BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sebagai andalan dalam meningkatkan devisa negara. Sektor ini. merupakan industri yang dapat berkembang dan tahan terhadap

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tempat wisata yang cukup besar, mulai dari aneka warisan sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat objek wisata itu berada, akan mendapatkan pemasukan dari pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

5.1. DASAR PERTIMBANGAN PENENTUAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata semakin mengokohkan dirinya menjadi salah satu peraup devisa

BAB I PENDAHULUAN. wisata. Pariwisata merupakan bagian dari wisata yaitu segala sesuatu yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang. Industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. UMUM. Sejalan...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam bukunya Grundriss Der

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Pariwisata bagi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sekedar kegiatan untuk mengusir kebosanan menjadi sebuah gaya hidup.

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Perkembangan dunia yang semakin besar di era globalisasi saat ini sangat berdampak pada aktivitas hidup manusia. Semakin padatnya aktivitas yang dilakukan seseorang akan berimbas pada besarnya kebutuhan untuk mendapatkan hiburan yang menyenangkan agar terlepas dari penatnya rutinitas sehari-hari. Berwisata menjadi salah satu kebutuhan sekunder bagi manusia untuk mendapatkan suatu hiburan. Hal ini menjadi indikator pagi pelaku usaha pariwisata untuk dapat memberikan layanan pariwisata yang lebih baik lagi terhadap daerah wisatanya agar diminati sebagai objek wisata. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya dan keindahan alam yang terkenal hingga mancanegara. Hal ini menjadi suatu tolok ukur bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bidang ekonomi dalam sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan sektor yang strategis karena dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian, perkembangan investasi, peningkatan pendapatan masyarakat, serta penerimaan keuangan negara. Sektor pariwisata juga dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap penyediaan lapangan kerja yang tinggi. Sektor pariwisata yang dikelola dengan baik dapat menarik minat wisatawan lokal maupun luar negeri untuk berkunjung, hal ini berdampak positif pada penghasilan devisa negara. Dengan berkembangnya potensi pariwisata, dapat memberi dampak yang baik bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Jika masyarakat mampu mengelola sektor pariwisata dengan baik, kondisi tersebut juga akan membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan potensi ini diharapkan dapat membantu menghasilkan devisa sekaligus memperluas dan meratakan kesempatan berusaha, membuka lapangan kerja, menambah wawasan terhadap budaya, serta terjadinya integrasi sosial di dalam kehidupan masyarakat. 1

2 Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara. Pada dasarnya pariwisata itu motif kegiatannya adalah untuk mengisi waktu luang, untuk bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan agama, dan mungkin untuk kegiatan olahraga. Selain itu semua kegiatan tersebut dapat memberi keuntungan bagi pelakunya baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun dalam jangka waktu lama (http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id). Pariwisata dalam arti luas adalah suatu kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan yang rutin dilakukan atau mencari suasana yang baru. Pariwisata atau tour adalah perjalanan yang dilakukan di suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud tertentu, selalu mengingatkan perjalanan itu dengan tujuan untuk bersenang-senang dan perjalanan dilakukan lebih dari 24 jam (Yoeti, 2001: 101). Pengertian pariwisata tersebut menjelaskan bahwa berwisata merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang yang pergi meninggalkan kediaman mereka untuk sementara waktu dengan tujuan mencari hiburan semata. Bukan kegiatan untuk mencari nafkah yang menghasilkan upah. Namun posisi orang-orang tersebut justru sebaliknya, dengan mengadakan perjalanan wisata, maka mereka akan mengeluarkan biaya untuk kebutuhan konsumsi, penginapan, transportasi, dan lainnya yang digunakan dalam kegiatan berwisata. Secara umum, kegiatan dalam sektor pariwisata mampu mengembangkan potensi dalam berbagai aspek kehidupan. Baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan, yakni terdapat dalam undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan. Peraturan tersebut memberikan arahan bagi setiap pelaku pariwisata untuk mengembangkan kegiatan pariwisata, mengatur usaha wisata serta pemanfaatan sumberdaya pariwisata. Salah satu pesan di dalam undang-undang ini adalah penegasan tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan jasa pariwisata,

