The Effect Of Feeding Ration Containing Papaya (Carica papaya) Rind Meal On The Carcass Production And Component of New Zealand White

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI. Lokasi dan Waktu

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BUDIDAYA KELINCI MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN ABSTRAK

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

(1982), bahwa daun lamtoro mempunyai palatabilitas yang tinggi dan daya cerna yang tinggi. Daya cerna daun lamtoro sekitar 70% (NATIONAL ACADEMY PRESS

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

MATERI DAN METODE. Prosedur

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEPAYA TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA DARAH SAPI POTONG DI DESA KANDANG MUKTI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

SUBSTITUSI DEDAK PADI DENGAN DAGING BUAH KAKAO FERMENTASI DALAM RANSUM PELLET TERHADAP KUANTITAS KARKAS KELINCI REX JANTAN LEPAS SAPIH

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

Redempta Wea 1 dan Bernadete Barek Koten 1

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN LIMBAH HOTEL DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG DAN KOMPOSISI KARKAS BABI BALI

Teniu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ditunda sampai pada siklus pertumbuhan bulu berikutnya, sehingga akan menambah biaya pemelihara

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Materi

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (1): 28-35 ISSN 1410-5020 Pengaruh Pemberian Ransum Yang Mengandung Tepung Kulit Buah Pepaya (Carica papaya) Terhadap Produksi dan Komponen Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan The Effect Of Feeding Ration Containing Papaya (Carica papaya) Rind Meal On The Carcass Production And Component of New Zealand White Sauland Sinaga 1), Marsudin Silalahi 2), Rikas P 1) 1 Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran Bandung 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jln. Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1A Rajabasa, Bandar Lampung 35145 E-mail : bptp.lampung@telkom.net ABSTRACT The experiment studied The Effect of papaya rind meal in Carcass production dan Component of the New Zealand white Male Rabbit Cross. It was conducted from 14 th July to 7 th September 2008 at Panorama Jatinangor, Sumedang. The objective of this experiment was to find out the Effect of papaya rind meal in Carcas production dan Component of the New Zealand white Male Rabbit Cross. This experimentally method was done on 20 New Zealand White rabbits cross. The experimental design used Completely Random Design (CRD) with four threatments of (R0= without papaya rind meal, R1= 5, R2= 10, and R3= 15 percent for papaya rind meal), each threatments had five replications. Data collected were tested statistically by variance method. According to the experiment result, it is showed that papaya rind meal within ration up to 15% in feeding gave non significant result on carcass weight (712,40 gram,±64,06), meat percentage (58,53%±5,88), bone percentage (34,66% ±0,59) and fat percentage (10,31%±0,87) of rabbit and it can be used as an alternative protein source of feed stuff without had negative effect to carcass production and component. Keywords : Papaya Rind Meal, Rabbit, Carcass Production and Component. Diterima: 21-09-2011, disetujui: 30-12-2011

