PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII (DEVELOPING GRUP ACTIVITY SHEET BY THE APPOARCH OF PMRI ON THE CURVE MATERIALS) Wagimun (agimamuba@gmail.com) Lestariningsih Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan bertujuan untuk menganalisis bagaimana kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran. Efektivitas pembelajaran yang meliputi: aktivitas siswa, respons dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Reakistik Indonesia (PMRI) pada materi bangun ruang sisi datar. Perangkat pembelajaran ini menggunakan model 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang dimodifikasi terdiri dari 4 tahap. Keempat tahap tersebut adalah tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan dan tahap penyebaran. Namun pengembangan perangkat dalam penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya lembar kerja siswa (LKS). Kata Kunci : Lembar Kerja Siswa (LKS), PMRI Abstract This research attemped to analyze the validity and simplecity of learning instrument. The learning effectifity was include student activities, respons, and final result along the learning process used mathematic of learning instrument which was developed with developing grup activity paper by the appoarch of PMRI on the curve materials. This research used 4-D model by Thiagarajan, Semmel and Semmel, which was modified, on 4 step is define step, design step, development step and disseminate step. But the development of this instruments were limited on development step. The instrument were just developed on grup activity sheet. Key Words : Grup Activity Sheet, PMRI 189
190 Pendahulan Kebanyakan siswa merasa kesulitan untuk mempelajari dan mengerjakan soal yang ada di Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini disebabkan karena materi matematika yang ada di LKS bersifat abstrak. Untuk itu perlu dipikirkan LKS yang dapat mengurangi kesulitan-kesulitan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menyusun / mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga materi matematika tidak bersifat abstrak. LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi panduan atau petunjuk untuk menemukan suatu konsep dari materi matematika. Fungsi LKS secara umum dalam pembelajaran diantaranya adalah melatih siswa menemukan konsep melalui pendekatan ketrampilan proses. Pendekatan ketrampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menemukan fakta-fakta, konsepkonsep, dan teori-teori dengan ketrampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Dengan menemukan konsep sendiri yang akan dipelajarinya, maka siswa akan benarbenar memahami suatu konsep tersebut dan akan lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa dari yang sangat penting dalam pembelajaran. Selama penyusunan LKS disamakan dengan penyusunan LKS tanpa mengurangi fungsi pokok dari LKS itu sendiri yakni menemukan konsep-konsep dalam materi yang akan dipelajari. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari adalah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI atau yang lebih dikenal dengan Realistic Mathematic Education (RME) pada awalnya dikembangkan di Belanda sekitar tahun 1971. Yang berdasarkan pendapat dari Freudenthal Institute, Utrecht University yang berpendapat bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri pengetahuan yang diperlukan (Gravemeijer, 1994). Aktivitas dalam pembelajaran PMRI sesuai dengan prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator (Lestariningsih, L., Putri, R. I. I., & Darmawijoyo, D.,2015).
191 Menurut Gravemeijer (1994) terdapat tiga prinsip dalam mendesain pembelajaran berdasarkan RME dan kemudian diadopsi menjadi prinsip PMRI, yaitu: 1) Guided reinvention and progressive mathematizing, 2) Didactical phenomenology, 3) Self-developed models. Selanjutnya Treffers (dalam Wijaya, 2008) menyatakan bahwa ada lima karakteristik RME yang kemudian di Indonesia menjadi karakteristik PMRI yaitu: 1. Phenomenological exploration or the use of contexts, 2. Using models and symbols for progressive mathematization, 3. Using students own construction and production, 4. Interactivity, 5. Intertwinement Pembelajaran matematika realistik diawali dengan fenomena yang ada di dalam dunia nyata, dan dipandang sebagai aktivitas manusia serta bukan produk yang sudah jadi Lestariningsih, L., Anwar, M., & Setiawan, A. M. (2015). Kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi dalam model matematika kemudian membuat jawaban atas model matematika tersebut. Setelah itu diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. 4. Formal 3.General 2. Referensial 1. Situational Gambar 1. Tahap-tahap dalam Emergent modeling
192 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa: Tahap dalam Emergent modeling bermula dari Tahap dasar, Tahap model atau strategi, Tahap penerapan, Tahap penyelesaian. Selama pembelajaran, sebelum siswa masuk pada sistem formal, terlebih dahulu siswa d ibawa ke situasi informal, misalnya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bagian yang sama (misalnya pembagian kue) sehingga tidak terjadi loncatan pengetahuan informal anak dengan konsep-konsep matematika (pengetahuan matematika formal). Setelah siswa memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru dikenalkan istilah pecahan. Ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional (bukan PMRI) di mana siswa sejak awal sudah dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan. Pembelajaran matematika realistik diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri (Lestariningsih&Awaluddin, A., 2014). Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. PMRI memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri siswa untuk menyelesaikan masalah, karena masalahnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa tentang konsep-konsep matematika karena konsep-konsep itu sendiri dibangun oleh siswa-siswa itu sendiri. Bangun Ruang Sisi Datar pada pokok bahasan Kubus dan Balok yang diajarkan pada siswa SMP kelas VIII semester genap. Peneliti memilih materi ini karena berdasarkan wawancara dengan Guru dan siswa, materi ini merupakan materi yang sulit bagi siswa. Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan, maka perlu dikembangkan suatu LKS yang memberikan alternatif dalam pembelajaran matematika. Pada penelitian ini dikembangkan LKS dengan pendekatan PMRI Hasil dan Pembahasan Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan, yaitu pengembangan LKS dengan pendekatan PMRI. Model pengembangan yang di gunakan adalah model
193 pengembangan perangkat menurut Thiagarajan, yaitu model 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan penyebaran (Determinate). Dalam penelitian ini dilakukan hanya sampai tahap pengembangan saja. Model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel (four D model) dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 2. Model Pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel Keterangan : = alur penelitian = batas pelaksanaan penelitian. Sumber : Buhari, 2010 Tahap pendefinisian ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pembelajaran. Ada 5 langkah pada tahap ini yaitu: a. Analisis Awal-Akhir, kegiatan analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran.
