PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT

WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

KAJIAN HUKUM TERHADAP AKTUALISASI ASAS INDEMNITAS DALAM POLIS STANDAR ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA PT. ASURANSI RAMAYANA Tbk.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI DALAM HUKUM KEPERDATAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

TANGGUNG JAWAB SEWA MENYEWA RUMAH KONTRAKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

PEMBEBASAN KEWAJIBAN PENANGGUNG ASURANSI MEMBAYAR GANTI RUGI, DISEBABKAN OLEH KELALAIAN TERTANGGUNG*

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

JURNAL HUKUM PENERAPAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH PADA PIHAK TERTANGGUNG DALAM POLIS ASURANSI JIWA TERKAIT PENGAJUAN KLAIM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

POLIS ASURANSI JIWA YANG DIGADAIKAN SEBAGAI JAMINAN PINJAMAN PADA PERUSAHAAN SEQUIS LIFE

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap jasa Notaris tidak dapat dihindarkan karena

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PEMBATALAN PERJANJIAN MAATSCHAP YANG DIDIRIKAN TANPA JANGKA WAKTU DAN ATAS DASAR WANPRESTASI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Cet. 1. Jakarta : Sinar Grafika, 2009

BAB I PEMBUKAAN. keadaan tersebut menyertai kita di dalam melaksanakan kegiatan seharihari.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

UPAYA HUKUM TERHADAP PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA OLEH PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG GATSU. Komang Ayu Devi Natasia

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

Kata Kunci: Klaim, sengketa 1.

Oleh : Ni Putu Eni Sulistyawati I Ketut Sudantra. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB II ASURANSI PADA UMUMNYA. Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

A. Latar Belakang Masalah

I. METODE PENELITIAN. normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kerusakan alat-alat,

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI

PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PEMEGANG KARTU KREDIT TERHADAP ADANYA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH DEBT COLLECTOR

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

KAJIAN YURIDIS JUAL BELI HAK WARIS ATAS WARISAN YANG BELUM TERBAGI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Transkripsi:

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Penulisan ini membahas peran asuransi kepada perusahaan pengangkutan barang melalui darat yang mengalami kerusakan atau kehilangan barang. Permasalahan yang terjadi bahwa dalam pengangkutan barang melalui darat masih rentan akan resiko yang dapat menimbulkan kerusakan atau kehilangan barang yang diangkut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan peran asuransi dan bentuk ganti rugi kepada perusahaan pengangkutan apabila barang yang diangkut mengalami resiko yang mengakibatkan kerugian. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode normatif, dengan mengkaji dan menganalisis peraturan-peraturan tertulis yang ada dan berbagai literatur. Peran asuransi bagi perusahaan pengangkutan barang adalah sebagai pengalihan resiko atas barang yang diangkut. Bentuk ganti rugi yang dapat diberikan oleh perusahaan asuransi kepada perusahaan pengangkutan barang yaitu harga barang, laba yang diharapkan oleh perusahaan pengangkutan, dan segala macam utang pengeluaran yang masuk akal untuk melindungi barang yang diasuransikan. Kata Kunci: Pengangkutan Barang, Asuransi, Ganti Rugi Abstract This paper discusses the role of haulage insurance company to that take damage or loss of goods. Problems occur that the transport of goods by road still vulnerable to risks that could cause damage or loss of goods transportated. The purpose of this paper is to explain the role of insurance and restitution to the transport company if the transported goods run the risk that cause loss. Methods used in this paper is a normative method, by reviewed and analyzed the written regulations and literature related. The role of insurance for haulage company is a transfer of risk on goods transported. Compensation that can be awarded by the insurance company to the haulage company are price of goods, profit expected by the haulage company, and all kind of debt reasonable expenses to protect the insured properties. Key Words: Transportation of Goods, Insurance, Compensation I. PENDAHULUAN 1

Pengangkutan di Indonesia terdiri dari pengangkutan darat, laut, dan udara. Perjanjian pengangkutan merupakan suatu perjanjian dimana satu pihak mempunyai kewajiban untuk dengan aman membawa barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain, dimana pihak yang lainnya menyanggupi untuk membayar ongkos. 1 Pengangkutan barang adalah kegiatan pemindahan benda yang tidak bergerak dengan selamat sampai pada tempat tujuan oleh suatu perusahaan pengangkutan dengan menggunakan alat transportasi. Hal yang sangat mendasar dalam pengangkutan yaitu perjanjian antara pengangkut dan pemilik barang sebelum menyelenggarakan pengangkutan. Menurut ketentuan Pasal 189 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan perusahaan angkutan umum wajib untuk mengasuransikan tanggung jawabnya. Peran asuransi dalam pengangkutan barang menjadi sangat penting. Asuransi dalam pengangkutan timbul seiring dengan pengalihan resiko yang harus ditanggung pihak yang bersangkutan terhadap suatu kejadian yang tidak dapat diketahui kapan terjadinya. Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan peran asuransi dan bentuk ganti rugi kepada perusahaan pengangkutan apabila barang yang diangkut mengalami resiko yang mengakibatkan kerugian. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, dimana penelitian ini mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis yang ada dan berbagai literatur terkait dengan Peran Asuransi Kepada Perusahaan Pengangkutan Barang Melalui Darat Yang Mengalami Kerusakan Atau Kehilangan Barang. 2 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1.Peran Asuransi Dalam Pengangkutan Barang Melalui Darat Pengangkutan barang terjadi apabila terdapat kesepakatan antara pengguna jasa dengan perusahaan jasa, begitu pula dengan asuransi, asuransi timbul karena adanya 1 R. Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Cetakan VII, Alumni, Bandung, hlm. 69. 2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 15. 2