Sauland Sinaga, Marsudin Silalahi, Rikas P: Pengaruh Pemberian Ransum... PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat akan protein hewani salah satunya dari daging. Daging sudah dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna karena mengandung gizi yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin, selain itu, daging mempunyai rasa dan aroma yang enak sehingga disukai oleh hampir semua orang. Menurut Dwiyanto et al. (1984) kelinci merupakan salah satu jenis aneka ternak yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai penghasil daging. Kelinci mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dagingnya memiliki kandungan nutrisi yang berkualitas tinggi dengan kandungan lemak dan kolesterol yang rendah. Keunggulan lain dari ternak kelinci yaitu adanya pembesaran sekum yang berfungsi sebagai pseudoruminansia dan koprophagi yang secara efisien dapat mengubahnya menjadi daging. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh, meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu Faktor lingkungan adalah kualitas dan kuantitas pakan (Farrel, et al., 1984). Untuk mendapatkan kualitas pakan yang baik sering kali peternak mengeluarkan biaya yang tinggi. Oleh karena itu untuk meminimalkan biaya ransum dibutuhkan bahan pakan alternatif yang bersifat kontinue, mudah didapat, murah, bergizi tinggi dan, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Bahan pakan yang dimaksud diantaranya yaitu kulit buah pepaya. Tepung kulit buah pepaya mengandung kadar protein yang tinggi, yaitu 25,85% dan serat kasar yang cukup rendah, yaitu sebesar 12,51% (Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD, 2008). Penggunaan kulit buah pepaya sebagai bahan pakan ternak masih sangat terbatas, para peternak sapi di daerah Leles Garut hanya sedikit memanfaatkannya sebagai pakan hijauan. Padahal kulit buah pepaya memiliki potensi sebagai bahan pakan sumber protein nabati, sehingga dapat mengurangi penggunaan pakan sumber protein lainnya seperti bungkil kedelai dan lain-lain. Sampai saat ini berapa besar tingkat pemberian kulit buah pepaya sebagai bahan pakan ternak belum banyak diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang berapa besar tingkat pemberian kulit buah pepaya dalam bentuk tepung sebagai bahan pakan ternak dalam ransum yang dapat meningkatkan produktivitas ternak (Rukmana, 1995). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Tepung Kulit Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Produksi dan Komponen Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung kulit buah pepaya dalam ransum terhadap produksi dan komponen karkas pada kelinci peranakan New Zealand White jantan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kandang kelinci Komplek Panorama Jalan Raya Jatinangor Sumedang dari bulan Juli sampai September 2008. Digunakan 20 ekor kelinci peranakan New Zealand White jantan lepas sapih dengan bobot badan berkisar antara 600-800 gram dengan koefisien variasi 7,88%. Sistem kandang yang digunakan dalam penelitian adalah sistem kandang individu yang terbuat dari kawat dengan ukuran 40x25x30 cm. Kandang dilengkapi dengan tempat makan dan Volume 11, Nomor 2, Mei 2011 29

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan tempat minum. Pada bagian bawah kandang dilengkapi dengan tempat penampungan feses dan urine. Untuk memudahkan pengontrolan dan pengamatan, setiap kandang diberi nomor kelinci, nomor kandang, dan jenis perlakuan yang diberikan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian, yaitu: timbangan O-Hauss dengan kapasitas 2.610 gram dan timbangan Meganexus dengan kapasitas 310 gram. Ransum yang diberikan pada ternak percobaan berupa ransum tunggal dengan menambahkan kulit buah pepaya sebagai perlakuannya. Bahan ransum yang diberikan berupa ampas tahu segar, kulit buah pepaya mentah, serta hijauan. Semua bahan tersebut masing-masing dikeringkan dengan cara dijemur, kemudian setelah kering jemur digiling hingga menjadi tepung, lalu dicampur dan dibuat pellet. Kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan selama penelitian tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan Zat-Zat Makanan Ransum Protein Serat Lemak Abu Ca P DE Kasar Kasar Kasar...%... kkal/kg Rumput Lapang 9,17 23,58 1,95 8,19 0,50 0,27 2.301,66 Ampas Tahu 20,81 14,88 7,08 3,74 0,64 0,28 3.227,86 K. Buah Pepaya 25,85 18,52 8,87 8,52 2,39 0,88 2.418,96 Minyak Jagung*) - - - - - - 8.500,00 Sumber : Analisis Laboratorium NTRKMT Fapet UNPAD, 2008. *) Cheeke, 1987. Keterangan : DE = 4.253 32,6 (% SK) 144,4 (% Abu) (Rumus Fekete dan Gippert, 1986, dikutip oleh Cheeke,1987) Imbangan protein dan energi dalam ransum pada penelitian terdiri dari 17% protein dan energi yang dapat dicerna 2.900 kkal/kg. Kandungan gizi ransum penelitian disusun berdasarkan kebutuhan ternak kelinci periode pertumbuhan yaitu protein 15-17% dan energi 2.600-3.000 kkal/kg (Cheeke, 1987). Sebelum percobaan dilakukan masa penyesuaian untuk semua perlakuan selama satu minggu dengan maksud untuk menghilangkan pengaruh ransum terdahulu dan membiasakan dengan ransum percobaan. Ransum diberikan secara ad libitum dengan sistem pemberian dua kali sehari, yaitu pukul 08.00 dan 15.00 WIB. Pemberian air minum dilakukan ad libitum. Kelinci yang akan dipotong dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Sebelum dipotong, kelinci ditimbang bobot badannya. Pemotongan dilakukan dengan memotong vena jugularis sampai pembuluh darah, tenggorokan dan oesophagus terpotong serta pendarahannya sempurna, kemudian dilakukan pemotongan kepala, kaki (mulai dari tulang carpal ke bawah untuk kaki depan dan mulai dari tarsal ke bawah untuk kaki belakang) (Rao et al., 1978) Pengulitan kelinci dilakukan dengan cara menggantung kelinci dengan posisi terbalik, kedua kaki belakang disayat pada bagian tulang metatarsus setelah itu dilakukan dengan penyayatan bagian tengah perut tegak lurus dari atas ke bawah. Leher sampai bagian perut dikuliti dengan menggunakan jari kemudian kulit ditarik ke bawah sampai terlepas dari bagian tubuh kelinci. Peubah yang diamati yaitu: bobot karkas, komponen karkas, persentase daging karkas (%), persentase tulang karkas (%), persentase lemak karkas (%). Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1993). terdiri dari empat tingkat pemberian tepung kulit buah pepaya (R0= 0%, R1= 5%, R2= 10%, R3= 15%) yang masing-masing diulang sebanyak lima kali. 30 Volume 11, Nomor 2, Mei 2011

