BAB I PENDAHULUAN. bisa kita hindari. Revolusi di berbagai bidang baik dalam bidang teknologi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. internasional begitu cepat dan dekat. Sekat-sekat geografis menjadi lebih cair.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

KENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. luhur kpribadian, yang dilaksanankan secara sistematis dan terperogram.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan tidak dapat diperoleh begitu saja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB IV PENUTUP. 2. siswa mempunyai sikap untuk menghargai dan mencintai segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

Membangun Karakter Kreatif pada Siswa Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Pembuatan Kerajinan Recycle

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang telah ada saat ini adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Revolusi di berbagai bidang baik dalam bidang teknologi, informasi komunikasi, transportasi dan lainnya memberikan kemudahan kepada umat manusia untuk mengetahui segala sesuatu dalam hitungan menit bahkan detik. Globalisasi telah mampu menembus ke segala penjuru dunia, dari pusat kota hingga daerah terpencil, membawa dampak positif maupun negatif. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prioritas utama di era globalisasi saat ini. Negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, Singapura, Cina telah berlari sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam menghadapi persaingan global. Berlomba-lomba sebagai produsen yang memberikan penawaran pelayanan produk yang beraneka macam dan kualitas. Sedangkan Indonesia masih jauh dibawah negara-negara tersebut. Indonesia masih sebagai bangsa konsumen, mengimpor berbagai produk luar negeri. Hal ini disebabkan karena sumber daya manusia Indonesia masih tetinggal dari negara maju sehingga berbagai produk yang dihasilkan sebagian besar belum mampu untuk bersaing dalam persaingan global. Globalisasi membawa dampak yang nyata bagi kehidupan. Kompetisi, integrasi, dan kerja sama adalah dampak positif globalisasi. Lahirnya generasi instan (generasi now, sekarang, langsung bisa menikmati keinginan tanpa proses

2 perjuangan dan kerja keras), dekadensi moral, dan konsumerisme, bahkan permisifisme adalah sebagian dampak negatif globalisasi 1. Media informasi dan komunikasi seperti televisi, internet, majalah, koran, handphone dan lain-lain telah menyebar hingga daerah-daerah pedesaan. Berbagai hal yang dulu dianggap tabu kini telah dianggap biasa saja, kemudahan akses berbagai informasi telah menjadikan manusia memiliki budaya instan, terlena dengan menuruti seluruh kehendaknya, tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Dengan demikian, moralitas menjadi longgar, karakter generasi penerus bangsa menjadi rapuh, mudah terbawa ke dalam kondisi tertentu, masuk kedalam budaya asing yang melenakan, perlahan budaya bangsa akan hilang. Tugas Indonesia saat ini adalah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan di dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadian manusia sesuai nilainilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam setiap individu. Karena dengan adanya pendidikan yang baik diharapkan dapat mengangkat kualitas dan memberi kesadarn diri untuk dapat dan menuju kepada sebuah kebahagiaan dan kesempurnaan hidup 2. Dunia pendidikan sebagai tempat untuk menempa setiap generasi penerus bangsa, menjadikan generasi yang ulet, 1 Jamal Ma mur Asmani, Buku Panduan Intenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 7 2 Baharuddin, Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), hlm. 226

3 tangguh, dan berkarakter sehingga siap menghadapi perkembangan dimasa yang akan datang. Menurut Ali Ibrahim Akbar, praktik pendidikan di Indonesia masih cenderung berorietasi pada pendidikan berbasis hard skill (ketrampilan teknis), yang lebih bersifat mengembangkan Intelligence quotien (IQ), sedangkan emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ) sangat kurang 3. Pendidikan di berbagai sekolah bahkan perguruan tinggi, lebih menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun ujian. Banyak pandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetensinya apabila memiliki hasil ulangan atau ujian yang tinggi. Inilah realitas yang masih mengakar hingga saat ini. Peserta didik saat ini, telah menerobos norma-norma yang ada. Berbagai cara dilakukan agar mendapatkan nilai yang tinggi, melanggar aturanaturan yang seharusnya ditaati. Mengikuti gaya hidup bangsa lain, selalu ingin memenuhi kehendaknya secara instan. Kemudahan akses internet telah menyajikan tayangan yang seharusnya dihidari, menjadikan manusia yang selalu bergantung, kreatifitas dan sifat optimis menjadi lemah. Pendidikan agama kurang diminati, bahkan pendidikan agama yang seharusnya sebagai dasar pendidikan moral dilaksanakan hanya karena tuntutan akan nilai semata. Demoralisasi dan degradasi pengetahuan telah menjangkiti generasi muda Indonesia. Ketika modernisasi telah menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan serba mewah, setiap orang yang memiliki keuangan cukup bisa 3 Jamal Ma mur Asmani, Buku Panduan Intenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 22

4 membeli dan menikmati apa yang dibutuhkan. Mayoritas masyarakat saat ini sangat konsumtif. Orang tua sering memanjakan anak dengan memberikan berbagai fasilitas tanpa melihat efek yang akan timbul. Menuruti segala keinginan dengan cepat dan praktis, menjadikan generasi yang muncul akan bermental manja. Dengan demikian, diperlukan adanya pendidikan karakter yang kuat. Apabila karakter generasi penerus bangsa lemah, maka dengan mudah bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mudah dijajah oleh bangsa lain. Pendidikan berbasis hard skill, soft skill dan ekstrakurikuler harus dilaksanakan secara seimbang agar menghasilkan lulusan yang sesuai dengan harapan di masa yang akan datang. Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ayat 1 (satu) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 4. Amanah tersebut apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, akan lahir generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter. Martin mengatakan bahwa kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya 5. 4 Undang-udang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 5 Jamal Ma mur Asmani, Buku Panduan Intenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 29

5 Untuk mendapatkan kualitas peserta didik yang berkarakter kuat diperlukan proses pendidikan yang serius, kreatif, konsisten dan bersungguh-sungguh. Sementara itu, menurut Jamal Ma mur Asmani, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru untuk memengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya 6. Guru memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Menanamkan nilai-nilai karakter yaitu nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Karena peran guru dalam pendidikan sangat penting, maka setiap guru dituntut untuk menjadi profesional. Guru harus memiliki kreatifitas dalam mengelola pembelajaran agar bisa mengajar secara efektif, efisien dan berkualitas. Pendidikan diselenggarakan dengan satu tujuan mendasar, yaitu untuk menciptakan manusia yang berdaya upaya tinggi, kreatif, inovatif, serta mampu menjawab tantangan zaman dengan baik. Berbagai fenomena tentang remaja saat ini, muncul setiap hari. Kenakalan remaja yang masih dalam usia sekolah marak terjadi. Tawuran, perkelahian, narkoba, pornografi, begal, curanmor, balap liar, ugal-ugalan di jalanan dan lain-lain terjadi dimana-mana. Ini terjadi karena buruk pendidikan yang diberikan terutama keluarga dan lingkungan tempat bergaul anak. 6 Jamal Ma mur Asmani, Buku Panduan Intenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), cet. IV, hlm. 31.

