BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PUISI SAWÉR TURUN TANAH DI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Setiap suku bangsa memiliki adat dan tradisinya yang berbeda-beda sesuai

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

MANTRA PENGASIHAN: TELAAH STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN PROSES PEWARISANNYA

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara lain: a) Analisis struktur terdiri atas bentuk dan formula bahasa

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

PERANAN MAGIS JANGJAWOKAN NYADARKEUN DALAM SENI TRADISI REAK HELARAN DI KECAMATAN CIBIRU KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 SIMPULAN 5.1 Struktur Teks Ridwan Nugraha F, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat. Sastra merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB III METODE PENELITIAN

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: penampilan dambus Gambar 2: penjelasan alat musik dambus Gambar 3: alat musik dambus Gambar 4: senar

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

MANTRA SINGLAR: STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, PROSES PENCIPTAAN, DAN FUNGSI DI DESA SUNDAMEKAR, CISITU, SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

ABSTRAK ANALISIS WACANA KRITIS KIDUNG RUMĚKSA ING WĚNGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puisi rakyat merupakan salah satu genre folklor lisan. Puisi rakyat memiliki arti sebagai kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama (Danandjaja, 2007:46). Di Indonesia banyak suku yang memiliki puisi rakyat, seperti suku Jawa memiliki puisi rakyat yang harus dinyanyikan atau ditembangkan. Puisi itu dapat diklasifikasikan ke dalam golongan sinom, kinanti, pangkur, dan durma. Selain itu, ada suku Sunda yang sama-sama memiliki puisi rakyat yang harus dinyanyikan saat penuturannya, yaitu puisi sawér. Menurut Hadish (1986:2) puisi sawér, yaitu semacam puisi yang penyampaiannya dilakukan dengan cara ditembangkan atau dilagukan. Puisi sawér merupakan salah satu puisi rakyat yang masih dipakai hingga saat ini, khususnya di daerah Jawa Barat. Selain itu, puisi sawér merupakan bagian dari adat budaya Sunda yang diwariskan secara turun temurun, dari mulut ke mulut, dan sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat Sunda. Puisi sawér biasanya berbentuk pupuh, yang memiliki patokan tertentu dalam jumlah suku kata, jumlah kalimat dalam satu bait, dan bunyi akhir pada setiap baitnya. Mengikuti R.I Adiwidjaja (dalam Hadish, 1986:9-10) bahwa acuan pupuh terdiri atas guru wilangan, guru lagu, dan pedotan. Guru wilangan, yaitu jumlah kalimat dalam satu bait pupuh, dan jumlah kata dalam satu kalimat. Guru lagu, yaitu bunyi akhir tiap kalimat. Serta pedotan, yaitu pemenggalan kalimat sesuai penghentian suara waktu melagukannya. Yus Rusyana (dalam Hadish, 1986:9) menyebutkan bahwa sawér ada yang berbentuk syair, yakni yang mempunyai empat larik, suku kata setiap larik berjumlah delapan, dengan sajak akhir a-a-a-a, a-a-a-b, atau a-b-b-b sehingga sawér merupakan puisi yang tidak bebas atau terikat. Puisi sawér memiliki beberapa jenis, diantaranya yaitu sawér kandungan, sawér anak, sawér turun tanah, sawér khitanan, sawér pengantin, sawér pelantikan, dan sawér ganti nama. 1

2 Dari jenis-jenis sawér tersebut, sebagian besar sudah jarang dilakukan. Namun, di Desa Tanjungjaya tradisi sawér masih dilakukan, terutama sawér untuk selamatan anak. Sawér selamatan anak merupakan sebuah upacara ritual masyarakat Desa Tanjungjaya yang dalam upacaranya terdapat upacara sawér turun tanah. Dalam masyarakat Sunda, upacara sawér turun tanah dilaksanakan setelah lepas tali pusat, setelah empat puluh hari, atau setelah anak mulai bisa berdiri (Hadish, 1986:19). Menurut A. Prawirasuganda (1982:55) upacara sawér turun tanah ini ada yang memakai keramaian besar-besaran. Malam harinya anak dijaga oleh orang tua. Pagi-paginya anak dimandikan dan didandani, lalu digendong oleh dukun anak sambil menjinjing kanjut kundang, yakni kantung dari kain yang berisi berbagai rempah kelengkapan obat anak, membawa pisau dan lempuyang, kemudian turun ke halaman sambil dipayungi, setelah itu mengelilingi rumah, halaman, dan kebon alas. Selanjutnya, dukun anak membuat silang di tanah, tanahnya dicungkil sedikit, lalu dimasukan ke dalam kanjut kundang, kemudian anak diinjakan kakinya ke tanah. Upacara sawér turun tanah di Dusun Karang Anyar Desa Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis (DKADTKRKC) tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan A. Prawirasuganda. Hanya saja tidak semua masyarakat di Desa ini melakukan keramaian besar-besaran. Namun, walaupun begitu dalam upacara sawér turun tanah selalu ada upacara nyawér, biasanya dihadiri oleh sanak keluarga, kerabat dekat, dan tetangga. Pada era ini sudah jarang sekali orang memahami apa fungsi sebenarnya dari puisi sawér turun tanah (PSTT) tersebut. Seperti pendapat Taxtor (dalam Hadish, 1986:15), bahwa kata-kata berupa syair yang diucapkan dalam suatu upacara dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan tertentu dan didapatkan melalui kontak dengan roh-roh yang memegang peran dalam kosmos. Jadi, apabila dalam nyawér itu digunakan kata-kata yang dianggap mempunyai kekuatan magis, doa, mantra, atau puisi yang berwujud sebagai puisi sawér, puisi itu fungsinya sebagai alat penyampaian kehendak, yang dimaksudkan untuk memohon perlindungan, keselamatan, kebahagiaan, ketentraman, kesejahteraan bagi orang-orang yang datang ke upacara sawér tersebut; anak, orang tua anak,