Sauland Sinaga, Marsudin Silalahi, Rikas P: Pengaruh Pemberian Ransum... HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh terhadap Bobot Karkas Bobot karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan setelah 8 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot karkas kelinci jantan jepas sapih dari masing-masing perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3...gram... 1 745,11 680,04 653,38 719,71 2 613,64 791,51 726,92 729,94 3 676,06 733,53 705,66 786,94 4 726,85 665,81 715,74 721,33 5 872,16 661,57 740,30 581,77 Jumlah 3633,82 3532,46 3542,01 3539,68 Rata-rata 726,76 706,49 708,40 707,94 Pada tabel 2 memperlihatkan bahwa rata-rata bobot karkas kelinci perlakuan berkisar antara 706,49 sampai 726,76 gram. Bobot karkas terendah dihasilkan oleh kelinci yang diberi ransum R1 dengan rata-rata 706,49 gram dan bobot karkas tertinggi pada kelinci yang diberi ransum R0 dengan rata-rata 726,76 gram. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15 persen dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas kelinci jantan lepas sapih. Besarnya bobot karkas salah satunya dipengaruhi oleh bobot potong. Pendapat Forest et al. (1975) mengemukakan semakin tinggi bobot potong akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula, dan pada gilirannya meningkatkan persentase karkas. Perbedaan bobot potong dapat terjadi oleh berbagai faktor diantaranya waktu pemotongan, bangsa, umur, jenis kelamin, dan pemberian ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Templeton (1968) dan De Blass et al. (1977) yang menyatakan bahwa bobot potong akan dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas dan kuantitas ransum. Kisaran rata-rata bobot karkas pada kelinci yang mendapat ransum tepung kulit buah pepaya adalah 706,49 708,40 gram atau sekitar 46,98 47,45% dari bobot potong, sesuai dengan penelitian Sitorus et al., (1982) yang menyatakan bahwa dari hasil pemotongan kelinci ras di Jawa Barat pada umur 3 sampai 5 bulan diperoleh persentase karkas sekitar 42 sampai 50 persen dari bobot hidupnya. Templeton (1968) menyatakan bahwa persentase karkas kelinci muda (fryer) adalah sebesar 50 sampai 59 persen dengan bagian yang dapat dikonsumsi sebesar 70 sampai 80 persen. Kelinci dewasa (roaster) menghasilkan persentase karkas sebesar 55-65% dengan bagian yang dapat dikonsumsi sebesar 87-90% Pengaruh Terhadap Persentase Daging Karkas. Persentase daging karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan setelah 8 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa rata-rata persentase daging karkas kelinci perlakuan berkisar antara 57,84-59,25%. Persentase daging karkas terendah dihasilkan oleh kelinci yang diberi ransum R2 dengan rata-rata 57,84% dan persentase daging yang tertinggi pada kelinci yang diberi ransum R3 dengan rata-rata 59,25%. Volume 11, Nomor 2, Mei 2011 31

