BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB III METODE PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III METODE PEMBAHASAN

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Armatur Cahaya Tanpa Eenergi Listrik

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN CATU TERHADAP UMUR LAMPU HEMAT ENERGI

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

Bab 11 Standar Pencahayaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C.

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

S I L A B U S. 1. Identitas mata kuliah

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN.

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1992

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Pergerakan Matahari

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci.

Antiremed Kelas 08 Fisika

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA. Laju (m/s)

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SPMB/Fisika/UMPTN Tahun 1992

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

V. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT LISTRIK

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN PADA BANGUNAN RIG RAISIS (OFFSHORE) BERDASARKAN CLASS ABS DAN BKI BERBASIS VISUAL BASIC

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN PADA BANGUNAN RIG RAISIS (OFFSHORE) BERDASARKAN CLASS ABS DAN BKI BERBASIS VISUAL BASIC

Sunglasses kesehatan mata

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

Penentuan Warna Gigi Tiruan

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

TUGAS TEKNIK OPTIK RESUME FOTOMETRI DAN RADIOMETRI

NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

III. METODE PENELITIAN

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

Oleh : Heri Justiono

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

Politeknik Negeri Sriwijaya

Transkripsi:

BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya kesuatu jurusan tertentu (harten, tahun 2002:6). Contoh: Lampu suar 2.000.000 cd Dop lampu sepeda dalam reflektor 250 cd 2. Satuan untuk flux cahaya (Ф) adalah lumen (lm) Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satuan detik (harten, tahun 2002:7). Contoh: Lampu sepeda memberi 10 lm Lampu pijar 150 W memberi Lampu TL 36 W memberi 2.100 lm 3.250 lm 3. Satuan untuk Intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux (lx)

6 Intensitas penerangan atau iluminansi di suatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh pada 1 m 2 pada suatu bidang (harten, tahun 2002:8). Contoh: Ruang kantor 800 lx Tengah musim panas, siang hari Pekerjaan sangat halus 50.000 lx 3.000 lx 2.2. Diagram dan Grafik Untuk menghitung proyek-proyek penerangan digunakan diagram polar intensitas cahaya yang didapat dari buku-buku katalog sesuai dengan jenis lampu dan armatur dan grafik intensitas penerangan yang didapat dari hasil perhitungan. 2.2.1 Diagram Polar Intensitas Cahaya Diagram Polaritas intensitas cahaya menggambarkan jumlah energi radiasi yang dipancarkan kesuatu jurusan tertentu. Gambar 2.1 panjang jari-jari dari 0 ke suatu titik dari grafik menyatakan intensitas cahayanya ke arah itu dalam satuan candela. Umumnya diagram-diagram ini diberikan untuk lampu yang memberi 1000 lumen. Intensitas cahaya sebuah lampu harus sebanding dengan flux cahayanya, oleh karena itu untuk setiap lampu memiliki flux cahaya yang berbeda dan diagram masih harus dikalikan dengan jumlah ribuan lumen lampu tersebut. Jika lampu pada gambar 2.1 mempunyai 6500 lumen, maka pada sudut 0 intensitas cahayanya akan sama dengan : 6,5 x 150 = 975 cd.

7 Gambar 2.1 Diagram Polar Intensitas cahaya dan armatur 2.2.2. Grafik Intensitas Penerangan Diagram polar intensitas cahaya digunakan untuk menghitung intensitas penerangan di suatu titik menurut rumus (harten, tahun 2002 : 15).: Intensitas cahaya suatu sumber cahaya (gambar 2.2) L kearah titik P sama dengan I=900 cd, dan jarak antara L dan P sama dengan r = 3 m, maka intensitas penerangan di titik P akan sama dengan: E p = r 2 I lux E p = 3 2 900 = 100 lux Gambar 2.2 Arah Intensitas Cahaya

8 Intensitas penerangan E 1 di bidang a 1 b 1 tegak lurus pada arah I, menurut hukum kuadrat akan sama dengan : E 1 = r 2 I lux Intensitas penerangan E di bidang horizontal a-b, ialah proyeksi dari E 1 pada garis tegak lurus pada bidang a-b di titik P. jadi : E = E 1 cos a a = sudut antara sinar cahaya dan garis tegak lurus pada bidang a b di titik P. Rumus ini dikenal dengan hukum cosinus. Dari dua rumus di atas didapat: E = r 2 I Cos a lux Jika letak titik cahaya di atas bidang horizontal sama dengan h, didapat : Cos a = h r Kita dapat melihat grafik intensitas cahaya pada gambar 2.3 dimana semakin jauh antara sumber cahaya dan bidang yang dipancarkan cahaya maka intensitas penerangannya akan semakin kecil.

