BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri, sehingga manusia memiliki derajat yang lebih

I. PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

1. PENDAHULUAN. Arus modernisasi dan globalisasi membawa dampak massal, yang sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

I. PENDAHULUAN. dan hal ini menunjukkan betapa eksisnya kesadaran primordial dalam kehidupan

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain atau naluri gregariousness. Dalam masyarakat ini berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Semua itu dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani. Agar tercipta kehidupan bersama yang tertib dan tenteram, maka diperlukan suatu batasanbatasan atau kaidah-kaidah yang mengatur pola tingkah laku individu. Batasan-batasan atau kaidah-kaidah ini merupakan hasil kesepakatan bersama dari individu-individu dalam masyarakat berupa nilai dan norma sosial. Nilai dan norma sosial merupakan bentuk mekanisme pengendalian sosial (mechanism of social control). Menurut J. S. Roucek dalam Soerjono Soekanto (2002:60) mekanisme pengendalian sosial adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk melakukan proses yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak atau bahkan memaksa para warga masyarakat agar menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa agar hubungan

antar individu berjalan harmonis dan keberadaannya diakui oleh masyarakat sekitar maka manusia harus tunduk pada aturan yang ada dalam masyarakat, yaitu norma adat. Peraturan-peraturan ini terlahir dari adanya sebuah pembiasaan secara terus-menerus yang kemudian membudaya dan dianggap baik dalam masyarakat sehingga disebut dengan adat istiadat. Adat istiadat setelah melalui proses yang cukup lama akan menjadi sebuah tradisi dari generasi ke generasi. Dimana tradisi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, di dalamnya terdapat informasi, pandangan-pandangan berupa gambaran sikap dan perilaku manusia yang diteruskan secara turun-temurun. Namun sering sekali adat istiadat yang telah diyakini oleh masyarakat dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga lama kelamaan adat istiadat tersebut ditinggalkan oleh masyarakat. Dan jika adat istiadat tersebut masih dipertahankan, maka kemungkinan telah mengalami perubahan. Negara Indonesia dengan letak geografis sebagai negara kepulauan, memiliki aneka ragam adat dan budaya yang tersebar di seluruh tanah air. Dimana dalam setiap daerah tentu memiliki adat dan budaya masing-masing. Keanekaragaman ini menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Walaupun di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman saat ini. Setiap suku bangsa mengenal istilah perkawinan, namun cara yang diterapkan tentu tidak sama antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain sesuai dengan tradisi yang berlaku dalam kehidupan masyarakat tersebut. Dalam hal ini yang menjadi pokok bahasan penelitian adalah adat istiadat atau tradisi perkawinan masyarakat suku Jawa Tengah. Menurut Anne Ahira (2009:1) awa Tengah hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat suku Jawa Tengah masih sering digunakan dalam

berbagai kegiatan masyarakat. Mulai dari masa kehamilan hingga kematian Semua sendi kehidupan masyarakat suku Jawa Tengah tidak terlepas dari adat istiadat yang memang Dalam hal perkawinan, masyarakat suku Jawa Tengah percaya akan adanya hari yang baik untuk melaksanakan perkawinan. Hari baik tersebut, biasanya berpatokan pada buku primbon Jawa. Selain itu juga terdapat berbagai macam adat dan upacara yang ditentukan oleh beberapa syarat yang telah diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Mulai dari saat mencari jodoh sampai diberlakukannya upacara perkawinan. Dari serangkaian proses adat dan upacara perkawinan tersebut, salah satunya adalah pelaksanaan tradisi pingitan. Dari hasil wawancara pra penelitian pada hari Sabtu 20 November 2010 di desa Bumi Raharjo, salah satu tokoh masyarakat Bapak Keman Hardjopranoto (80 th) menjelaskan bahwa tradisi pingitan tidak hanya berlaku di daerah Jawa Tengah sebagai tempat lahirnya kebudayaan pingitan, namun diterapkan juga di daerah Lampung. Hal ini dikarenakan banyak suku Jawa yang bertransmigrasi ke Lampung sehingga secara otomatis membawa kebudayaan dari daerah asalnya. Menurut Bapak Keman, dahulu tradisi pingitan dilaksanakan selama 40 hari sedangkan untuk saat ini tradisi pingitan dilaksanakan selama 7 hari atau beberapa hari sebelum upacara perkawinan. Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan tradisi pingitan yaitu untuk mempersiapkan kondisi fisik dan mental calon pengantin wanita. Dengan cara melakukan puasa (dahulu : pati broto), belajar mengerjakan pekerjaan rumah tangga, melakukan luluran, dan lain-lain. Masyarakat dahulu juga memandang pelaksanaan tradisi pingitan merupakan suatu bentuk penjagaan terhadap calon pengantin dari fitnah dan berbagai macam godaan.