3 pemanfaatan, dan konservasi peninggalan budaya secara berkelanjutan (Janianton, 2006: 34&35). Kegiatan dan pembangunan pariwisata bukan hanya milik pemerintah saja, melainkan ada peran swasta dan juga peran masyrakat. Hal ini tertuang dalam UU inpres nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan kepariwisataan. Sehingga beracuan pada UU inpres nomor 16 tahun 2005 tersebut peran duta wisata merupakan peran masyarakat yang ikut mengambil andil dalam pembangunan kepariwisataan disetiap daerah. Wadah ini dibentuk dengan tujuan para putra-putri daerah dapat mempromosikan potensi kekayaan wisata yang ada di daerahnya agar lebih dikenal oleh khalayak luas dan yang diharapkan dapat menjadi pribadi kreatif, inovatif, percaya diri, berpengalaman serta berjati diri. Duta wisata sendiri merupakan atraksi wisata yang bertujuan melestarikan budaya daerah, sekaligus sarana pengembangan potensi bakat, kreativitas, kecerdasan para generasi muda untuk menjadi figur yang dapat berperan dalam mempromosikan kekayaan seni, budaya dan pariwisata (http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id). Sejalan dengan semangat Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom, salah satu pasal dalam Peraturan Pemerintah tersebut mengatur kewenangan daerah otonom dalam bidang budaya dan pariwisata. Di dalam pasal tersebut ditentukan bahwa daerah otonom dapat melakukan promosi dalam rangka meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan ke daerahnya masing-masing. (https://jurnalskripsitesis.wordpress.com). Kata promosi sendiri memberikan interpretasi dan bahasa yang bermacammacam. Pada dasarnya maksud kata promosi adalah memberitahu, membujuk, atau mengingatkan lebih khusus lagi. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran dan tingkah laku orang banyak. Secara umum, tujuan utama dari kegiatan promosi adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan pemasarannya. Promosi dimaksudkan untuk mendorong konsumen agar tertarik membeli produk yang ditawarkan, baik berupa barang maupun jasa.

4 Menurut Evans dan Berman (1992) yang dikutip oleh Simamora (2003), Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan (toinform), membujuk (to persuade), atau mengingatkan orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu maupun rumah tangga. Promosi merupakan salah satu cara perusahaan melakukan komunikasi melalui pesan-pesan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan (journal.unair.ac.id). Dapat diketahui, promosi pariwisata merupakan rangkaian kegiatan menginformasikan dan memaparkan daya tarik dari objek wisata semenarik mungkin untuk menambah wawasan konsumen mengenai keberadaan objek wisata yang dimaksud. Dalam industri wisata, promosi memegang peranan penting dalam memberikan informasi kepada calon wisatawan mengenai potensi pariwisata. Bauran promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran yang memegang peranan penting dalam proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Promosi yang efektif akan mampu mempengaruhi persepsi wisatawan terhadap nilai produk yang ditawarkan oleh pihak penyedia jasa pariwisata sekaligus lebih efisien dalam penggunaan anggaran promosi. Kegiatan promosi yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan bagi instansi yang bergerak di bidang pariwisata akan meningkatkan minat wisatawan, diawali dengan komunikasi persuasi untuk membangkitkan perhatian, dan pada akhirnya berlanjut menjadi minat untuk berkunjung, serta menjaga agar wisatawan selalu ingat dan berkeinginan untuk melakukan kunjungan kembali. Sebelum menetapkan pilihan mengenai media promosi apa yang akan digunakan perlu diperhatikan beberapa faktor sehingga akan didapat media promosi yang tepat sasaran, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (http://download.portalgaruda.org/article.php). Kegiatan promosi umumnya menjadi tugas dan tanggungjawab perusahaan atau lembaga secara individu dalam rangka memperkenalkan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan. Pelaku usaha pariwisata hendaknya melakukan perencanaan kegiatan promosi wilayah pariwisata yang

