KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1603 K/40/MEM/2003 TENTANG PEDOMAN PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

BAGAN ALIR WIUP MINERAL BUKAN LOGAM & BATUAN (Badan usaha/koperasi/perseorangan) Permohonan ditujukan kepada Gubernur NTB

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DEPARTEMEN ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor :... Tanggal :...

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERTAMBANGAN UMUM

(KOPS SURAT PERUSAHAAN)

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1187 K/30/MEM/2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN SELAKU KETUA TIM PENGENDALI DAN PENGAWAS PENGUSAHAAN PASIR LAUT

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL DAN BATUBARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 150 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT.SINAR INDAH PERSADA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 59 SERI E

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 112 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. JENTERA ADIKA MANYARI

MENTERI EN ERG I DAN SUM,BER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 3367 K/30/MEM/2013 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Peraturan...

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH ACEH BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

PERATURAW MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 005 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN SURVEI PENDAHULLJAN PANAS BUM1

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 3323 K/30/MEM/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 148 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. MEGAPURA KAWASAN GOLD

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : K/20/M.PE/1994 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 151 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. SINAR INDAH PERSADA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2052 K/40/MEM/2001 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. ANDALAN BIDURISAKTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 30/MEN/2004 TENTANG PEMASANGAN DAN PEMANFAATAN RUMPON

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 2 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

-2- Batubara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH MUARA ENIM NOMOR 30 TAHUN 2001 TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL, BATUBARA DAN BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 24

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 25 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

DIY. 3. Dinas 1) 2) 3) 4) B. Permohonan 1)

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1603 K/40/MEM/2003 TENTANG PEDOMAN PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom perlu menetapkan standar, norma, kriteria, prosedur dan pedoman penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pertambangan umum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk menghindari tumpang tindih wilayah pertambangan, perlu menetapkan Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan dengan suatu Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 (LN Tahun 1967 Nomor 22, TLN Nomor 2831); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (LN Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 (LN Tahun 2000 Nomor 20, TLN Nomor 3934); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 (LN Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 (LN Tahun 2001 Nomor 141, TLN Nomor 4154); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 (LN Tahun 2003 Nomor 96, TLN Nomor 4314); 7. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 134.K/201/MPE/1996 tanggal 20 Maret 1996; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PEDOMAN PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :

a. Pencadangan Wilayah Pertambangan adalah proses permohonan dan pelayanan untuk mendapatkan wilayah pertambangan dalam rangka permohonan Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD), dan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR). b. Wilayah Pertambangan adalah wilayah usaha pertambangan yang ditetapkan dalam bentuk KP, KK, PKP2B, SIPD dan SIPR. c. Peta Dasar Wilayah Pertambangan adalah Peta Dasar sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 yang dilengkapi dengan informasi mengenai batas-batas wilayah pertambangan. d. Peta Wilayah Pertambangan adalah peta yang memuat data dan informasi batas-batas suatu wilayah pertambangan yang digunakan sebagai lampiran KP, KK, PKP2B, SIPD dan SIPR. BAB II PRINSIP DASAR PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN Pasal 2 (1) Penyelenggaraan pelayanan pencadangan wilayah pertambangan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan yang terintegrasi secara Nasional. (2) Sistem Informasi Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksudkan untuk penyeragaman mengenai : a. sistem koordinat; b. Peta Dasar Wilayah Pertambangan; c. Peta Wilayah Pertambangan; d. tatacara Pencadangan Wilayah. BAB III SISTEM INFORMASI WILAYAH PERTAMBANGAN (SIWP) Pasal 3 (1) SIWP merupakan suatu sistem database Wilayah Pertambangan yang memuat informasi seluruh wilayah pertambangan, wilayah eks Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP), KP, KK, PKP2B, SIPD dan SIPR, status wilayah dan gambaran umum situasi daerah. (2) SIWP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan menerapkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang bersifat universal. (3) Format data yang dipergunakan pada SIWP, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini. Pasal 4

