TUJUAN DAN MANFAAT, SERTA KRITIK YANG TIMBUL DARI GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS ACTION) DALAM SUATU SENGKETA PERDATA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

KARAKTERISTIK GUGATAN WARGA NEGARA ( CITIZEN LAWSUIT

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI MEKANISME GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK ( CLASS ACTIONS

EFEKTIVITAS PENERAPAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN DI INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

PENTINGNYA KREASI HAKIM DALAM MENGOPTIMALKAN UPAYA PERDAMAIAN BERDASARKAN PERMA NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

PERBANDINGAN HUKUM GUGATAN SEDERHANA DI INDONESIA DAN SMALL CLAIM COURT DI EROPA. Tia Aprilliani ( ) ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

Eksistensi Lembaga Class Action (Gugatan Perwakilan Kelompok) Dalam Hukum Positif di Indonesia

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

TINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

DALAM PRESPEKTIF HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA. Efa Laela Fakhriah. Hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

PENYERTAAN MODAL DAN BANTUAN MANAJEMEN OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK DIBERIKAN BUKU PANDUAN DAN BUKU SERVIS OLEH DEALER

PENGATURAN MENGENAI PENGANGKATAN ANAK YANG DILAKUKAN OLEH SESEORANG YANG TIDAK KAWIN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENJUALAN OBAT-OBATAN MELALUI INTERNET

EKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI SARANA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN : PROBLEMATIK DALAM MENCARI KEADILAN OLEH KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA SEBAGAI ALASAN PEMBERHENTIAN PRESIDEN DARI JABATANNYA (PEMAKZULAN)

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

KEDUDUKAN NOTARIS SEBAGAI MEDIATOR MENURUT UNDANG- UNDANG JABATAN NOTARIS

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

Oleh: I Made Adi Estu Nugrahan I Gusti Ketut Ariawan I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB II PERKEMBANGAN GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS ACTIONS) 1. Definisi Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Actions)

Keywords : Hukum Acara, Peradilan Administrasi, Paradigma.

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ONLINE

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SIKAP KEJAKSAAN ATAS PELIMPAHAN BERKAS PERKARA OLEH PENYIDIK

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA MUSIK DALAM BENTUK KASET

Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

KAJIAN NORMATIF PUTUSAN UPAYA PAKSA DALAM PASAL 116 UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

KEKUATAN PEMBUKTIAN SEBUAH FOTOKOPI ALAT BUKTI TERTULIS

Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE

TESIS. Oleh : HENDRIK P. PARDEDE / HK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2005

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

MEKANISME BERACARA SECARA PRODEO DALAM PERKARA PERDATA

AKIBAT HUKUM BAGI PENERBIT BILYET GIRO KOSONG

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT OLEH MAHKAMAH AGUNG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PAILIT PT. DIRGANTARA INDONESIA

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA. oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

EKSISTENSI MENGGUGAT PROSEDUR DISMISSAL PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL (STUDI KASUS NIKARAGUA AMERIKA SERIKAT)

Transkripsi:

TUJUAN DAN MANFAAT, SERTA KRITIK YANG TIMBUL DARI GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS ACTION) DALAM SUATU SENGKETA PERDATA DI INDONESIA Oleh: Priska Debora Samosir I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti, S.H., M.H. Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract : This writing entitled Objectives and Benefits, And Criticism That Arise From Class Action (Class Action) In A Civil Dispute in Indonesia. The method used in this paper is the method of normative research. This paper is motivated from several incidents, where the incident shows that sometimes an offense or unlawful act not only hurt one person, but it could be detrimental to the public in large numbers and simultaneously. And these events that harm many people could be brought about by only a single person, a corporation or a group. Seeing this, it is not efficient and effective when victims are simply too many, with the same loss and is caused by the same actors as well, filed a demand that varies to a court in a same place. If that happens, then the trilogy justice in Indonesia is said to be fast, simple and low cost will be difficult to achieve, because it will spend a lot of time, and the cost is not small when collected from all plaintiffs in a very large number and filed a similar lawsuit. Therefore the class action in Indonesia is expected to help problems like this. But from a trip to apply, in addition to the purpose and benefits of class action also appears criticism arising from the class action. Keywords: Class Action, Objectives and Benefits Class Action, Criticism Abstrak : Tulisan ini berjudul Tujuan Dan Manfaat, Serta Kritik Yang Timbul Dari Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Dalam Suatu Sengketa Perdata Di Indonesia. Metode yang digunakan di dalam tulisan ini yaitu metode penelitian normatif. Tulisan ini dilatarbelakangi dari beberapa kejadian, dimana kejadian tersebut menunjukkan bahwa terkadang suatu pelanggaran atau perbuatan melawan hukum tidak hanya merugikan satu orang saja, namun bisa jadi merugikan masyarakat dalam jumlah yang banyak dan secara serempak. Dan kejadian yang merugikan banyak orang ini juga bisa jadi ditimbulkan hanya oleh satu orang, suatu korporasi atau suatu kelompok. Melihat hal ini, tidaklah efisien dan efektif apabila korban dengan jumlah yang sangat banyak, dengan kerugian yang sama dan disebabkan oleh pelaku yang sama pula, mengajukan suatu tuntutan yang berbeda beda ke suatu pengadilan di suatu tempat yang sama. Apabila hal itu terjadi, maka trilogi peradilan di Indonesia yang dikatakan cepat, sederhana dan biaya ringan akan sulit untuk dicapai, karena akan menghabiskan banyak waktu, serta biaya yang tidak sedikit apabila dikumpulkan dari semua penggugat dalam jumlah yang sangat banyak dan mengajukan gugatan yang sama. Oleh karena itu class action di Indonesia diharapkan dapat membantu permasalahan seperti ini. Namun dari