5 menjadi tangungjawabnya. Dalam perencanaan yang dipersiapkan itu, hendaknya diikutsertakan organisasi kepariwisataan yang ada di daerahnya, agar sejalan dengan apa yang hendak dicapai. Perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan haruslah mendapat kontrol dari pihak terkait agar sesuai dengan programprogram promosi yang relevan. Agar tujuan utama dari promosi, yaitu meningkatnya jumlah wisatawan sebagai konsumen produk pariwisata, terus meningkat. Menyangkut dengan pembahasan di atas, peneliti mengambil tujuan wisata di kota Banda Aceh, dimana kota Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh, merupakan tempat bertemunya berbagai wisata dari 23 kabupaten kota se-aceh. kota Banda Aceh menjadi sentral tempat diperkenalkannya ragam wisata dan budaya di provinsi Aceh. Banda Aceh banyak menyimpan pesona objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik tersendiri. Hal ini diupayakan oleh pemerintah Aceh maupun kota Banda Aceh untuk dikelola secara optimal agar memiliki daya jual berskala nasional maupun internasional. Oleh karena itulah, Banda Aceh sedang berusaha secara giat dan maksimal dalam mempromosikan pariwisatanya agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Aceh. Potensi wisata yang dimiliki kota Banda Aceh sebagai wilayah yang terletak di ujung barat Indonesia terbentuk dari beragam wisata geografis dengan aneka wisata bahari dan pesona pantainya. Selain itu, juga memiliki banyak objek wisata sejarah berupa peninggalan-peninggalan sejarah, juga objek wisata budaya seperti adat-istiadat kehidupan masyarakat Aceh yang diwarisi secara turun temurun dengan segala kebudayaannya. Kota Banda Aceh memiliki peluang untuk lebih dikembangkan sebagai daerah wisata yang lebih menarik, hal ini didasarkan pada kondisi alam dan letak geografis yang sangat mendukung. Berbagai objek wisata yang terdapat di kota Banda Aceh diantaranya meliputi wisata islami, wisata sejarah, wisata tsunami, wisata alam dan juga wisata kuliner, seperti; Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami, Kapal PLTD Apung, Kapal Lampulo, Lapangan Blang Padang, Taman Hutan Kota, Taman Ghairah, Masjid Teuku Umar, dan Pantai Ulee Lheue.

6 Dalam upaya mempromosikan pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Aceh telah membentuk Syarikat Agam Inong Nanggroe yang terdiri dari para duta wisata terpilih pada ajang pemilihan duta wisata Aceh. Sedangkan untuk kegiatan promosi pariwisata daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tiap kabupaten dan kota di seluruh Aceh, menggelar ajang pemilihan Agam Inong daerah guna menjalankan tugas kepariwisataan sebagai duta wisata yang akan membantu mempromosikan pariwisata secara merata di setiap daerah yang terdapat di Aceh. Di kota Banda Aceh, ajang pemilihan Agam Inong sendiri telah berlangsung sejak tahun 2007. Dalam hal ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh membentuk Ikatan Agam Inong Banda Aceh, yang terdiri dari para finalis duta wisata kota Banda Aceh. Ikatan Agam Inong Banda Aceh telah berdiri selama 3 (tiga) tahun sejak tahun 2013 hingga sekarang. Ikatan Agam Inong Banda Aceh memiliki pengaruh besar terhadap berjalannya kegiatan promosi objek wisata di kota Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh. Menurut Philip Kotler (2008), seorang duta wisata sangat berpengaruh karena mereka memiliki kredibilitas yang didukung dengan keahlian dan dapat dipercaya. Duta wisata yang diharapkan dapat mewakili daerahnya dalam upaya mempromosikan potensi wisata, juga diharapkan dapat menjadi sosok yang kreatif, inovatif, percaya diri, berpengalaman, dan berjati diri. Hal itu ditunjang oleh penampilan yang simpatik dan diarahkan untuk menggapai terwujudnya generasi yang berkualitas, santun, dan berdedikasi dalam melestarikan budaya, serta berperan aktif dalam promosi pariwisata (journal.unair.ac.id). Mempromosikan objek wisata yang ada di kota Banda Aceh, haruslah didukung oleh sarana dan prasarana pariwisata. Mengoptimalkan akomodasi dan menyediakan fasilitas yang memadai untuk mencapai tujuan wisata, menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh penyedia sarana pariwisata. Sehingga program promosi pariwisata yang direncanakan dapat berjalan secara efektif dan terarah. Untuk mempromosikan seni, budaya, dan potensi wisata di Aceh, khususnya kota Banda Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Aceh