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Tabel 3. Persentase daging karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3...%... 1 45,19 63,11 57,54 60,59 2 67,29 47,75 57,04 61,25 3 54,38 55,66 57,52 54,61 4 64,98 56,33 56,65 64,54 5 62,19 68,22 60,45 55,28 Jumlah 294,03 291,07 289,20 296,27 Rata-rata 58,81 58,21 57,84 59,25 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15%, tidak mempengaruhi persentase daging karkas kelinci jantan lepas sapih. Hal ini diduga akibat kualitas ransum. Karena kandungan protein yang diberikan pada tiap perlakuan relatif sama sehingga pertumbuhan yang dihasilkan pun relatif sama pula, akibatnya persentase urat daging yang dihasilkan tidak berbeda. Soeparno (1994) menyatakan bahwa protein ransum dapat dipergunakan untuk produksi daging. Pemberian kualitas ransum yang relatif sama pada setiap perlakuan akan menghasilkan persentase daging karkas yang tidak jauh berbeda dari masingmasing perlakuan. Pengaruh terhadap Persentase Tulang Karkas Persentase tulang karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan setelah 8 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata persentase tulang karkas kelinci perlakuan berkisar antara 34,03-35,43%. Persentase tulang karkas terendah dihasilkan oleh kelinci yang diberi ransum R2 dengan rata-rata 34,03% dan persentase lang yang tertinggi dihasilkan oleh kelinci yang diberi ransum R3 dengan rata-rata 35,43% Tabel 4. Persentase tulang karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3...%... 1 43,96 29,42 32,38 25,73 2 29,39 31,72 32,31 30,29 3 38,74 43,20 31,05 46,77 4 32,57 33,29 34,36 39,89 5 29,00 34,55 40,06 34,45 Jumlah 173,66 172,18 170,16 177,13 Rata-rata 34,73 34,44 34,03 35,43 Hasil uji statistik menujukkan bahwa dengan memberikan tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15 persen, tidak mempengaruhi persentase tulang karkas jantan lepas sapih. Hal ini dikarenakan oleh kualitas ransum, misalnya mineral yang diberikan dalam tiap perlakuan relatif sama. Lebih lanjut Shafie et al., (1981) menyatakan bahwa persentase bobot tulang menurun karena meningkatnya bobot potong. Pemberian tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15 persen 32 Volume 11, Nomor 2, Mei 2011

Sauland Sinaga, Marsudin Silalahi, Rikas P: Pengaruh Pemberian Ransum... dalam ransum ternyata tidak mempengaruhi pada persentase tulang karkas. Hal ini dikarenakan kelinci telah mendekati dewasa kelamin sehingga pertumbuhan tulang menjadi lambat, sejalan dengan pendapat Manshur, (2006) yang dikutip Martini (1998) bahwa meningkatnya bobot karkas dapat meningkatkan persentase bobot daging dan lemak, tetapi menurunkan persentase bobot tulang. Pengaruh terhadap Persentase Lemak Karkas Persentase lemak karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan setelah 8 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa rata-rata persentase lemak karkas kelinci perlakuan berkisar antara 9,52 sampai 11,53 persen. Persentase lemak karkas terendah dihasilkan oleh kelinci yang diberi ransum R2 dengan rata-rata 9,52 persen dan persentase lemak tertinggi pada kelinci yang diberi ransum R3 dengan rata-rata 11,53 persen. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dengan pemberian tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15 persen, tidak mempengaruhi persentase lemak karkas jantan lepas sapih. Tabel 5. Persentase lemak karkas kelinci jantan lepas sapih dari masing-masing perlakuan Ulangan R0 R1 R2 R3...%... 1 11,71 12,82 8,00 7,76 2 9,28 10,21 10,41 13,91 3 5,20 9,09 11,31 15,43 4 10,64 8,77 8,47 15,46 5 14,55 8,79 9,39 5,08 Jumlah 51,38 49,68 47,58 57,64 Rata-rata 10,28 9,94 9,52 11,53 Hal ini dikarenakan kelinci belum menghasilkan perlemakan yang optimal, karena kelinci masih dalam masa pertumbuhan, sehingga pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pembentukkan daging. Variasi kadar lemak dipengaruhi oleh makanan, umur, bangsa, jenis kelamin dan bobot badan (Sanford, 1979). Dengan protein dan energi ransum yang relatif sama dari masing-masing perlakuan, diduga menjadi faktor yang menyebabkan persentase lemak karkas tiap perlakuan sama. Lemak merupakan komponen karkas yang perkembangannya lambat (Sanford, 1979). Setelah dewasa pembentukkan lemak terjadi di atas tulang rusuk, sepanjang tulang belakang, di rongga pinggul sekitar pangkal ekor dan ginjal (Cheeke et al., 1982). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15 persen dalam ransum tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi karkas (712,40 g, ±64,06), persentase daging karkas (58,53%, ±5,88), persentase tulang karkas (34,66%, ±0,59) dan persentase lemak karkas (10,31%, ± 0,87) kelinci jantan lepas sapih. Tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15% dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein dalam ransum dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap produksi dan komponen karkas. Volume 11, Nomor 2, Mei 2011 33