perjanjian antara perusahaan asuransi dan perusahaan pengangkutan dengan membayarkan sejumlah premi yang dibuat secara tertulis dalam suatu akta (polis). Polis merupakan tanda bukti tertulis suatu perjanjian asuransi. Pengertian asuransi atau yang sering disebut dengan pertanggungan diatur dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu suatu perjanjian dimana penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian karena suatu kerugian, kerusakan, maupun keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita tertanggung oleh suatu peristiwa yang tak tentu. Asuransi dalam pengangkutan melalui darat merupakan sarana memberikan perlindungan atau jaminan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainly) yang mengandung resiko yang dapat mengancam pihak pengangkut barang. Resiko merupakan suatu keadaan yang mengandung kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan. 3 Peran asuransi bagi perusahaan pengangkutan barang, yaitu: a. Mengadakan jaminan bagi barang angkutan (pengalihan resiko), yaitu mengambil alih sebagian atau seluruh beban resiko dari setiap pengiriman barang. b. Pembayaran ganti kerugian, jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (resiko berubah menjadi kerugian), maka kepada perusahaan pengangkutan yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian. c. Peran asuransi juga dapat dilihat dari segi ekonomi, yaitu sebagai lembaga yang mengumpulkan dana. Dalam praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh-sungguh terjadi, apabila selama pengangkutan barang tidak terjadi resiko atau kerugian, maka premi yang telah dibayarkan oleh perusahaan pengangkutan akan dikembalikan oleh perusahaan asuransi. 4 2.2.2.Bentuk Ganti Rugi Perusahaan Asuransi Kepada Perusahaan Pengangkutan Ganti rugi merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu asuransi seperti yang dijelaskan dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Unsur ini 39. 3 Junaedy Ganie, 2013, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 40. 4 Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, P.T Raja Grafindo Persaja, Jakarta, hlm. 3

menunjuk pada asuransi kerugian (loss insurance) yang obyeknya benda dan harta kekayaan. 5 Terkait dengan pengangkutan barang, maka obyek dari asuransi ini adalah barang angkutan itu sendiri, dimana apabila timbul kerugian akibat suatu resiko, perusahaan asuransi harus memberikan ganti rugi yang layak kepada perusahaan pengangkutan sesuai dengan perjanjian yang dibuat di dalam polis. Untuk kejelasan sistem ganti rugi, maka ketentuan yang akan diasuransikan harus ditulis secara jelas dalam polis asuransi. Dalam Pasal 15 dan 16 tentang Polis Standar Asuransi Pengangkutan Barang Indonesia dijelaskan untuk mendapatkan ganti rugi, pihak perusahaan pengangkutan wajib melaporkan adanya kerugian kepada perusahaan asuransi segera setelah kerugian terjadi. Selain itu pihak perusahaan pengangkutan juga harus dapat membuktikan bahwa perusahaan pengangkutan memang mempunyai kepentingan terhadap barang tersebut. 6 Perusahaan asuransi hanya mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian kepada perusahaan pengangkutan, artinya perusahaan asuransi tidak mempunyai hubungan dengan pengguna jasa pengangkutan. Besarnya ganti kerugian tidak boleh melebihi jumlah yang telah diasuransikan. Bentuk ganti rugi yang dapat diberikan oleh perusahaan asuransi kepada perusahaan pengangkutan barang, yaitu: a. Harga barang, termasuk semua biaya yang berhubungan dengan barang tersebut. b. Laba yang diharapkan oleh perusahaan pengangkutan. c. Segala macam utang pengeluaran yang masuk akal untuk melindungi barang yang diasuransikan. 7 Perusahaan asuransi wajib menyelesaikan pembayaran ganti rugi dalam waktu 30 hari semenjak adanya perjanjian tertulis dari pihak perusahaan pengangkutan dan perusahaan asuransi mengenai ganti rugi yang harus dibayar. 8 5 Junaedy Ganie, Op.Cit, hlm. 84. 6 Polis Standar Asuransi Pengangkutan Barang Indonesia, Available from: URL: www.aaui.or.id/index.php/regulasi/polis/polis-standar/114-polis-standar-asuransi-pengangkutan-barangindonesia, Diakses pada 20 Januari 2015. 7 Man Suparman Sastrawidjaja, Endang, 2010, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, dan Usaha Perasuransian), P.T. Alumni, Bandung, hlm.155-156. 8 Abdulkadir Muhammad, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan Ke V, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 124-126. 4

III. KESIMPULAN Peran asuransi bagi perusahaan pengangkutan barang, yaitu mengadakan jaminan bagi barang angkutan (pengalihan resiko), pembayaran ganti kerugian, dan lembaga pengumpul dana. Ganti rugi yang dapat diberikan oleh perusahaan asuransi kepada perusahaan pengangkutan barang yaitu harga barang, termasuk semua biaya yang berhubungan dengan barang tersebut, laba yang diharapkan oleh perusahaan pengangkutan, dan segala macam utang pengeluaran yang masuk akal untuk melindungi barang yang diasuransikan. DAFTAR PUSTAKA Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, P.T Raja Grafindo Persaja, Jakarta. Abdulkadir Muhammad, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan Ke V, Citra Aditya Bakti, Bandung. Junaedy Ganie, 2013, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Man Suparman Sastrawidjaja, Endang, 2010, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, dan Usaha Perasuransian), P.T. Alumni, Bandung. R.Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Cetakan VII, Alumni, Bandung. Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2010, Visimedia, Jakarta. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Polis Standar Asuransi Pengangkutan Barang Indonesia, Available from: URL: www.aaui.or.id/index.php/regulasi/polis/polis-standar/114-polis-standarasuransi-pengangkutan-barang-indonesia, Diakses pada 20 Januari 2015. 5