BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

Ringkasan Putusan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Isi Undang-Undang Pornografi & Pornoaksi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB 4 ANALISIS DATA. Kesimpulan/Fakta. Penjelasan. Analisis. Gambar 2 Struktur Wacana Berita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

Apa Dong (dot) Com

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN WARUNG INTERNET DI KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA WARUNG INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

ASPEK HUKUM PIDANA VIDEO PORNO DARI PERSPEKTIF UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI S K R I P S I

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-VI/2009 tentang Undang-undang Pornografi (Kemajemukan budaya yang terlanggar)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TENTANG IZIN WARUNG INTERNET DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN WARUNG INTERNET

Absurditas Penegakan Hukum dalam Kasus Video Mirip Artis Oleh: Sam Ardi*

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Draft WALIKOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR: TENTANG PERIZINAN USAHA WARUNG INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. profesi sebagai acuan, sama seperti hakim dan jaksa. karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: Pembuatan video porno oleh seorang artis

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

I. PENDAHULUAN. untuk saling bersosialisasi dengan siapapun dan dimanapun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BUPATI MIMIKA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 9 TAHUN 2O13 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA JASA WARUNG INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

15 Februari apa isi rpm konten

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BUPATI BLITAR. PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 3 Tahun 2013 TENTANG IJIN USAHA WARUNG INTERNET (WARNET) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihindari, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali ditemukan berbagai macam event-event hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

NEW MEDIA & SOCIETY. Cybercrime & Pornografi (Budaya Kapitalisme: Perempuan sebagai Komoditi) Rahmadya Putra Nugraha, M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan elektronik, seperti internet, buku, dan surat kabar, saat ini mempunyai pengaruh yang sangat luas bagi masyarakat. Secara positif media massa dan elektronik berperan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi kebebasan informasi juga memberikan efek negatif, salah satunya adalah perkembangan material pornografi di warnet. Jika hal negatif seperti perkembangan pornografi terus dibiarkan, maka akan berdampak pada terjadinya pelanggaran hukum, khususnya pornografi dan kesusilaan. Merebaknya peredaran material pornografi di warnet belakangan ini dapat dilihat melalui surat kabar, internet maupun televisi yang menyajikan berita tentang kasus material pornografi di warnet, yang ternyata kebanyakan sengaja disediakan oleh pemilik warnet di server warnet tersebut. 1 Keadaan ini tentu akan mengakibatkan dampak negatif bagi kaum muda sebagai penerus bangsa dan masyarakat pada umumnya jika sampai mengakses material pornografi tersebut. Material pornografi saat ini masih dapat dengan mudah diakses karena tidak semua warnet memiliki sumber daya manusia dan 1 http://sman1pare.sch.id, Perang Terhadap Pornografi Dimulai, 17 November 2008 1

2 finansial untuk membuat filter bagi beberapa konten terlarang yang seharusnya tidak diakses oleh masyarakat. 2 Konten terlarang tersebut antara lain judi online dan material pornografi. Namun penelitian yang dilakukan akan memfokuskan pada material pornografi. Dari fakta yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa masih ada warnet-warnet yang menyediakan material pornografi. Hal tersebut terjadi karena: 1. Tidak semua warnet memiliki sumber daya manusia dan finansial untuk membuat filter tersebut agar konten-konten terlarang (khususnya material pornografi) tidak dapat diakses. 2. Beberapa pemilik warnet nakal yang dengan sengaja menyediakan material pornografi pada servernya sehingga pengguna dapat dengan mudah mengakses pornografi. Untuk menanggulangi hal tersebut, harus ada peraturan atau undangundang yang membentenginya, yaitu Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang menyatakan: (1) Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang b. Kekerasan seksual c. Masturbasi atau onani d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan e. Alat kelamin atau 2 http://irwinday.web.id, Warnet Yang Izinkan Konten Porno Terancam Pidana, 13 Februari 2007

3 f. Pornografi anak. (2) Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: a. Menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan b. Menyajikan secara eksplisit alat kelamin c. Mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual atau d. Menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual. Selain itu masih ada peraturan atau undang-undang yang berlaku, yaitu Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, yang menyatakan: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, para aparat sekarang memiliki landasan hukum untuk menjerat oknum yang menyebarkan material pornografi yang akan mengancam moral anak-anak sebagai penerus bangsa. 3 Masih maraknya peredaran pornografi ini akan berdampak pada terganggunya keamanan dan ketertiban, serta menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Keamanan dan ketertiban masyarakat yang baik, seperti didefinisikan dalam Pasal 1 ayat (5) Undang- 3 Ibid