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan SARAN Tepung kulit buah pepaya sebagai bahan pakan alternatif dapat digunakan hingga 15 % dalam ransum kelinci peranakan New Zealand White jantan lepas sapih. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui batas maksimum penggunaan tepung kulit buah pepaya dalam ransum dan sebaiknya digunakan umur kelinci yang lebih seragam. DAFTAR PUSTAKA Cheeke, P. R., R. M. Patton and G. S. Templeton. 1982. Rabbit Production. 5 th Ed. The Interstate Printers and Publishers, Inc. United States of America, Peter R. 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. First Edition. Academic Press. Inc. Florida De Blass, Y. C., A. Tome., Maria J. Fraga., E. Perez dan J. F. Galves. 1977. Influence of Weigth and Age on The Body Composition of Young Doe Rabbit. 45; 48-53 Dwiyanto, K. P., Sitorus., Moerfiah. 1984. Peranan Ternak Kelinci dalam Menunjang Penyediaan Protein Hewani. Ilmu dan Peternakan Puslitbangnak. Ciawi Bogor. 30-35 Fekete, S and Gippert. 1986. Digestibility and Nutritive Value of Nineteen Important Rabbit Feedstuff. The Journal of Appl Rabbit. Research. 9 :103-108 Farrel, D. J. dan Y. C. Rahardjo. 1984. Potensi Ternak Kelinci Sebagai Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor Forrest, Y. C., E. D. Algerte, H. B. Hendrick, M. D. Judge dan R. A. Merkel. 1975. Principle of Meat Science. W. N. Freeman Co. San Fransisco Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak. 2008. Universitas Pajajaran. Bandung Fakultas Peternakan Martini, S. 1998. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Beberapa Jenis Curcuma dan Kombinasinya sebagai Pakan Additive terhadap Pertumbuhan, Produksi Karkas serta Komposisi Asam Lemak Karkas pada Kelinci Jantan Peranakan New Zealand White. Disertasi. UNPAD Manshur, Faiz. 2006. Kelinci : Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu. Penerbit Nuansa. Bandung Rao, D. R., G. P. Sunki, W. H. Jhonson, C. P. Chen. 1978. Effect of Weaning and Slaughter Ages on Rabbit Meat Production II. Carcass Quality and Composition. Journal Animal Science. 46 : 578-583 Rukmana, R. 1995. Budidaya Pepaya. Aak. Yogyakarta Sanford, D. C. 1979. The Domestic Rabbit. 3 rd Ed. Granada Publisher London. London. 51-52 Shafie, M. M., A. L. Badreldin., M. A. Ghany and M. Hanafie. 1981. Differential Growth and Carcass Characteristic in The Gaze Rabbit U. A. R. Journal Animal Science. Volume 2. 34 Volume 11, Nomor 2, Mei 2011

Sauland Sinaga, Marsudin Silalahi, Rikas P: Pengaruh Pemberian Ransum... Sitorus, P., Soediman, S., Yono, C. R., I. G. Putu, Santoso, Bambang, S., Agus N. H. 1982. Laporan Budidaya Peternakan Kelinci di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan Deptan. 52. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1993. Principles and Procedures of Statistic. 2th ed. Mc Graw-Hill International Book Co. New Delhi. Templeton, G. S. 1968. Domestic Rabbit Production. 4 th Ed. The Interstate Printer and Publisher, Inc. Danville, Illinois. Volume 11, Nomor 2, Mei 2011 35