7 bersama dengan sejumlah Disbudpar kabupaten dan kota beserta pelaku industri pariwisata Aceh telah menyelenggarakan beberapa event bertema budaya dan pariwisata. Beberapa diantaranya yang diselenggarakan di kota Banda Aceh adalah: 1. Festival Kuliner Aceh, pada 6 9 Juni 2015 2. 100 Tahun Museum Aceh, pada 30 Juli 2015 3. Festival Musik Tari Remaja, digelar pada 6-8 Agustus 2015 4. Pemilihan Duta Wisata Aceh 2015, pada 26-30 Agustus 2015 5. Piasan Seni 2015, pada 14-16 September 2015 6. Banda Aceh Coffee Festival, digelar pada 23-25 Oktober 2015 7. Aceh International Islamic Art and Culture Festival, digelar pada 9-15 November 2015 8. Peringatan 11 Tahun Tsunami Aceh, dipusatkan di kota Banda Aceh pada tanggal 26 Desember 2015 9. Haul Sultan Iskandar Muda, digelar pada tanggal 27 Desember 2015 di komplek kuburan Sultan Iskandar Muda, kota Banda Aceh (http://atjeh.biz/read/). Dalam menjalankan program-program promosi pariwisata, media yang digunakan oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh juga menjadi perhatian utama wisatawan, agar tertarik mengunjungi objek wisata yang ditawarkan. Dengan potensi pariwisata yang sangat menjanjikan dalam promosi inilah, kota Banda Aceh akan menjadi pilihan untuk tujuan wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun asing. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui tentang Peran Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam Mempromosikan Pariwisata kota Banda Aceh.

8 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Peran Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam Mempromosikan Pariwisata Kota Banda Aceh? 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana hanya memaparkan peranan Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata kota Banda Aceh. 2. Penelitian ini dilakukan pada Agam dan Inong kota Banda Aceh tahun 2015 sebagai duta wisata kota Banda Aceh terbaru yang telah menyelesaikan tugas dalam mempromosikan pariwisata kota Banda Aceh. 3. Promosi pariwisata yang diteliti dibatasi sesuai dengan media yang paling efektif digunakan oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh, dalam hal ini merupakan media sosial. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata kota Banda Aceh. 2. Untuk mengetahui program-program promosi pariwisata yang dilaksanakan oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

9 3. Untuk mengetahui pelaksanaan program promosi pariwisata yang dijalankan oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh serta media yang paling efektif digunakan dalam mempromosikan pariwisata Kota Banda Aceh. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian, khususnya mengenai peran Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata. 2. Secara Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dalam bidang ilmu komunikasi khususnya, serta menjadi bahan bacaan dan acuan untuk penelitian selanjutnya di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Ikatan Agam Inong Banda Aceh sebagai referensi dalam upaya mempromosikan pariwisata Banda Aceh.