Sehingga calon pengantin dilarang saling bertemu dan keluar rumah. Namun saat ini calon pengantin menganggap pelaksanaan tradisi pingitan merupakan suatu bentuk pengekangan terhadap segala aktivitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan dan observasi di desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah diketahui bahwa di desa tersebut terdiri dari berbagai macam suku, yang didominasi oleh suku Jawa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 jumlah penduduk desa Bumi Raharjo berikut ini : Tabel 1: Jumlah Penduduk Desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah Menurut Jenis Kelamin No. Suku Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase 1. Jawa 1574 1368 2942 98,7 % 2. Lampung 11 9 20 0,7 % 3. Cina 6 4 10 0,3 % 4. Sunda 4 6 10 0,3 % Jumlah 1595 1387 2982 100 % Sumber : Data Primer Desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa desa Bumi Raharjo dihuni oleh berbagai macam suku, dengan jumlah penduduk 2982. Jumlah suku yang paling mendominasi adalah suku Jawa dengan jumlah 2942 orang (98,7 %). Sedangkan untuk penduduk asli atau suku

Lampung sebanyak 20 orang (0,7 %), keturunan Cina dan suku Sunda sebanyak 10 orang (0,3 %). Suku Jawa merupakan penduduk yang paling mendominasi desa Bumi Raharjo, hal ini dikarenakan pada tahun 1953 desa Bumi Raharjo merupakan salah satu daerah tujuan transmigrasi dan kebanyakan transmigran atau pendatang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari tabel 1 halaman 5, peneliti mencoba mengaitkan dengan tabel di bawah ini : Tabel 2: Jumlah warga masyarakat yang melaksanakan perkawinan dan melaksanakan tradisi pingitan di desa Bumi Raharjo Tahun 2010 No. Nama Dusun Jumlah Perkawinan Jumlah Perkawinan dengan menggunakan tradisi pingitan 1. Dusun I 13 3 2. Dusun II 14 4 3. Dusun III 14 6 4. Dusun IV 12 4 5. Dusun V 15 4 6. Dusun VI 12 3 Jumlah 80 24 Sumber : Data Primer Desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah warga masyarakat yang melaksanakan perkawinan di desa Bumi Raharjo pada tahun 2010 berjumlah 80 perkawinan. Sedangkan jumlah perkawinan yang menggunakan tradisi pingitan berjumlah 24 perkawinan. Hal ini menandakan bahwa pelaksanaan tradisi pingitan dalam perkawinan adat Jawa Tengah sudah mulai ditinggalkan.

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab pelaksanaan tradisi pingitan mulai ditinggalkan oleh masyarakat, antara lain : a. Budaya dari luar (Modernisasi) b. Perubahan pola pikir masyarakat c. Rendahnya pemahaman masyarakat Berdasarkan uraian di atas, maka dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian, dikarenakan pelaksanaan tradisi pingitan mulai ditinggalkan oleh masyarakat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Pelaksanaan Tradisi Pingitan Pada Calon Pengantin Dalam Perkawinan Adat Jawa Tengah Di Desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Beberapa faktor penyebab terjadinya pergeseran tata cara pelaksanaan tradisi pingitan pada perkawinan adat Jawa Tengah yaitu : a. Budaya dari luar (Modernisasi) b. Rendahnya pemahaman masyarakat c. Perubahan pola pikir masyarakat 2. Terjadinya pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergesaran pelaksanaan tradisi pingitan 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan? 2. Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan? 1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan. 2. Untuk menganalisis faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan 1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep Ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berkenaan dengan upaya

membina pengetahuan, keterampilan dan watak/karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, baik di sekolah maupun masyarakat. 1.5.2.2 Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memperluas pengetahuan penelitian sehubungan pelaksanaan tradisi pingitan pada calon pengantin dalam perkawinan adat Jawa. 2. Sebagai bahan informasi dan sumber pengetahuan bagi masyarakat khususnya masyarakat suku Jawa Tengah tentang adat perkawinan dengan tradisi pingitan. 3. Sebagai referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama. 4. Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I Menunjukan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, KD 1.3 Menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan wilayah kajian Pendidikan Nilai Moral dan Pancasila, karena kajian ini berkaitan dengan upaya membina pengetahuan, keterampilan dan watak/karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, baik di sekolah maupun di masyarakat. Wilayah kajian ini menempatkan nilai moral dalam aspek perilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. 1.6.2 Ruang Lingkup Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah warga masyarakat yang sudah menikah dengan menggunakan tradisi pingitan di desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. 1.6.3 Ruang Lingkup Objek Objek dari penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tradisi pingitan dalam perkawinan adat Jawa Tengah. 1.6.4 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ini dilaksanakan di desa Bumi Raharjo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah 1.6.5 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkanya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP UNILA sampai dengan selesai