9 Gambar 2.3 Diagram polar intensitas cahaya sebuah lampu dengan grafik intensitas penerangannya 2.3. Sistem Penerangan Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan (harten, tahun 2002 : 23). Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh a. cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit; b. cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur; c. perlindungan sumber cahayanya; d. penyesuaian bentuknya dengan lingkungan; e. penyebaran cahayanya.

10 Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dan sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armatur harus dipilih demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat. Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini: Sistem penerangan Langsung ke bidang kerja a. Penerangan langsung 90-100% b. Terutama penerangan langsung 60-90% c. Penerangan Campuran atau penerangan difus 40-60% d. Terutama penerangan tak langsung 10-40% e. Penerangan tak langsung 0-10% 2.3.1. Absorpsi Sebagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan tersebut. Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya. Bagian flux cahaya yang diserap oleh suatu permukaan di tentukan oleh faktor absorpsi a permukaan itu: a = Flux cahaya yang diserap Flux cahaya yang mengenai permukaan

11 2.3.2. Refleksi Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur (gambar 2.4). Refleksi demikian terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles. Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka tenjadi refleksi baur atau refleksi difus (gambar 2.5), seperti yang terjadi pada suatu permukaan kasar, misalnya pada langit-langit yang dikapur. Antara dua bentuk ini masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya refleksi campuran (gambar 2.6). yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan bahwa terjadi refleksi terpencar (gambar 2.7) Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadangkadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya daripada suatu permukaan yang mengkilat. Gambar2.4 Refleksi teratur Gambar2.5 Refleksi baur

12 Gambar2.6 Refleksi campuran Gambar2.7 Refleksi terpencar Bagian flux cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh faktor refleksi r suatu permukaan: r = Flux cahaya yang dipantulkan Flux cahaya yang mengenai permukaan Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dan flux cahaya yang mengenai per permukaan dipantulkan. 2.3.3. Transmisi Bahan-bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenainya. Sebagian besar dan cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut. Gambar 2.8 memperlihatkan transmisi teratur. Sinar-sinar cahaya yang masuk sejajar keluar tetap sejajar. Gambar 2.9 memperlihatkan transmisi difus sempurna. Sinar-sinar yang masuk sejajar, keluar tersebar, seperti misalnya pada kaca opal.

13 Gambar 2.10 memperlihatkan transmisi campuran yang merupakan gabungan antara transmisi teratur dan transmisi difus. Gambar 2.8 Transmisi teratur Gambar 2.9 Transmisi difus sempurna Gambar 2.10 Transmisi campuran t = Flux cahaya yang dapat menembus Flux cahaya yang mengenai permukaan 2.4. Armatur Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu (harten, tahun 2002 : 29): 1. berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur untuk penerangan langsung, sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung,

14 2. berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap letupan debu dan kedap letupan gas; 3. berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam; 4. berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, armatur pancaran lebar dan pancaran terbatas; kemudian armatur kandil, palung dan armatur-armatur jenis lain untuk lampu. lampu bentuk tabung; 5. berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit dinding. gantung, berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel. Bentuk sumber cahaya dan armatur harus demikian rupa sehingga tidak menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak boleh terlalu tajam. 2.4.1. Penerangan langsung Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan; langit-langit hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang-- bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber-- sumber cahaya bentuk tabung (lampu TL). Pada gambar 2.11 menunjukan armatur untuk penerangan langsung.

15 Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan supaya cahayanya tidak langsung mengenai mata. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan, yang tinggi, misalnya di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar. Gambar 2.11 Armatur palung 2.4.2 Terutama penerangan langsung Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik. Dibandingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas, karena itu kesan mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik. Pada Gambar 2.12 menunjukan armatur untuk terutama penerangan langsung dimana diagram polaritas menunjukan cahaya yang dipancarkan tersebar hingga ke atas.

16 Gambar 2.12. Armatur terutama penerangan langsung 2.5. Cara menghitung penerangan dalam Untuk suatu perusahaan produksi, penerangan yang baik antara lain memberi keuntungan-keuntungan berikut ini(harten, tahun 2002 : 37).: a. peningkatan produksi; b. peningkatan kecermatan; c. kesehatan yang lebih baik; d. suasana kerja yang lebih nyaman; e.. keselamatan kerja yang lebih baik Pilihan mengenai sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: a. intensitas penerangannya di bidang kerja; b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan; c. biaya instalasinya; d. biaya pemakaian energinya;