3 dan masyarakat yang hadir. Masyarakat di Desa Tanjungjaya pada umumnya masih mengenal adat nyawér, tapi sayangnya sebagian besar dari mereka kurang tahu fungsi sawér yang sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa fungsi dari PSTT merupakan sebuah hiburan semata. Bahkan ada sebagian masyarakat yang tidak mengerti maksud dari puisi sawér tersebut, karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang sudah jarang dipakai oleh masyarakat penuturnya. Selain menganggap nyawér itu sebuah hiburan, masyarakat Desa Tanjungjaya biasanya senang mengikuti upacara nyawér, karena dalam proses upacaranya itu juru sawér atau keluarga anak yang diselamatkan, akan menaburkan beras, kunyit, uang, dan permen kepada peserta nyawér, sehingga peserta sawér yang biasanya dihadiri keluarga, sanak keluarga, dan tetangga dekat akan berebut memungut uang atau permen yang ditaburkan tersebut. Dampak dari adanya perkembangan IPTEK dalam berbagai ranah kehidupan pun mempengaruhi keberlangsungan upacara sawér turun tanah di Desa Tanjungjaya. Indung beurang (dukun anak) yang ada di Desa ini hanya tersisa satu yaitu Mak Carsih. Masyarakat sekitar sudah jarang ada yang meneruskan profesi ini dan lebih memilih bekerja ke luar daerah. Kalaupun ada yang mempunyai keinginan menjadi seorang indung beurang, mereka memilih menjadi seorang Bidan. Biasanya mereka melanjutkan pendidikannya ke Kebidanan, sedangkan dalam upacara sawér turun tanah yang membacakan sawér biasanya seorang indung beurang. Tidak adanya generasi penerus atau yang akan meneruskan upacara sawér turun tanah menjadi sebuah masalah untuk kelangsungan upacara sawér ini kedepannya. Beberapa penelitian mengenai sawér sudah banyak dilakukan diantaranya Yus Rusyana yang pernah menyusun Bagban Puisi Sawér Sunda yang dipublikasikan oleh Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (1971). Penelitiannya mengemukakan tentang arti perkataan sawér, hubungan dengan upacara sawér dengan tindak magis, fungsi puisi sawér, macamnya, dan isinya serta aturan ikatan, dan contoh 26 buah teks sawér. Selain itu, penelitian lain dilakukan oleh Yetty Kusmiaty Hadish, dkk berjudul puisi sawér bahasa sunda (1986) yang diterbitkan oleh pusat pembinaan

4 dan pengembangan bahasa. Penelitiannya yakni berisi tentang latar sosial budaya puisi sawér, teks puisi sawér serta terjemahannya, dan teks puisi sawér tanpa terjemahan yang tidak dianalisis. Dalam penelitian yang dilakukan Hadist, dkk menurut jenisnya ditemukan puisi sawér tingkeban sebanyak satu data, puisi sawér ganti nama satu data, puisi sawér anak empat data, puisi sawér pelantikan lima data, puisi sawér khitan 14 data, dan data yang paling banyak adalah puisi sawér pengantin sebanyak 55 data. Dalam penelitian yang dilakukan Hadist, dkk penulis menemuka 4 puisi sawér anak dan yang paling mendekati yaitu dari Tasikmalaya, teks puisi sawér tersebut hampir sama dengan teks PSTT di Desa Tanjungjaya karena bentuknya berupa syair. Puisi sawér tersebut memiliki beberapa perbedaan, seperti dalam jumlah bait. Puisi sawér di Desa Tanjungjaya terdiri atas 35 bait, sedangkan puisi sawér dari Tasikmalaya terdiri atas 12 bait. Dalam segi bentuk puisi sawér yang ada di Tasikmalaya dan di Desa Tanjungjaya memiliki sedikit persamaan, terlihat dari bentuknya yang lebih teratur, yaitu terdiri atas empat larik setiap baitnya. Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Yetty Kusmiaty Hadish, dkk hanya menganalisis dari segi bentuk, isi, bahasa dan penilaian terhadap teks sawér tersebut. Penelitian tersebut belum sampai pada analisis fungsi sawér pada masyarakat penuturnya dan makna yang terkandung dalam puisi sawér tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Nenden Rizky Amelia, mahasiswa Universitas Pedidikan Indonesia angkatan 2006 yang menganalisis puisi sawér sunatan di Desa Cangkorah Batujajar. Dalam penelitiannya analisis yang dilakukan hanya sampai pada analisis fungsi. Teks sawér sunatan terdiri atas 19 bait dan 75 larik yang di dalamnya terdiri atas tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks sawér sunatan selain ada bentuk yang bercorak syair, ada juga beberapa penyimpangan pada larik dan baitnya. Hasil analisis sintaksis sawér sunatan dari 19 bait menjadi 29 kalimat. Pada analisis formula bunyi terdapat rima akhir, rima anapora, rima dalam, dan rima mutlak. Dalam proses penciptaan teks sawér sunatan dituturkan dengan cara terstruktur, sedangkan dalam konteks penuturan teks puisi sawér sunatan dituturkan ketika upacara sawér sunatan berlangsung.