194 b. Analisis siswa, merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik ini meliputi latar belakang pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. c. Analisis konsep, analisis ini merupakan dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran. d. Analisis tugas, pengidentifikasian tugas/ keterampilan-keterampilan utama yang dilakukan siswa selama pembelajaran. e. Perumusan tujuan pembelajaran, tahap ini dilakukan untuk merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi indikator pencapaian hasil belajar Tahap Perencanaan terdiri dari dua buah kegiatan yaitu pemilihan format LKS dan desain awal LKS. Tahap Pengembangan ini dilakukan dengan cara a. Validasi LKS yang dilakukan oleh 2 validator yaitu 1 orang dosen pendidikan matematika STKIP PGRI Sidoarjo dan 1 orang guru matematika. b. Uji coba terbatas, dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan Masing masing pertemuan selama 2 jam pelajaran ( 80 menit ). Pada pertemuan pertama siswa mengerjakan LKS untuk materi luas permukaan Kubus dan balok. Pada pertemuan kedua siswa mengisi angket respons siswa. Setelah itu melakukan analisis terhadap hasil uji coba. c. Analisis hasil uji coba, di lakukan setelah selesai melaksanakan uji coba terbatas. Tabel 1. Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) No Aspek Rata-rata Keterangan 1 Format 3,5 Valid 2 Bahasa 3,2 Valid 3 Isi 2,9 Valid Rata-rata 3,2 Valid Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli validator sebesar 3,2. Dan pada kesimpulan akhir Ahli validator menyatakan LKS dapat digunakan dengan sedikit revisi dalam pembelajaran matematika. Tabel 2. Hasil Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
195 Perangkat Pembelajaran LKS Validator Nilai Keterangan 1 B Dapat digunakan dengan sedikit revisi 2 B Dapat digunakan dengan sedikit revisi Berdasarkan tabel 2, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang berupa LKS dapat digunakan dengan sedikit revisi dan dapat dikatakan praktis. Pada penelitian ini data diperoleh dari validasi LKS, lembar tes hasil belajar dan angket respons siswa (quisioner). Penggunaan lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan data sebagai kevalidan LKS yaitu dengan memberikan LKS yang dikembangkan beserta lembar validasi LKS kepada validator. Dalam lembar validasi tersebut terdapat kolom-kolom nilai, yang memiliki tujuan agar mempermudah para validator untuk menilai LKS yang telah dikembangkan. Kemudian validator diminta untuk memberikan penilaian terhadap LKS tersebut. Hasil validasi ini digunakan sebagai acuan untuk melakukan revisi. Penggunaan lembar tes hasil belajar siswa yang berupa soal uraian di gunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yaitu berupa nilai tes hasil belajar siswa. Nilai tes ini bernilai 10 poin nilai jika siswa mampu menjawab dengan benar dan dengan cara tepat ditiap 1 soal. Jika siswa tersebut hanya mengerjakan soal hanya setengah dari cara atau caranya benar tapi jawaban salah maka siswa akan mendapatkan 5 poin nilai. Jikalau siswa tidak mengerjakan maka nilai yang didapat siswa tersebut adalah 0 poin nilai. Data hasil belajar siswa di peroleh dari hasil pekerjaan siswa secara individu dalam menyelesaikan soal uraian. Tabel 3. Hasil Belajar Nomor Nama siswa Skor tes Tuntas/tidak tuntas 1 SH a 68 Tidak tuntas 2 SH b 77 Tuntas 3 SH c 80 Tuntas 4 SH d 85 Tuntas 5 SH e 90 Tuntas 6 SH f 80 Tuntas 7 SH g 75 Tuntas 8 SH h 90 Tuntas
196 9 SH i 69 Tidak tuntas 10 SH j 78 Tuntas Rata-rata 79,2 Tuntas Penggunaan angket ( quisioner ) di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa yaitu dengan memberikan angket kepada siswa setelah pembelajaran pada pokok bahasan kubus dan balok. Data yang di kumpulkan dari angket respons siswa adalah berupa tanggapan siswa terhadap LKS yang telah diujicobakan pada siswa. Tabel 4. Respons Siswa Pernyataan Jumlah %NRS Kriteria siswa Tampilan LKS menarik 10 72,5 Kuat LKS menambah motivasi 10 85 Sangat kuat Petunjuk LKS jelas dan mudah dipahami 10 85 Sangat kuat Bahasa yang digunakan mudah dipahami 10 72,5 Kuat LKS ini membuat saya