17 e.. biaya pemeliharaan instalasinya antara lain biaya untuk penggantian lampu lampu. Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan. Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang. kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-kurangnya 0,3 (harten, tahun 2002 : 37). 2.5.1. Intensitas Penerangan Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horisontal khayalan, 80 cm di atas Iantai (harten, tahun 2002 : 37). Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang harus dilakukan. Tabel 2.1 menunjukan intensitas penerangan untuk ruang dan jenis pekerjaan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu dapur. Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan, juga memerlukan intensitas penerangan yang lebih besar. Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah Im/m 2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m 2

ialah(harten, tahun 2002 : 38).: 18 Ф = E x A lm Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja. Sebagian dan flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus diperhitungkan efisiensi atau rendemennya: Pada gambar 2.13 a. Pembagian flux cahaya dalam ruangan. Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju langsung ke bidang kerja. b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dan flux cahayanya menuju langsung ke bidang kerja. a b Gambar 2.13 Pembagian flux cahaya

Tabel 2.1 19 Tabel Intensitas penerangan yang diterbitkan philips (harten, tahun 2002 : 41) Sifat penerangan Penerangan sangat baik Penerangan baik 1. Kantor Ruang gambar 2000 lux 1000 lux Ruang kantor (pekerjaan biasa) 1000 lux 500 lux Ruang yang jarang dipergunakan (arsip, r.tunggu) 250 lux 150 lux 2. Ruang sekolah Ruang kelas 500 lux 250 lux Ruang Gambar 1000 lux 500 lux 3. Industri Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam tangan) 5000 lux 2500 lux Pekerjaan halus (bubut halus) 2000 lux 1000 lux Pekerjaan biasa (pemasangan biasa) 1000 lux 500 lux 4 Toko Ruang jual dan pamer: Toko-toko besar 1000 lux 500 lux Toko-toko lain 500 lux 250 lux Etalase Toko-toko besar 2000 lux 1000 lux Toko-toko lain 1000 lux 500 lux 5. Mesjid, gereja, dsb 250 lux 125 lux

20 6. Rumah Tinggal Dapur 500 lux 250 lux Kamar Tidur 500 lux 250 lux Gudang, garasi 250 lux 125 lux Penerangan Umum 250 lux 125 lux 2.5.2. Efisiensi Penerangan Dari η = фg ф 0 фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan; фg= flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit. dan didapat rumus flux cahaya Фg = E x A lm di mana: E x A lm ф 0 = η A = luas bidang kerja dalam m 2. E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja. Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dan tabel 2.2. Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula (harten, tahun 2002 : 39).

Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan: 21 a. efisiensi atau rendemen armaturnya (v); b. faktor refleksi dindingnya (r w ), faktor refleksi langit-langitnya (r p ) dan faktor refleksi bidang pengukurannya (r m ); c. indeks ruangannya, Tabel 2.2 Efisiensi penerangan dalam keadaan baru 2.5.3. Faktor-faktor refleksi Faktor-faktor refleksi r w dan r p masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian mencapai bidang kerja. Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja r m ditentukan oleh

22 refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk r m ini diambil 0,1. Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70, dan yang berwarna gelap 10-20%. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya. Dalam tabel-tabel 2.2 efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga nilai r p yang berbeda. Pada setiap nilai r p terdapat tiga nilai r w. Untuk faktor refleksi dinding r w ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh gorden dan sebagainya sangat besar Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini: a. menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja; b. menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya rendah; c. penempatan sumber cahaya yang tepat. 2.5.4. Indeks ruang atau indeks bentuk Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuranukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar: k = p. l h (p+l)

23 di mana: p = panjang ruangan dalam m, I = lebar ruangan dalam m; h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m. Bidang kerja ialah suatu bidang horisontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas lantai. Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk η diambil nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k= 5. Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai η untuk k = 5, sebab untuk k di atas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi. 2.5.5. Faktor Penyusutan / Depresiasi Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah: d = E dalam keadaan dipakai E dalam keadaan baru Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan ratarata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel 2.2. Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru memberi

150 lux, akan memberi hanya 120 lux saja dalam keadaan sudah dipakai. 24 Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilai rendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk: a. pengotoran ringan b. pengotoran biasa c. pengotoran berat Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun. Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Pengotoran berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya. Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8. Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi telah juga diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten, tahun 2002 : 41). Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaanperusahaan.

2.6. Lampu tabung fluoresen 25 Saat ini dimasyarakat paling banyak menggunakan lampu fluoresen untuk penerangan, lampu fluoresen ini tidak menyebabkan panas. Energi listrik diubah menjadi energi cahaya sebesar 80% dan energi panas 20%. Lampu tabung fluoresen dipasarkan oleh philips dengan kode TL. Memiliki ukuran diameter 38 mm, dan panjang tergantung pada daya tabung. Didalam tabung diberi lapisan serbuk fluoresen. 2.7. Kualitas Pencahayaan Brightness distribution Menunjukkan jangkauan luminansi (suatu ukuran untuk terang suatu benda) dalam daerah penglihatan. Suatu ratio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detail, tetapi penerimaan yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat obyek-obyek yang lebih gelap dalam suatu daerah terang (eko,tahun 2004:230). Glare (Silau) Cahaya yang berlebihan mencapai mata akan menyebabkan silau, dalam hal ini ada dua kategori: a. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Disamfort Glare).

Cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala. 26 b. Silau yang menggangu (Disabbility Glare) Cahaya ini menggangu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata (eko,tahun 2004:230). Shadows (Bayang-bayang) Bayang bayang yan tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya langsung matahari. Keduanya dapat mengakibatkan ratio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak begitu jelas (eko,tahun 2004:231). 2.8 Dasar Instalasi listrik. Prinsip-prinsip dasar instalsi listrik yang harus menjadi pertimbangan agar instalasi yang dipasang dapat dilakukan secara optimum adalah keandalan, ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan, ekonomis 2.8.1. Keandalan Andal secara mekanik dan listrik (instalasi bekerja pada nilai nominal tanpa menimbulkan kerusakan) keandalan juga menyangkut ketepatan. Ketepatan pengaman untuk menanggapi jika terjadi gangguan. Untuk pemasangan instalasi penerangan yang pada suhunya diatas suhu normal adalah lebih andal jika digunakan kabel berisolasi karet silikon dibandingkan dengan isolasi PVC. 2.8.2. Ketercapaian

27 Suatu instalasi yang dipasang harus bisa dioperasikan dengan normal, pemasangan saklar diletakkan 1,2m dari lantai. Posisi panel tidak terhalagi oleh benda-benda yang mengganggu di hadapannya. 2.8.3. Ketersediaan Suatu Instalasi harus siap untuk menghadapi perluasan-perluasan atau penambahan- penambahan yang sewaktu-waktu diperlukan, maka didalam instalasi (di dalam panel bagi) harus disediakan ataupun tersedia peralatan pengaman yang belumterhubung dengan beban. 2.8.4. Keindahan Kerapian pemasangan instalasi listrik harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Contoh : Pemasangan beberapa pipa pada permukaan tembok tampak lebih indah jika dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, pemasangan pipa dengan mengunakan clamp. 2.8.5 Faktor Keamanan Faktor keamanan adalah aman secara elektrik atau listrik untuk manusia, ternak, dan barang-barang lainnya. Contoh: Stop kontak yang dipasang yang akan dipakai anak-anak jika terpaksa dipasang 30n cm diatas lantai harus menggunakan stop kontak yang aman secara mekanis (tertutup) atau metode pengoperasian ditekan kedua-duanya dan diputar. 2.8.6 Ekonomis Biaya untuk pemasangan instalasi harus sehemat mungkin karena biaya besar tidak menjamin mutu suatu instalasi. Contoh: Jika arus yang akan melalui

28 penghantar diperkirakan 15 A, kabel yang akan dipasang adalah nya 2.5 mm 2, instalasi tersebut bisa saja dipasang penghantar NYA 6 mm 2. tetapi secara ekonomis tidak menguntungkan. 2.9 Daya Listrik Setiap Instalasi harus dihitung kebutuhan beban yang akan dipasang, ini berguna untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pemakaian beban listrik yang dipakai, perhitungan dapat dihitung dengan rumus: P = V.I. cos φ. t (KWH) 2.10 Indek Proteksi Indeks proteksi adalah suatu standar kwalitas suatu barang terhadap perlindungan dari debu, air, dan benturan. Angka pertama menunjukan tingkat perlindungan terhadap benda padat: 0 : tidak ada proteksi 1 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 50 mm 2 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 12 mm 3 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 2.5 mm 4 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 1 mm 5 : perlindungan terhadap debu 6 : debu sekecil apapun tidak dapat masuk

Angka kedua menunjukan perlindungan terhadap air /likuid 29 0 : tidak ada proteksi 1 : terlindung dari air yang jatuh vertikal 2 : terlindung dari air yang jatuh membentuk sudut 15 dengan garis vertikal 3 : terlindung dari air yang jatuh membentuk benda seberat 500g 4 : terlindung dari air yang datang dari segala arah 5 : terlindung dari air yang disemprotkan membentuk benda 5 kg 6 : terlindung dari semprotan air yang menyerupai gelombang air laut 7 : terlindung dari efek tenggelam (kedap air0 8 : terlindung dari efek tenggelam dengan kedalaman yang disertai tekanan air Angka ketiga proteksi terhadap benturan 0 : tidak ada 1 : tahan terhdap benturan sebesar 0,225 joule 3 : tahan terhdap benturan sebesar 0,5 joule 5 : tahan terhdap benturan sebesar 2 joule garis vertikal 7 : tahan terhdap benturan sebesar 6 joule 9 : tahan terhdap benturan sebesar 20 joule