6 Dari berbagai kejadian yang muncul seperti di atas, peran guru sangat menentukan untuk memberi pengetahuan dan penyadaran kepada siswa. Penanaman karakter melalui berbagai tindakan guru sangat efektif. Guru harus mampu menjadi teladan bagi siswa. Mampu memberi motivasi, membangkitkan semangat para siswa. Menjadi inspirasi, dan mampu mengevalusai. Namun saat ini guru yang seharusnya menjadi teladan terkadang kurang memperhatikan tindakannya sendiri. Contoh kecil, guru seringkali datang terlambat, merokok di sekolah. Padahal, guru yang seharusnya digugu dan ditiru memberikan contoh yang berlawanan dengan pendidikan karakter itu sendiri. Pada usia dari anak-anak hingga remaja. Anak lebih cenderung meniru dan lebih kritis. Contoh lain dalam bidang agama adalah waktu sholat berjamaah, hanya sebagian kecil guru yang mengikuti. Jadi bagaimana langkah guru untuk mewujudkan pendidikan karakter yang telah menjadi tujuan utama seperti yang tertuang dalam undang-undang. Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning merupakan objek penelitian ini. Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning dipilih karena sekolah ini merupakan sekolah yang belum lama dibangun dengan bantuan dana dari Perusahaan Gas Negara (PGN). Sebelumnya sekolah ini sangat memprihatinkan. Kondisi sekolah yang tidak layak untuk disebut gedung sekolah. Pendidik yang ada 90% (Sembilan puluh persen) bukan pegawai negeri sipil (PNS) atau sering disebut dengan sukwan (sukarelawan) dengan gaji minim

7 namun tetap melaksanakan kewajiban sebagai pendidik untuk memajukan pendidikan saat ini. Sebagai sekolah yang baru, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dengan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang didalamnya terdapat muatan pendidikan karakter. Diharapkan mampu membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki keseimbangan kemampuan baik dalam kemampuan akademik, emosional, dan spiritual yang baik. Pendidikan Madrasah Tsanawiyah merupakan pendidikan tingkat lanjutan. Peserta didik telah memiliki modal kemampuan dan ketrampilan yang diperoleh dari sekolah dasar. Kemampuan yang telah dimiliki tersebut akan lebih baik jika terus dikembangkan di sekolah tingkat lanjut. Peran guru sangat dibutuhkan untuk membantu mengembangkan ketrampilan dan kemampuan masing-masing peserta didik sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki termasuk karakter masing-masing. Tanpa adanya peran guru, peserta didik bisa saja mengikuti arus perkembangan kearah yang kurang baik. Jika hal ini terjadi, maka bukan semakin baik karakter peserta didik namun sebaliknya, menjadi generasi yang semakin terpuruk. Peran guru dalam pendidikan karakter di Madarasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning sangat dibutuhkan, mengingat karakter tiap-tiap peserta didik belum terbentuk sepenuhnya. Guru di sekolah ini diharuskan mampu untuk menbentuk dan menumbuhkan karakter masing-masing peserta

8 didik. Kurangnya peran guru akan menghambat perkembangan karakter dan akan menjadi tidak maksimal. Tidak terkendalinya perilaku siswa merupakan buruknya pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa. Siswa seringkali melanggar norma yang ada, kurang menghormati guru dan perilaku buruk seringkali tampak. Disini, dibutuhkan peranan guru yang besar terhadap peserta didik untuk membantu mengembangkan, mengolah, dan memperbaiki perilaku sehingga diharapkan dengan adanya peran guru yang besar peserta didik akan memeiliki karakter yang baik dan kuat. Kondisi sosial dan ekomoni orangtua siswa pedesaan saat ini dalam taraf menengah bawah, serta rendahnya pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Dengan demikian, peran guru merupakan hal terpenting dan paling mempengaruhi dalam menumbuhkan karakter peserta didik. Dengan adanya beberapa hal diatas maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter di madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning Kecamatan Tegalombo kabupaten Pacitan B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disajikan diatas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning?

9 2. Bagaimana peran guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning? 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1. Pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning. 2. Peran guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning. 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kemuning. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang berupa pengertian mendalam tentang peran guru dalam pendidikan karakter di Mts Muhammadiyah Kemuning akan bermanfaat sebagai berikut: 1. bagi penulis yakni untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam kepenulisan karya ilmiah, peran guru, kendala serta upaya yang dianggap efektif dalam pendidikan karakter di sekolah. 2. Bagi lembaga pendidikan, bisa digunakan untuk memberikan masukan penting untuk memperluas pandangan dalam pendidikan karakter di sekolah.