perjalanan pengaplikasiannya, disamping tujuan dan manfaat class action muncul pula kritik yang timbul dari class action. Kata Kunci : Class Action, Tujuan dan Manfaat Class Action, Kritik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang mengarah pada perkembangan produksi barang dan jasa yang bersifat massal, sangatlah berpotensi untuk menimbulkan kerugian yang juga bersifat massal. Oleh karena itu diperlukan peraturan peraturan yang diikuti dengan sarana sarana yang menyangkut penuntutannya, agar tercapai tujuan ketertiban, kedamaian, serta keadilan. Gugatan Perwakilan kelompok atau yang sering disapa dengan Gugatan Class Action dianut di negara negara dengan sistem hukum common law, dimulai pada tahun 1873 di Inggris, yaitu dalam Supreme Court of Judicatur Act 1873 dan kemudian terjadi perubahan substansial pada tahun 1965 diatur dalam Supreme Court 1965 dimana salah satu esensinya adalah mengatur representative action yaitu Gugatan Perwakilan Kelompok (GPK). Di Kanada sendiri mulai diatur pada tahun 1881, diatur dalam The Ontario Judicatur Act 1881. Lain halnya dengan Amerika Serikat yang mulai mengenal Class Action dari tahun 1912, diatur dalam Us Federal Equity Rule 1912, dan mengalami pembaharuan pada tahun 1938 dalam Federal Rule of Civil Procedure (FRCP, 1938) dan pembaharuan lagi pada tahun 1996 (FRCP, 1966). Selain di Inggris, Kanada dan Amerika Serikat, class action dikenal juga di beberapa negara seperti Australia dan India, sampai pada akhirnya dianut pula oleh Indonesia. Gugatan Perwakilan Kelompok (class action) baru dikenal secara formil dan resmi (formal and official), 2002. Diatur dalam bentuk Peraturan Mahkamah Agung, yaitu dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2002, tanggal 26 April 2002. 1 Prosedur gugatan perwakilan kelompok ini juga sejalan dengan prinsip peradilan yang murah, praktis, cepat, dan efisien sebagaimana diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. 2 Berdasarkan pernyataan tersebut, maka tata cara gugatan class action ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan suatu perkara secara efisien dan efektif dalam perkara 1 M. Yahya Harahap, 2004, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 139 2 Susanti Adi Nugroho, 2010, Class Action & Perbandingannya Dengan Negara Lain, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hal. 4

suatu kerugian yang bersifat massal. Namun tidak dapat dipungkiri disamping tujuannya yang menghasilkan manfaat, seiring perjalannya ada timbul beberapa kritik untuk gugatan perwakilan kelompok itu sendiri. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisn karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari gugatan perwakilan kelompok (class action) serta mengetahui kritik yang timbul dari gugatan perkilan kelompok (class action) itu sendiri di dalam suatu perkara perdata. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode penelitian hukum normatif karena dalam penulisan karya ilmiah ini menempatkan sistem norma sebagai objek kajiannya, dimana hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma. 3 Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan perundang undangan dan pendekatan konseptual. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Tujuan Dan Manfaat Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Tujuan gugatan perwakilan kelompok atau yang disebut dengan class action dalam PERMA, diatur dalam konsiderans, antara lain sebagai berikut: a. Mengembangkan penyerdehanaan akses masyarakat memperoleh keadilan Dengan satu gugatan, diberi hak prosedural terhadap satu atau beberapa orang bertindak sebagai penggugat untuk memperjuangkan kepentingan penggugat dan sekaligus kepentingan anggota kelompok (bisa ratusan atau ribuan orang). Hal ini dikemukakan dalam huruf a konsiderans bahwa salah satu tujuan utama proses Gugatan Perwakilan Kelompok untuk menegakkan atas penyelenggaraan peradilan 3 Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 118.