lebih efektif belajar 10 80 Sangat kuat LKS dapat mendorong menemukan ide-ide 10 77,5 Kuat LKS membuat saya lebih terampil 10 77,5 Kuat LKS membuat saya lebih bersemangat 10 82,5 Sangat kuat LKS membuat saya lebih fokus belajar 10 77,5 Kuat LKS lebih mengarah ke permasalahan 10 77,5 Kuat Rata-rata 78,75 Simpulan Dalam proses pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan PMRI pada sub pokok bahasan luas permukan kubus dan balok yang dikembangkan dalam penelitian ini, diawali dengan masalah yang muncul ketika pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan bahasan luas permukaan banyak dialami oleh siswa, sehingga peneliti menganalisanya, adapun yang dianalisanya adalah (1) menganalisa masalah (kesulitan) yang timbul, (2) menganalisa konsep yang dituju, (3) menganalisa tugas serta (4) menganalisa tujuan pembelajarannya. Selain itu, peneliti juga merancang format LKS, desain LKS yang menarik bagi siswa, serta uji coba LKS tersebut sebelum diterapkan dalam kelas.
Daftar Rujukan Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta 197 Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Aksara Buhari, M.N. (2010). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Dengan RME pada materi Perbandingan Kelas VII. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya. IAIN. Dara, F.R. (2009). Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Balok dan Kubus di Kelas VIII SMPN 1 Nabire Ternate. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya. UNESA Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Jakarta. Depdiknas Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta. Depdiknas Fachruddin., A.D. 2011. Pengembangan LKS dengan Pendekatan PMRI pada Pokok Bahasan Persegipanjang dan Persegi untuk Siswa Kelas VII SMP. Skripsi tidak dipublikasikan, Surabaya. UNESA Ghazali, M. (2007). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Pendekatan PMRI pada Materi kesebangunan di Kelas IX SMPN 2 Kudus. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang. UNNES Grevemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrech Technipress of freudental institute Khabibah, S. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SD. Disertasi tidak dipublikasikan. Surabaya. UNESA. Laily, F.I. (2010). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbahasa Inggris dengan Pendekatan PMR pada Sub Pokok Bahasan Trapesium dan Jajargenjang di Kelas VII C RSBI SMPN 1 Madiun. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya. UNESA Lestariningsih, L., Anwar, M., & Setiawan, A. M. (2015). Investigating The Act Of Design In Discharge Concept Using PMRI. Journal on Mathematics Education, 6(02), 50-59. Lestariningsih&Awaluddin, A. (2014). Pengembangan LKK dengan Pendekatan PMRI pada Materi Limas dan Prisma Tegak. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 2(1), 1-8. Lestariningsih, L., Putri, R. I. I., & Darmawijoyo, D. (2015). The Legend of Kemaro Island for Supporting Students in Learning Average. Journal on Mathematics Education, 3(02). Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurwati. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas VII SMPN 32 Surabaya (Persegi panjang dan persegi). Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya UNESA Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Sudharta, I G.P. (2004). Matematika Realistik : Apa dan bagaimana?. Singaraja : FMIPA IKIP Negeri Singaraja. (Online) http://www.depdiknas.go.id/jurnal/38/matematika%20realistik. (diakses tanggal 12 Juli 2012)
198 Sudjana. (2005). Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Suhartin, P.R. 2008. Pembelajaran Metematika Realistik Materi Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 1 Jabon. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya IAIN. Zulkadi. 2001. Makalah Realistic Mathematics Education (RME). Bandung : Jurusan matematika UPI Bandung (Online) www.geocities/athens/crete/12336. [dalam skripsi Ika, F. 2005. Efektifitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan RME Untuk Mengajarkan Pokok Bahasan SPLDP. Semarang. Skripsi tidak diterbitkan]