5 1.2 Identifikasi Masalah Sebelum merumuskan masalah, terlebih dahulu harus mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada upacara sawér turun tanah. Identifikasi masalah tersebut meliputi: - Penutur atau juru sawér; - Profesi indung beurang saat ini; - Kesadaran masyarakat dalam melestarikan upacara sawér turun tanah; - Proses penciptaan PSTT pada saat upacara berlangsung; - Konteks pertunjukan PSTT yang sudah jarang dilakukan; - Fungsi PSTT terhadap anak yang diselamatkan, keluarga, dan peserta sawér; dan - Makna yang terkandung dalam teks PSTT. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka pembahasan penelitian ini perlu membuat batasan masalah. Pembatasan masalah tersebut meliputi: - Upacara sawér turun tanah; - Teks PSTT; - Data teks yang berasal dari Dusun Karang Anyar Desa Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis; dan - Penelitian ini juga hanya akan menganalisi struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi dan makna teks PSTT. 1.4 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang dikemukakan, penulis menemukan beberapa masalah yang ada dalam upacara sawér turun tanah tersebut antara lain: 1. Bagaimana struktur teks PSTT di DKADTKRKC? 2. Bagaimana proses penciptaan teks PSTT di DKADTKRKC? 3. Bagaimana konteks penuturan PSTT di DKADTKRKC? 4. Apa fungsi PSTT di DKADTKRKC? 5. Apa makna PSTT di DKADTKRKC?

6 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan pada masalah yang diangkat, pembahasan penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Struktur teks PSTT di DKADTKRKC; 2. Proses penciptaan PSTT di DKADTKRKC; 3. Konteks penuturan PSTT di DKADTKRKC; 4. Fungsi PSTT di DKADTKRKC; dan 5. Makna PSTT di DKADTKRKC. 1.6 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini terdapat manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis meliputi: 1. menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai puisi sawér sebagai salah satu sastra lisan; 2. menambah kekayaan penelitian karya sastra lisan; dan 3. mempermudah dalam pemahaman informasi, untuk dimanfaatkan kembali sebagai penelitian selanjutnya. Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga mempunyai manfaat praktis meliputi: 1. menambah wawasan tentang sastra lisan bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya; 2. melestarikan puisi dan upacara sawér sebagai kebudayaan lama; dan 3. memperkenalkan puisi dan upacara sawér sebagai sastra lisan kepada masyarakat sunda khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. 1.7 Deskripsi Lokasi Penelitian Teks PSTT yang penulis teliti diambil dari sebuah Desa di daerah Ciamis. Tepatnya di Desa Tanjungjaya yang berada di wilayah kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Desa yang berdiri tanggal 24 April 1979 ini merupakan Desa yang memiliki topografi secara umum adalah perbukitan. Sehingga masyarakatnya pun banyak yang mengelola lahan pertanian dan perkebunan. Desa Tanjungjaya merupakan tempat tinggal Paman peneliti, sehingga mempermudah memahami dan mengetahui kondisi masyarakat di Desa tersebut.

7 1.8 Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu. Adapun istilah-istilah yang harus diketahui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. PSTT adalah puisi yang penyampaiannya dilakukan dengan cara ditembangkan atau dilagukan, pada saat upacara selamatan anak setelah lepas tali pusat, setelah empat puluh hari, atau setelah anak mulai bisa berdiri. 2. Analisis strukstur adalah analisis unsur-unsur intrinsik teks PSTT. Analisis stuktur meliputi analisis formula sintaksis, analisis formula bunyi, analisis formula irama, analisis majas, dan analisis isotopi. 3. Proses penciptaan adalah proses menciptakan PSTT sebelum dan pada saat dututurkan atau dinyanyikan. 4. Konteks penuturan adalah situasi dan kondisi pada saat PSTT dituturkan atau dinyanyikan. Konteks penuturan meliputi waktu penuturan, orang yang terlibat pada saat teks dituturkan, struktur pertunjukan, dan tempat penuturan. 5. Fungsi PSTT adalah fungsi atau manfaat dari puisi sawér tersebut bagi masyarakat penuturnya. 6. Makna PSTT adalah makna yang terkandung dalam puisi sawér pada saat penutur menuturkannya. Karena puisi merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.