(1) Peta Dasar Wilayah Pertambangan digunakan sebagai dasar bagi pengujian dan pemetaan wilayah usaha pertambangan umum. (2) Peta Dasar Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan peta digital SIWP yang berpedoman pada peta Rupabumi/Topografi dan sistem penomoran lembar peta secara nasional dengan skala yang memadai. Pasal 5 (1) Wilayah Pertambangan wajib dibatasi oleh garis yang sejajar dengan garis-garis lintang dan garis-garis bujur dengan kelipatan sepersepuluh detik (0,1 ) serta menggunakan sistem koordinat geografis. (2) Peta Wilayah Pertambangan wajib menggambarkan batas dan luas Wilayah Pertambangan, lokasi administratif, tanggal penerbitan peta, jenis perizinan/bentuk perjanjian, informasi status lahan serta dilampiri daftar koordinat batas wilayah. (3) Situasi daerah yang tertera dalam Peta Dasar Wilayah Pertambangan dan Peta Wilayah Pertambangan merupakan gambaran umum wilayah dan batas wilayah yang berlaku berdasarkan koordinat yang tertera dalam daftar koordinat. Pasal 6 (1) Sistem koordinat pemetaan Wilayah Pertambangan menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang mempunyai nilai parameter sama dengan parameter Ellipsoid World Geodetic System 1984 (EWGS84). (2) Perwujudan DGN-95 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) orde nol dan kerangka kerapatannya. BAB IV TATACARA PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN Pasal 7 (1) Permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan diajukan kepada Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. (2) Pelaksanaan pelayanan Pencadangan Wilayah Pertambangan wajib menerapkan sistem permohonan pertama yang telah memenuhi persyaratan, mendapat prioritas pertama untuk mendapatkan Wilayah Pertambangan (first come first served). Pasal 8 Setiap permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan KP, KK, PKP2B, SIPD, SIPR diajukan dengan menggunakan formulir permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini.

Pasal 9 (1) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memberikan tanda terima bukti permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan kepada pemohon dengan tembusan disampaikan kepada : a. Menteri apabila pencadangan wilayah yang dimohon terletak pada wilayah lintas provinsi dan wilayah laut di luar 12 mil laut; b. Gubernur apabila pencadangan wilayah yang dimohon terletak pada wilayah lintas Kabupaten/Kota dan wilayah laut di luar sepertiga dari batas laut daerah Provinsi; c. Bupati dan Walikota apabila pencadangan wilayah yang dimohon terletak pada wilayah Kabupaten/Kota dan wilayah laut sampai dengan sepertiga dari batas laut daerah Provinsi. (2) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota menyampaikan salinan tanda terima bukti permohonan pencadangan wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) melalui, e-mail, fax atau sarana lainnya, paling lambat 1 x 24 jam setelah tanda terima bukti permohonan pencadangan wilayah diberikan kepada pemohon. (3) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota yang menerima salinan tanda terima permohonan pencadangan wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja wajib memberikan tanggapan/pendapat atas permohonan tersebut. (4) Formulir tanda terima bukti penerimaan permohonan pencadangan wilayah pertambangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Keputusan Menteri ini. Pasal 10 (1) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya memproses permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berdasarkan hasil pengujian Wilayah Pertambangan yang dimohon. (2) Dalam hal terjadi tumpang tindih dalam pencadangan wilayah antara Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota, pemohon yang paling dulu diterima dan telah memenuhi persyaratan mempunyai hak prioritas untuk diproses/diakui keabsahannya berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2). Pasal 11 (1) Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 paling lama 15 (limabelas) hari kerja sejak diberikannya tanda terima bukti permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan dengan tembusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1). (2) Apabila permohonan pencadangan wilayah pertambangan disetujui oleh Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai

kewenangannya, maka kepada pemohon diberikan Peta Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (3) Formulir persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Keputusan Menteri ini. Pasal 12 (1) Pemohon yang telah memperoleh persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), wajib memenuhi persyaratan lain untuk mendapatkan KP atau KK atau PKP2B atau SIPD atau SIPR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila pemohon dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak disetujuinya Pencadangan Wilayah, pemohon tidak memenuhi persyaratan lain sebagaimana dimaksud ayat (1), maka Pencadangan Wilayah Pertambangan yang telah disetujui dinyatakan sebagai wilayah bebas dan terbuka untuk pemohon lain. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Desember 2003 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ttd Purnomo Yusgiantoro Tembusan : 1. Menteri Dalam Negeri 2. Sekretaris Jenderal Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral 3. Inspektur Jenderal Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral 4. Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral 5. Gubernur di seluruh Indonesia 6. Bupati di seluruh Indonesia 7. Walikota di seluruh Indonesia 8. Kepala Dinas Pertambangan Provinsi di seluruh Indonesia 9. Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : FORMAT DATA SISTEM INFORMASI WILAYAH PERTAMBANGAN No. Item data Keterangan 1 Kode Wilayah 2 Nama Perusahaan 3 Alamat Perusahaan 4 Bentuk Perusahaan 5 Jenis izin/kontrak KP/KK/PKP2B/SIPD * ) 6 Nomor Keputusan 7 Tanggal mulai berlaku 8 Tanggal berakhir 9 Tahap Kegiatan 10 Luas Wilayah 11 Jenis Bahan Galian 12 Lokasi Tambang Desa, Kecamatan 13 Kabupaten/Kota 14 Provinsi * ) Coret yang tidak perlu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro

LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : FORMULIR PERMOHONAN PENCADANGAN WILAYAH MINING AREA APPLICATION FORM Yang terhormat, Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota * )... di... Dengan ini mengajukan permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan dengan keterangan sebagai berikut : Nama Lengkap : Full Name Jabatan/Pekerjaan : Occupation Nama Perusahaan : Company Alamat Lengkap : Address No. Telp/Fax : Telephone/Fax Pencadangan Baru New Application Untuk Permohonan : Kuasa Pertambangan (KP) Application For Mining Authorization Kontrak Karya (KK) Contract of work Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Coal Contract of work Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Lokasi : Provinsi : Location Province Kabupaten : Regency Bahan Galian : Mineral Applied Lampiran Permohonan : 1. Peta Wilayah

2. Daftar Koordinat titik-titik Batas wilayah Demikian permohonan ini kami ajukan, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami ucapkan terima kasih. Pemohon Applicant (...) Tembusan: Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral/ Gubernur/Bupati/Walikota * )... Keterangan : 1. Diisi dengan huruf cetak 2. * ) coret yang tidak perlu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro

LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : TANDA TERIMA BUKTI PENERIMAAN PERMOHONAN PENCADANGAN WILAYAH Nama Perusahaan :...... Company Lokasi/(Provinsi/Kabupaten/Kota) :...... Location(Province/Region/Munipalcity) Diisi oleh Petugas :...... No Pendaftaran :...... Tanggal/Bulan/Tahun/Pendaftaran :...... Waktu Pelayanan :...... Lampiran Daftar Koordinat : Garis Bujur Longitude Garis Lintang Latitude Keterangan Notes No o BT/E O LU/LS Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro

LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : FORMULIR KEPUTUSAN MENTERI ATAU GUBERNUR ATAU BUPATI ATAU WALIKOTA * ) NOMOR : TENTANG PERSETUJUAN PENCADANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN MENTERI/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA, Membaca : Surat permohonan... Nomor... tanggal...; Menimbang : bahwa permohonan pencadangan wilayah pertambangan yang bersangkutan telah memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; Mengingat : 1. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor... tanggal... tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan; 2....dst; MEMUTUSKAN : Menetapkan : Pertama : Memberikan persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan untuk bahan galian... Kepada :...... Alamat :...... dalam rangka mendapatkan KP atau KK atau PKP2B atau SIPD atau SIPR * ) Daftar koordinat terlampir. KEDUA : Perusahaan harus segera memenuhi persyaratan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan dalam perizinan untuk mendapatkan KP atau KK atau PKP2B atau SIPD atau SIPR * ) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KETIGA : Pencadangan wilayah pertambangan yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama dinyatakan batal, apabila perusahaan tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua Keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di... pada tanggal... a.n. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota... * ) coret yang tidak perlu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro