dikemukakan oleh Neumann. Kerapatan sungai adalah suatu indek yang menunjukkan banyaknya anak sungai dalam suatu daerah pengaliran. Kerapatan sungai Total panjang sungai utama dan anak - anaknya Luas daerah pengaliran Harganya berkisar antara 0,30 sampai 0,50 dan dianggap sebagai indek yang menunjukkan keadaan topografi dan geologi dalam daerah pengaliran. (Sosrodarsono, Suyono : Takeda, Kensaku, 980). Kemiringan rata-rata Sungai Batang Mangor bagian hulu sebesar 0,023, di bagian tengah sebesar 0,04 dan bagian hilir sebesar 0,0052. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat ditentukan berdasarkan koeffisien corak suatu DAS yang memperlihatkan perbandingan antara luas daerah pengaliran dengan panjang sungainya. (Sosrodarsono, Suyono : Takeda, Kensaku, 980). Dari karakteristik Sungai Batang Mangor (Tabel ), DAS Sungai Batang Mangor mempunyai tingkat kerapatan sungai yang sedang. Tabel. Karakteristik DAS Sungai Batang Mangor Nama Sungai Status Sungai Luas Panjang Kemiringan Memanjang Rerata Koef. Keliling DAS Sungai Hulu Tengah Hilir Rerata Corak (km2) (km) (km) - - - - - Batang Mangor Sungai Utama 35,8 4,60 27,30 0,023 0,04 0,0052 0,0040 0,76 Curah hujan tahunan di daerah hulu DAS adalah 4440 mm, di bagian hilir DAS sebesar 3538 mm, dengan rata-rata curah hujan bulanannya adalah 370 mm. Sedangkan curah hujan maksimum yang paling tingi yang pernah tercatat adalah sebesar 34 mm. Debit Banjir Rencana hasil analisis data hujan dengan metode Melchior Iway dan metode Rational Gumbel, yaitu sebesar 220,50 m 3 /detik. Berdasarkan hasil survey lapangan, elevasi muka air banjir tertinggi yang dapat dilihat pada profil B mencapai elevasi 3.00 m dari dasar sungai. Kurva hitungan debit banjir pada elevasi tersebut mencapai debit sebesar 200 m 3 /detik. 2

h ( m ) 4.50 4.00 3.00 2.50 2.00.50.00 0.50 0.00 0 500 000 500 2000 Q ( m3/dt ) Gambar. Kurva debit Sungai Batang Mangor 3. Metode Pengendalian Banjir Secara Teknis Secara teknis pengendalian banjir guna mengatasi kerusakan badan sungai Batang Mangor dapat dilakukan dengan melaksanakan normalisasi geometri sungai. Normalisasi geometri sungai adalah kegiatan memodifikasi geometri sungai yang ada, sehingga dapat melewatkan banjir rencana sesuai kapasitasnya. Normalisasi geometri sungai yang dapat dilakukan di antaranya, dengan perkuatan tebing sungai (revetment), memperbesar penampang sungai, pembuatan dan peninggian tanggul, pelurusan sungai, dan pengerukan sedimen. Bentuk pengendalian banjir tersebut di atas, disamping masalah teknis juga terdapat konsekuensi yang harus menjadi perhatian, antara lain, ketersediaan lahan untuk pelebaran sungai, ketersediaan bahan material bangunan dan sumber quarry, serta ketersediaan lahan untuk pembuatan tanggul Aliran sungai yang melewati tikungan selalu mengalami kerusakan dalam bentuk penggerusan / erosi dan pengendapan. Gerusan yang cukup besar umumnya terjadi pada tikungan sungai sebelah luar, yaitu pada dasar dan dinding sungai, bahkan dapat menyebabkan longsornya tebing sisi luar tikungan sungai dan pada sisi dalam tikungan biasanya terjadi pengendapan. Pada sungai yang dindingnya dari pasangan batu dengan dasar sungai tanah, gerusan akan terjadi pada dasar sungai. (Maizir, 205). 3.. Konsep Pengendalian Banjir Jangka Pendek a. Anjuran kepada masyarakat untuk menanam pohon yang dapat menahan gerusan tebing sungai terutama pohon berdaun lebar yang mempunyai akar tunggang (seperti Mahoni, Meranti dan lain-lain) di batas bantaran sungai. b. Pembuatan konstruksi revetment di sisi sungai yang mengalami gerusan guna melindungi tebing sungai, terutama yang berdekatan dengan permukiman penduduk atau fasilitas umum seperti jalan, tempat ibadah dan lain-lain. c. Pembuatan groundsill Adanya penambangan galian C di sungai yang tidak terkendali menyebabkan ketidak seimbangan pasokan sedimen secara alamiah dari hulu ke hilir. Penurunan dasar sungai sebagai akibat dari penambangan bahan galian C (kerikil, pasir dan batu) dari sungai tersebut ditanggulangi dengan membuat groundsill untuk mengurangi laju degradasi dasar sungai yang terjadi. 3.2. Konsep Pengendalian Banjir Jangka Panjang Alternatif penanggulangan banjir pada program jangka panjang yang diusulkan adalah melalui konservasi sumber daya alam termasuk konservasi tanah dan konservasi air serta pengembangan sumber daya alam secara menyeluruh. a. Memperbesar kapasitas sungai dan perawatan rutin di daerah rawan banjir. Kapasitas sungai yang berkurang akibat penumpukan sedimen di bagian di dasar sungai ditanggulangi dengan pengerukan secara berkala. b. Mengendalikan volume sedimen yang dibawa aliran sungai. 3

Diperlukan bangunan pengendalian sedimen di bagian hulu sungai dengan membuat kantong-kantong penampungan sedimen. c. Program reboisasi dan pembangunan kehutanan sehingga banjir yang sering terjadi di bagian hilir dapat diminimalisir pengaruhnya. 4. Desain Teknis Pengendalian Banjir Sungai Batang Mangor 4.. Pengendalian Banjir Berupa Struktur Bangunan Upaya mengatasi masalah banjir terhadap pisik sungai antara lain : a. Pengaturan dan perbaikan alur sungai b. Perluasan penampang sungai antara lain dengan pengerukan dasar sungai, pemindahan batuan (boulder) di tengah sungai ke pinggir sungai, memecah batuan boulder yang tidak bisa disingkirkan. c. Normalisasi dan sudetan untuk pelurusan trase sungai. d. Menanam tumbuhan baik di kawasan DAS maupun di bantaran sungai Upaya pembangunan pisik pengendalian banjir diantaranya seperti uraian berikut : a. Pembuatan tanggul untuk mencegah meluapnya banjir sampai tingkat tertentu. b. Pemotongan alur sungai (sudetan) sebagai solusi meandering c. Strekdam ditempatkan di tikungan sungai sebelah luar, beserta tembok penahan dan rip rap pada pelindung kakinya. d. Groundsill (Cekdam), dibuat melintang sungai guna pengendalian erosi dasar sungai Bangunan-bangunan tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko banjir yang umum ditemui pada proyek pengendalian banjir di Indonesia. Pembuatan tanggul merupakan solusi yang paling umum dan juga merupakan bangunan pengendali banjir yang paling ekonomis. Tanggul cocok digunakan di sepanjang sungai di daerah genangan banjir yang mengalami kerusakan akibat banjir sangat parah. Pengaturan sungai dan perbaikan alur sering kali dikombinasikan dengan pembuatan tanggul, terutama pada lokasi dimana terjadi penyempitan alur. 4.2. Perbaikan Alur Sungai Pengaturan sungai dan perbaikan alur adalah metode umum untuk menurunkan tinggi muka air banjir pada lokasi sungai dengan cara mereduksi panjang sungai, kekasaran atau elevasi dasar sungai. Pengaturan sungai dan perbaikan alur meliputi cut off, pengerukan, pengaturan alinemen sungai. Debit rencana untuk solusi ini berkisar dari debit dominan (bankfull) untuk cut off sampai debit rencana untuk pengendalian erosi pada jenis tertentu dari pengaturan sungai dan perbaikan alur. Perencanaan fasilitas-fasilitas ini harus memasukkan pertimbangan - pertimbangan ahli teknik sungai sebagai berikut : a. Menentukan kendala geologi yang terdapat di sepanjang sungai dan trase rencana yang diusulkan. b. Identifikasi bahan-bahan alami di dalam saluran yang akan digali. c. Mencari dimensi yang stabil untuk saluran baru berdasarkan pada hubungan bentukan sungai. d. Memperkirakan respon jangka pendek dan jangka panjang dari alur sungai akibat solusi perbaikan alur. e. Menentukan kebutuhan usaha pengendalian untuk mereduksi dampak dari perubahan bentuk alur sungai. 5. Tanggul dan Tembok Penahan Banjir Tanggul dan tembok banjir adalah bangunan memanjang yang dibangun kira-kira sejajar dengan bantaran minimum. Batas bantaran akan ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut ini : a. Potensi gerakan alami dari alur sungai b. Kapasitas banjir yang diperlukan c. Dampak yang terjadi pada pengembangan lahan 4

Tanggul akan diletakkan disisi alur perbaikan sungai. Analisis hidrolika dilakukan untuk mengetahui dimensi hidrolis sungai, yang didapat berdasarkan evaluasi kondisi lapangan dan pendekatan simulasi banjir yang dilakukan. 5.. Pertimbangan Pemilihan Jenis Konstruksi Mengingat solusi teknis yang diusulkan berupa pengamanan tebing, baik berupa tanggul, strikedam ataupun revetment, maka syarat yang harus dipenuhi antara lain : a. Debit banjir yang digunakan adalah debit banjir rancangan Q 50. b. Konstruksi tanggul harus mampu menahan gaya hidrolik air dan gerusan dasar sungai pada debit banjir rencana. c. Konstruksi tanggul harus aman terhadap perubahan bentuk sungai yang disebabkan oleh perpindahan alur sungai untuk 25 tahunan. d. Angka keamanan stabilitas konstruksi pada debit banjir rencana >,25 e. Lapisan filter yang memadai harus dipasang dibawah pelindung tebing. f. Kemiringan pelindung tebing harus didesain untuk meminimalkan kerusakan akibat ulah manusia 5.2. Desain Pengendalian Banjir Sungai Batang Mangor 5.2.. Desain Alignment Sungai Konsep terbaru dalam pengendalian sungai adalah dengan tidak banyak mengganggu keseimbangan bentuk kemiringan yang telah ada. Hal tersebut karena sungai bersifat dinamis, terlebih sungai yang berada di daerah alluvial, alur sungai senantiasa berubah. Desain kemiringan Sungai Batang Mangor pada umumnya tidak merubah kemiringan yang telah ada. Perbaikan kemiringan memanjang sungai menjadi kemiringan rata-rata akan menyebabkab banyaknya pekerjaan galian, karena di sekitar lokasi pekerjaan terdapat endapan sediment yang cukup besar, yang menyebabkan terjadinya limpahan banjir keluar alur sungai. Perbaikan kemiringan memanjang sungai di lokasi studi ini akan menjadi sasaran utama dari kegiatan normalisasi aliran Sungai Batang Mangor. Berdasarkan gambar potongan memanjang hasil pengukuran, ditetapkan kemiringan memanjang rencana mendekati kemiringan rata-rata sungai di sekitar lokasi, yaitu dengan kemiringan (I) sebesar 0.0026457. 5.2.2. Desain Tanggul Pengaman Solusi teknis yang diusulkan antara lain berupa perbaikan tanggul dan revetment dari pasangan batu kali atau bronjong. Tanggul pengaman banjir didesain mengikuti alur alami sungai. Bahan tanggul direncanakan dari timbunan tanah. Bahan yang dipilih adalah bahan yang tersedia di sekitar lokasi. Elevasi tanggul sungai direncanakan dengan debit banjir 25 tahun, dan tanggul banjir direncanakan dengan debit banjir 50 tahun. Untuk bahan timbunan tanggul direncanakan dari tanah bukit yang berada lebih kurang 500 m dari lokasi kegiatan. Sangat tidak dianjurkan menggunakan material koral atau sirtu yang ada dalam palung sungai. Tanggul Banjir h2 M A B h B = 90.00 m Gambar 2. Penampang Sungai. 5.2.3. Desain Revetment Pasangan Batukali Perencanaan revetment pasangan batu kali dibuat sepanjang tanggul sungai baru. Standar layout dan penampang memanjang solusi sungai di ruas sungai yang dinormalisir dan tipe konstruksi desain seperti pada Gambar 3. 5

+93.28 M A B Pemasangan revetment pasangan batu kali dilakukan karena bahan material untuk tanggul penutup sungai yang ada di sekitar lokasi umumnya berbutir lepas sampai kepasiran dengan porositas kelulusan yang besar, sehingga tanggul menjadi sangat rentan terhadap kelongsoran akibat rembesan. Karena kemiringan memanjang sungai dinormalisir kembali, maka kedalaman pondasi revetment dibuat,00 m di bawah dasar sungai rencana. 90.00 Gambar 3. Standar Penampang Sungai Rencana 0.70 0.60 0.75 M A B.00 0.60 0.35 +93.28 0.30 0.5 0.60 0.80 Gambar 4. Standar Penampang tanggul banjir Daftar Pustaka B. Prezdwojski, R. Blazejewski and KW Pilarczyk. 995. River Training Techniques, Fundamentals, Design and Applications. Direktorat Jenderal Pengairan and Departernen Pekerjaan Umum. 966. Pedoman Pengendalian Banjir Volume I, II dan III. Maizir. 205. Studi Fenomena Gerusan Akibat Aliran Di Tikungan Sungai. Jurnal FTSP. Robert. J. And Kodoatie. 203. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Sosrodarsono, Suyono, Takeda and Kensaku. 980. Hidrologi Untuk Pengairan. Sosrodarsono, Suyono, Tominaga and Masateru. 985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Ukiman, Sriyana and Kodoatie, RY. 2006. Studi Konfigurasi Dasar Saluran Di Tikungan 90 0. 6