4 Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan: Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Agar tujuan seperti yang dituliskan dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat tercapai, sudah menjadi tanggungjawab aparat penegak hukum (dalam hal ini polisi) untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat. Sudah menjadi kewajiban polisi untuk menjalankan tugas dan fungsinya, seperti yang terdapat dalam Pasal 13 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan: Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakkan hukum dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Setelah itu seperti yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan: Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

5 Polisi selaku aparat penegak hukum mempunyai wewenang yang sangat besar sebagai pelindung masyarakat dari pelanggaran hukum terutama dari hal-hal yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Undang-undang yang berlaku, khususnya undang-undang yang telah dipaparkan di atas, sebaiknya dapat menjadi pedoman bagi polisi untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu juga sebagai upaya untuk memperbaharui citra polisi sebagai alat penegak hukum yang selama ini dipandang belum mampu melaksanakan tugasnya seperti yang diharapkan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian hukum dengan judul Peran Polisi Dalam Mengatasi Peredaran Material Pornografi Di Warnet. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet? 2. Kendala apa saja yang dihadapai polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana langkahlangkah polisi dalam mengatasi material pornografi di warnet dan mengetahui apa saja kendala yang dihadapi polisi dalam mengatasi material pornografi di warnet. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan disiplin ilmu hukum dan bagi penegakan hukum demi tercapainya tujuan hukum yaitu perdamaian. 2. Untuk memberikan suatu sumbangan pemikiran dan saran baik bagi pemerintah, masyarakat luas dan khususnya bagi polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa Usulan Penelitian Hukum ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika Usulan Penelitian Hukum ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.

7 F. Batasan Konsep 1. Peran Peran adalah merupakan perangkat tingkatan yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan didalam masyarakat dan badan pemerintahan, pegawai pemerintahan sebagai suatu alat perlengkapan negara. 2. Polisi Pengertian polisi menurut Bisman Siregar yaitu: Polisi sebagai alat negara penegak hukum adalah instansi pertama yang berkewajiban memelihara dan menghindarkan tidak terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan. Demikian pula bilamana terjadi gangguan dan keamanan, segera bertindak melokalisasi agar tidak meluas. 3. Pornografi Yang dimaksud dengan pornografi dalam penulisan hukum ini adalah pengertian yang terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yaitu : Gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/ atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 4. Material Pornografi Material pornografi adalah barang yang memuat tulisan atau gambar dalam bentuk cetakan atau bukan cetakan, baik elektronik, optik, maupun

8 bentuk penyimpanan data lainnya dan data yang tersimpan dalam jaringan internet dan saluran komunikasi lainnya. 5. Warnet Warnet adalah suatu usaha yang menyediakan jasa berupa pemakaian akses internet dengan pengenaan biaya untuk akses per menitnya. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu mengkaji norma-norma hukum yang berlaku. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder. Terkait dengan usulan penelitian hukum yang menjadi bahan-bahan kajian adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peran polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet. 2. Sumber Data 1) Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundangundangan dan putusan-putusan hakim. 4 Antara lain yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: a. Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. 4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Yuridika, 2001, hlm 10

9 b. Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. c. Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2) Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. 5 3. Metode Pengumpulan Data 1) Wawancara secara langsung dengan tatap muka atau dengan tanya jawab kepada narasumber. 2) Mempelajari buku-buku literatur atau buku bacaan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini, pendapat pakar dan peraturan perundang-undangan. 4. Narasumber Narasumber adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang berupa pendapat hukum berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah Kepala Kepolisian Resor Sleman Kasat Reskrim FX. Endriadi, Sik. 5 Ibid

10 5. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis secara kualitatif, yaitu suatu metode analisis data yang tidak mendasarkan pada angka-angka atau statistik, sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian akan disajikan dalam kalimat-kalimat yang logis untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan dalam penelitian. Adapun proses penalaran dalam menarik kesimpulan adalah metode deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari yang umum. 6 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari tiga bab, yaitu bab I adalah pendahuluan, bab II mengenai pembahasan dan bab III tentang penutup. Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep dan metode penelitian. Bab II : Pembahasan Secara garis besar bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang polisi, tinjauan umum tentang pornografi, tinjauan umum tentang 6 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke tiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm 32

11 internet dan warnet, ketentuan hukum positif terkait pornografi di warnet, langkah-langkah polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet dan kemudian diteruskan dengan kendala polisi dalam mengatasi peredaran material pornografi di warnet. Bab III : Penutup Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah jawaban atas permasalahan yang diteliti. Saran adalah saran yang diajukan berdasarkan temuan persoalan dalam penelitian hukum.