sederhana, cepat, biaya ringan dan transparan agar akses masyarakat terhadap keadilan semakin dekat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem Class Action yang dianggap mampu mengefektifkan atau mengefisienkan proses penyelesaian perkara yang menyangkut kelompok yang banyak anggotanya. b. Mengefektifkan efisiensi penyelesaian pelanggaran hukum yang merugikan orang banyak Dikatakan dapat mengefektifkan efisiensi dari penyelesaian pelanggaran hukum yang merugikan orang banyak, karena melalui proses berperkara dengan gugatan perwakilan kelompok secara serentak atau sekaligus dan massal kepentingan kelompok, dibolehkan cukup hanya diajukan dalam satu gugatan saja. Gugatan perwakilan kelompok ini juga dapat ditempuh apabila ternyata mereka (anggota kelompok) memiliki fakta atau dasar hukum yang sama dan berhadapan dengan tergugat yang sama. Serta dapat dibandingkan apabila gugatan diselesaikan sendiri sendiri maka penyelesaian tidaklah efektif dan efisien, bahkan dimungkinkan terjadi putusan yang saling bertentangan. Seperti halnya di negara negara lain yang telah mempunyai prosedur gugatan class action, dalam tujuannya gugatan class action ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pihak yang menempuh dengan cara ini. Manfaat tersebut diantaranya : a. Agar proses berperkara lebih ekonomis dan biaya lebih efisien (judicial economi). Efisien disini bukan hanya bagi pihak penggugat saja namun juga bagi pihak tergugat. b. Memberikan akses pada keadilan (access to justice), dan mengurangi hambatan hambatan bagi penggugat individual yang pada umumnya berposisi lebih lemah untuk memperjuangkan haknya di pengadilan. c. Mengubah sikap pelaku dan menumbuhkan sikap jera bagi mereka yang berpotensi untuk merugikan kepentingan masyarakat luas. d. Penerapan gugatan perwakilan kelompok ini sejalan dengan ketentuan ketentuan yang diatur dalam kekuasaan kehakiman bahwa peradilan dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan.

e. Mencegah pengulangan proses perkara yang dapat berakibat putusan yang berbeda atau tidak konsisten antara pengadilan atau majelis hakim yang satu dengan majelis hakim yang lain, jika tuntutan tersebut diajukan secara individual. 2.2.2 Kritik yang timbul dari Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Meskipun gugatan class action memiliki banyak manfaatnya, namun seiring berjalannya waktu dan seiring digunakannya gugatan class action dalam sengketa perdata di Indonesia, menunjukkan bahwa gugatan class action tidak lepas dari kritikan kritikan antara lain : a. Bahwa dalam gugatan class action anggota kelas pada umumnya menerima ganti rugi yang jumlahnya kecil, atau sering kali berupa kupon belanja yang nilainya tidak berarti atau pemberian hasil produksi dari tergugat yang bertanggung jawab, jika dibandingkan dengan bagian wakil kelas atau pengacaranya (attorneys fee) sangat besar. b. Jika kesepakatan perdamaian (class settlement) dengan pihak tergugat dapat dicapai, anggota kelas hanya dapat menerima keuntungan yang sangat kecil dari hasil perdamaian tersebut. c. Penyelesaian sengketa melalui class action dirasa tidak adil bagi anggota kelompok yang tidak mengetahui adanya gugatan perakilan. III. KESIMPULAN Gugatan perwakilan kelompok (class action) yang ditempuh oleh suatu kelompok di dalam suatu upaya penyelesaian sengketa dilatarbelakangi suatu alasan asalan yang baik sesuai dengan tujuannya, yaitu lebih mengarah kepada penyederhanaan akses kepada masyarakat dalam memperoleh keadilan, serta mengefektifkan efisiensi penyelesaian pelanggaran hukum yang merugikan orang banyak. Melalui gugatan class action inilah diharapkan mampu untuk merealisasikan ketentuan ketentuan yang diatur dalam kekuasaan kehakiman, bahwa peradilan dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan, atau yang sering disebut sebagai asas Trilogi Peradilan. Namun disamping itu semua, dalam perjalanannya ditemukan kekurangan kekurangan yang menimbulkan kritik tersendiri untuk gugatan class action, mulai penentuan keanggotaan kelompok itu sendiri, sampai pada dari ganti rugi yang dirasa kecil dan tidak sesuai.

DAFTAR PUSTAKA Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harahap, M. Yahya, 2004, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta Nugroho, Susanti Adi, 2010, Class Action & Perbandingannya Dengan Negara Lain, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok