PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

Kata kunci: lempung ekspansif, perawatan, abu sekam padi, CBR, tingkat pengembangan (swelling).

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

PEMANFAATAN LIMBAH PUPUK KIMIA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen)

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Single Square

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DENGAN LAMANYA WAKTU PERAWATAN (CURING) TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM DAN 4% FLY ASH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

2.2 Stabilisasi Menggunakan Bentonit Stabilisasi Menggunakan Kapur Padam 9

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH TANAH GADONG TERHADAP NILAI KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG TANON YANG DI STABILISASI DENGAN SEMEN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

PERILAKU TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN TANAH GADONG DAN KAPUR (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Daya Dukung Tanah Lempung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

STUDY DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN ECOMIX. Setyanto 1) Andius Dasa Putra 1) Erik Permana 2)

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO YANG DISTABILISASI DENGAN GARAM DAPUR (NaCl) PUBLIKASI ILMIAH

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

NlLAI KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN YANG DISTABILISASI DENGAN TRAS (Studi Kasus Tanah Lempung, Desa Troketon, Pedan, Klaten)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak yang diambil dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

STUDI KUAT TEKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN ABU GUNUNG MERAPI. Setyanto 1) Andius Dasa Putra 1) Aditya Nugraha 2)

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG

Anas Puri, dan Yolly Adriati Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING Reza Roseno Rahmadya, Arief Rachmansyah, Yulvi Zaika Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitan Brawijaya Malang Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: rezzaroseno@windowslive.com Abstrak Kondisi tanah di wilayah Bojonegoro, khususnya di Desa Ngasem teridentifikasi oleh jenis tanah lempung ekspansid. Tanah ekspansif adalah tanah yang akan membentuk gumpalan yang sangat keras pada saat kering, dan akan sangat liat pada saat diberi air. Besarnya pengembangan dan penyusutan umumnya tidak sama, sehingga akan menyebabkan timbulnya perbedaan ketinggian yang dapat menjadi penyebab rusaknya konstruksi bangunan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan campuran slag baja dan fly ash sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung ekspansif terhadap berat isi kering, kadar air optimum, harga CBR dan swelling. Penelitian dilakukan pada tanah asli maupun tanah asli yang sudah ditcampur dengan bahan stabilisasi sebanyak 5% (3.75% Slag Baja + 1.25% Fly Ash), 10% (7.5% Slag Baja + 2.5% Fly Ash), dan 15% (11.25% Slag Baja + 3.75% Fly Ash). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai indeks plastisitas turun, peningkatan berat isi kering, penurunan kadar air optimum (OMC), meningkatnya nilai CBR dan menurunnya nilai Swelling. Untuk kondisi optimum didapatkan pada kondisi 10% penambahan campuran, yaitu sebesar 8.316% yang sebelumnya 6.889% pada tanah asli. Sama dengan CBR, nilai swelling minimum didapatkan pada kondisi campuran 10% yaitu sebesar 0.474% yang sebelumnya 5.592% pada tanah asli. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan terdiri dari bahan bahan organic yang telah melapuk yang disetai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat terebut Tanah merupakan bagian terpenting pada pekerjaan konstruksi. Kondisi tanah sangat berpengaruh terhadap konstruksi yang akan dibangun di atasnya, baik konstruksi bangunan maupun konstruksi

jalan raya karena jika terjadi kerusakan pada tanah akan berakibat fatal terhadap konstruksi yang ada di atasnya. Oleh karena itu kondisi dan sifat fisik tanah harus diketahui terlebih dahulu pada saat akan membangun konstruksi di atasnya. Banyak daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah lempung ekspansif. Hal ini menghadapkan kita pada suatu pilihan untuk mendirikan bangunan pada lokasi tanah yang kurang menguntungkan bila ditinjau dari segi geoteknisnya, seperti pada tanah lempung ekspansif. Tanah lempung ekspansif memiliki daya dukung tanah yang rendah pada kondisi muka air yang tinggi, sifat kembang susut yang besar dan plastisitas yang tinggi. Kemampuan mengembang yang cukup besar pada tanah ini mengakibatkan terjadinya penurunan yang sering kali tidak dapat ditahan oleh struktur diatasnya. Penurunan pada tanah umumnya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan perbaikan tanah pada tanah lempung ekspansif ini baik secara fisik, kimiawi, maupun secara mekanis. Metode yang sering digunakan untuk meningkatkan daya dukung tanah pada tanah lempung ekspansif antara lain dengan cara mengganti material atau mencampur tanah, pemakaian ceruk bambu, penggunaan geosintesis, dan dengan merubah sifat kimiawi tanah. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan solusi terbaik pada penanganan untuk tanah lempung ekspansif ini, salah satunya adalah dengan mencampur tanah dasar yang ada dengan bahan tambahan yang mempunyai kandungan kimia dan sifat-sifat khusus sehingga dapat mendapatkan sifat tanah dasar yang diinginkan. Beberapa diantaranya adalah dengan menggunakan campuran mortar, kapur, serat karung plastic, abu sekam padi, dan bubur kayu. Di wilayah Bojonegoro, tepatnya di Desa Ngasem terisdentifikasi oleh tanah lempung ekspansif. Tanah ekspansif merupakan tanah atau batuan yang memiliki potensi untuk mengembang dan menyusut akibat pengaruh kadar air. lempung merupakan tanah dengan ukuran mikronis sampai dengan sub-mikronis yang dari pelapukan unrsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. oleh karena itu diperlukan adanya tindakan untuk meningkartkan kualitas dan daya dukung tanah lempung ekspansif, salah satunya

yaitu dengan menggunakan campuran fly ash, dan slag baja. Pada penelitian ini, perbaikan tanah lempung dilakukan dengan menggunakan penambahan bahan campuran sebanyak 5%, 10%, dan 15% dari berat tanah (dengan perbandingan campuran 75% slag baja dan 25% fly ash). Pada penelitian sebelumnya, dengan menggunakan campuran yang sama (dengan perbandingan fly ash 50% dan slag baja 50%) mendapatkan nilai CBR (soaked dan unsoaked) tertinggi dan prosentase swelling minimum pada kondisi campuran dengan prosentase 10%. Pada umumnya, yang disebut dengan tanah lempung adalah tanah dengan ukuran partikel mikrokonis sampai dengan submikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur kimiawi penyusun batuan (Terzaghi, 1987). Tanah lempung dapat dibagi mendjadi dua dilihat dari mineral pembentuknya, yaitu tanah lempung ekspansif dan tanah lempung non ekspansif. tanah lempung ekspansif mengandung jenis-jenis material tertentu yang mengakibatkan tanah lempung ekspansif mempunyai luas permukaan yang cukup besar dan mudah menyerap air dalam jumlah besar. Pada penelitian sebelumnya, dari hasil pengujjian batas-batas atterberg terhadap tanah asli didapat nilai batas cair sebesar 125%, batas plastis 44.315%, batas susut 8.23%, dan indeks plastisitas sebesar 80.685%. KOMPOSISI TANAH LL PL SL PI Tanah asli 125 44.315 8.23 80.685 Tanah asli + 5% campuran 109.56 43.353 8.511 66.299 Tanah asli + 10% campuran 95.399 39.165 9.709 56.234 Tanah asli + 15% campuran 86.168 30.406 10.981 55.763 Tabel 1 Hasil pemeriksaan batas-batas atterberg Dengan adanya penambahan campuran fly ash dan slag baja, indeks plastisitas tanah menurun seiring dengan penambahan campuran kedua bahan tersebut. Tanah yang diperlakukan dengan cara ini dapat mengalami penurunan Indeks Plastis dan penyusutan atau pemuaian yang cukup

berarti, tergantung pada jumlah bahan yang digunakan. Kekuatan tanah dasar banyak tergantung pada kadar airnya, makin tinggi kadar airnya, maka akan semakin kecil kekuatan nilai CBR dari tanah tersebut (L.D. Wesley, 1977). Tetapi hal tersebut tidak berarti tanah dasar harus dipadatjan dengan kadar air yang rendah agar mendapat nilai CBR yang tinggi, karena air akann mudah meresap kedalam tanah dasar dan menyebabkan kekuatan dan nilai CBR-nya turun sampai kadar air seimbang atau mencapai nilai yang konstan (Arief Rachmansyah, 2008). Pada penelitian sebelumnya didapat hasil pengujian CBR terendam dan CBR tidak terendam sebagai berikut: Komposisi Bahan Kadar Air berat isi kering (gr/cm 3 ) CBR (unsoaked) Tanah asli 28.381 1.228 6.433 21.584 1.21 7.077 Tanah asli + 5% bahan campuran 23.485 27.712 1.249 1.271 4.503 7.398 31.109 1.251 10.293 17.404 1.22 9.65 Tanah asli + 10% bahan campuran 20.458 26.203 1.355 1.384 9.65 12.545 28.098 1.29 13.028 11.727 1.354 9.007 Tanah asli + 15% bahan campuran 15.651 22.569 1.378 1.438 7.398 10.937 26.576 1.299 11.902 Tabel 2 Hasil Uji CBR Tak Terendam (Unsoaked) Pada hasil tersebut didapat bahwa CBR tidak berbanding lurus dengan berat isi kering, seharusnya apabila berat isi menunjukkan kenaikan, maka nilai CBR juga akan naik, namun pada penelitian ini tidak menunjukkan hal tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena hanya menggunakan 1 sample saja. Nilai CBR tertinggi pada saat kondisi OMC dari tiap campuran diperoleh pada penambahan bahan campuran sebannyak 10%. Pada campuran 15% terjadi penurunan nilai CBR, hal ini kemungkiinan disebabkan karena terdapat bahan pozzolan yang berlebih pada tanah lempung sehingga tidak terjadi proses sementasi.

Komposisi Bahan Kadar Air Berat isi kering (gr/cm 3 ) CBR (soaked) Tanah asli 28.381 1.228 0.965 21.584 1.21 2.573 Tanah asli + 5% bahan campuran 23.485 27.712 1.249 1.271 1.673 2.284 31.109 1.251 2.67 17.404 1.22 1.287 Tanah asli + 10% bahan campuran 20.4458 26.203 1.355 1.384 1.287 3.538 28.098 1.29 5.468 11.727 1.254 2.573 Tanah asli + 15% bahan campuran 15.651 22.569 1.278 1.438 2.091 3.378 26.576 1.299 5.79 Tabel 3 Hasil Uji CBR Terendam (Soaked) Untuk CBR terendam menunjukkan penurunan nilai CBR terendam dari CBR tak terendam, yang disebabkan karena penambahan air yang dapat mengurangi kekuatan dari tanah. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa penambahan bahan campuran fly ash dan slag baja dapat meningkatkan nilai CBR terendam. Nilai CBR tertinggi pada saat OMC diperoleh pada penambahan bahan campuran dengan prosentase 10%. Pengujian tekanan tanah merupakan lanjutan dari uji prosentase mengembang setelah didapatkan pengembangan maksimum. Selanjutnya tanah diberi tekanan bertahap hingga kembali ke angka pori awal (e0). Pembacaan dial dilakukan settiap penambahan masing-masing beban setelah pembebanan berlangsung selama 24 jam. Pada penelitian sebelumnya didapat hasil sebagai berikut

Komposisi Bahan Kadar Air Berat isi kering (gr/cm 3 ) Swell Tanah asli 28.381 1.228 5.592 21.584 1.21 4.408 Tanah asli + 5% bahan campuran 23.485 27.712 1.249 1.271 4.464 3.72 31.109 1.251 1.592 17.404 1.22 6.224 Tanah asli + 10% bahan campuran 20.4458 26.203 1.355 1.384 6.4 2.2 28.098 1.29 1.296 11.727 1.254 9.152 Tanah asli + 15% bahan campuran 15.651 22.569 1.278 1.438 10.368 5.344 26.576 1.299 3.472 Tabel 4 Hasil Uji Swelling Dengan adanya penambahan bahan campuran fly ash dan slag baja pada saat kondisi OMC diperoleh pada penambahan sebanyak 10%, yaitu sebesar 2.2%. hal ini disebabkan penambahan bahan campuran mengakibatkan rongga-rongga yang ada pada butiran tanah akan terisi, sehingga rongga-rongga butiran menjadi lebih padat, rapat, dan kompak. METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan data pada penelitian ini dengan melakukan pengujian di laboratorium. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Ngasem, Bojonegoro. Dan Slag Baja dari PT. Ispat Indo, Surabaya. Presentase penambahan bahan campuran adalah sebesar 5%, 10%, dan 15% dengan masing masing perbandingan Slag Baja dan Fly Ash sebesar 75% Slag Baja dan 25% Fly Ash. Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh tanah dari desa Ngasem, Bojonegoro. Disamping melakukan pengeringan tanah juga dilakukan uji pendahuluan yang meliputi uji kadar air, batas atterberg, uji kepadatan, specific gravity, analisis butiran tanah, uji CBR dan Swelling. Setelah tanah kering ditumbuk dan disaring menggunakan ayakan no. 4 diambil tanah yang lolos

ayakan tersebut. Tanah ditimbang sesuai sifat mekanis meliputi uji pemadatan dengan kebutuhan, kemudian dicampur (ASTM D698-78), uji CBR dengan agu terbang dan kapur sesuai dengan persentase yang telah ditentukan sebelumnya. Tanah campuran setelah (ASTMvD1803-94), dan uji Swelling Penelitian selanjutnya mengikuti prosedur yang diberikan dalam standar uji ASTM homogen diperam selama 1 hari yang diacu. kemudisn baru dilakukan pemadatan. Pengujian sifat fisis tanah lempung HASIL PENELITIAN meliputi uji spesifik gravity (ASTM D854-91), uji batas konsistensi (ASTM Dari hasil penelitian didapatkan bahwa D423-66, D424-59 dan D427-61), uji tanah lempung di Desa Ngasem, gradasi butiran menggunakan uji Bojoegoro memiliki klasifikasi hydrometer (ASTM D422-63), uji karakteristik seerti yang ditampilkan pada saringan (ASTM D421-85). Pengujian tabel 5 dan 6 BAHAN Spesific Gravity Tanah Asli 2.528 Slag Baja 3.715 Fly Ash 2.838 Slag Baja + Fly Ash 3.186 Tanah Asli + 3.75% Slag Baja + 1.25% fly Ash 2.556 Tanah Asli + 7.5% Slag Baja + 2.5% fly Ash 2.588 Tanah Asli + 11.25% Slag Baja + 3.75% Fly Ash 2.605 Tabel 5 Hasil Uji Specific Gravity

KOMPOSISI TANAH LL PL SL PI TANAH ASLI 125 44.315 8.230 80.685 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% FLY ASH 95.804 43.565 8.534 52.239 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% FLY ASH 72.588 38.627 9.466 33.961 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% FLY ASH 60.976 32.746 10.273 28.231 Tabel 6 Hasil Uji Batas Atterberg Gambar 1 Hasil Klasifikasi Tanah menurut Sistem Unified KOMPOSISI BAHAN BERAT ISI CBR KADAR AIR KERING (Unsoaked) (gr/cm 3 ) TANAH ASLI 28.381 1.228 6.889 21.458 1.329 1.463 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% 26.431 1.365 6.939 FLY ASH 32.001 1.364 5.003 33.454 1.272 3.998 15.932 1.368 4.133 TANAH ASLI + 7.5% SLAG BAJA + 2.5% FLY 22.746 1.383 4.612 ASH 27.547 1.434 8.316 29.295 1.321 3.975 12.534 1.292 3.788 TANAH ASLI + 11.25% SLAG BAJA + 3.75% 15.211 1.450 3.886 FLY ASH 21.410 1.484 5.429 27.085 1.454 3.809 Tabel 7 Hasil Uji CBR Tak Terendam (Unsoaked)

KOMPOSISI BAHAN BERAT ISI CBR KADAR AIR KERING (Soaked) (gr/cm 3 ) TANAH ASLI 28.381 1.228 0.965 21.458 1.329 1.180 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% 26.431 1.365 1.895 FLY ASH 32.001 1.364 3.189 33.454 1.272 2.292 15.932 1.368 1.403 TANAH ASLI + 7.5% SLAG BAJA + 2.5% FLY 22.746 1.383 1.721 ASH 27.547 1.434 4.166 29.295 1.321 1.930 12.534 1.292 1.771 TANAH ASLI + 11.25% SLAG BAJA + 3.75% 15.211 1.450 1.908 FLY ASH 21.410 1.484 3.546 27.085 1.454 0.398 Tabel 8 Hasi Uji CBR Terendam (Soaked) Komposisi Bahan Berat Isi Kadar Air Swell Kering (gr/cm 3 ) TANAH ASLI 28.381 1.228 5.592 21.458 1.329 3.750 TANAH ASLI + 3.75% SLAG BAJA + 1.25% FLY ASH 26.431 1.365 2.276 32.001 1.364 2.073 33.454 1.272 1.004 15.932 1.368 3.621 TANAH ASLI + 7.5% SLAG BAJA + 2.5% FLY ASH 22.746 1.383 1.690 27.547 1.434 0.474 29.295 1.321 0.341 12.534 1.292 1.276 TANAH ASLI + 11.25% SLAG BAJA + 3.75% FLY ASH 15.211 1.450 0.927 21.410 1.484 0.526 27.085 1.454 0.198 Tabel 9 Hasil Uji Swelling

CBR PEMBAHASAN CBR Tak Terendam (Unsoaked) Dari uji CBR Tak Terendam seperti terlihat pada Gambar 2 menunjukkan harga CBR tanah terjadi kenaikan. Kenaikan harga CBR terjadi akibat reaksi antara tanah, Slag Baja dan Fly Ash yang memicu terjadinya sementasi sehingga tanah menjadi lebih keras jika dibandingkan dengan tanah asli. Nilai CBR Tak Terendam cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya bahan campuran yang diberikan, tetapi cenderung mengalami penurunan pada saat penambahan campuran sebanyak 15%. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena banyaknya bahan pozzolan yang diterima hingga berlebih pada tanah tersebut, sehingga tidak terjadi proses sementasi. Dan didapatkan CBR maksimum pada penambahan sebanyak 10%, yaiitu sebesar 8.316%. CBR Unsoaked 9 8 7 6 5 4 3 Tanah asli + 5% campuran Tanah Asli + 10% Campuran Tanah Asli + 15% Campuran 2 1 0 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 Kadar Air Gambar 2 Perbandingan Nilai CBR Unsoaked tiap Variasi CBR Terendam (Soaked) Pada grafik yang ditunjukkan pada gambar 3, CBR terendam cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai CBR tak terendam, hal ini disebabkan karena penambahan air akibat perendaman mengakibatkan menurunnya kekuatan tanah, sehingga tanah menjadi lunak. Tetapi pengujian CBR Soaked adalah kondisi yang sering dialami/mendekati kondisi di lapangan, karena pada

CBR kenyataannya air sangat mempengaruhi keadaan tanah di lapangan. Pada pengujian ini didapatkan nilai CBR tertinggi pada variasi penambahan campuran sebanyak 10%, dan jika terus ditambah bahan campuran akan mengalami penurunan harga CBR. CBR maksimum didapatkan pada penambahan campuran sebanyak 10%, yaitu sebesar 4.166%. 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 CBR Soaked 0 10 20 30 40 Kadar Air Tanah Asli + 5% Campuran Tanah Asli + 10% Campuran Tanah Asli + 15% Campuran Gambar 3 Perbandingan Nilai CBR Soaked pada Tiap Variasi Pengujian Swelling Hasil yang didapat pada pengujian ini ditunjukkan pada gambar 4, pada grafik tersebut ditunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air, maka tingkat swelling menjadi lebih kecil, seiring dengan penambahan prosentase campuran. Semakin banyak kadar air yang di berikan dan semakin banyak bahan campuran yang diberakibat berakibat menurunkan tingkat pengembangan pada tanah sampel. Hal ini disebabkan karena jika benda uji dipadatkan dengan kadar air yang lebih rendah dari OMC, pada saat diilakukan perendaman akan banyak air yang meresap masuk ke dalam tanah, sehingga mengakibatkan nilai pengembangan bertambah. Swelling paling rendah didapatkan pada prosentase 15% dengan pengembangan sebesar 0.189%

CBR Swell 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 Tanah Asli + 5% Campuran Tanah Asli + 10% Campuran Tanah Asli + 15% Campuran 0.500 0.000 0 10 20 30 40 Kadar Air Gambar 4 Hasil Uji Swelling tiap Variasi Perbandingan CBR Soaked & Unsoaked Berikut ditampilkan perbandingan antara CBR terendam dan CBR tak terendam. Dari grafik tersebut didapatkan bahwa CBR Soaked lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai CBR Unsoaked. Hal ini disebabkan karena dengan adanya rendaman, maka kadar air dalam tanah akan bertambah karena air masuk melalui pori-pori tanah, dan pada saat dibebani, air akan keluar melewati pori tanah sehingga mengurangi kekuatan tanah. Oleh sebab itulah CBR yang dihasilkan juga kecil. 12 10 8.316 8 6.889 6.939 6 4 3.189 4.166 5.429 3.546 CBR Unsoaked CBR Soaked 2 0.965 0-5 0 5 10 15 20 Variasi Campuran Gambar 5 Perbandingan CBR Unsoaked & CBR Soaked

SIMPULAN Jenis tanah di Desa Ngasem, Bojonegoro, termasuk dalam tanah lempung ekspansif. batas konsistensi antara lain nilai LL = 125%, PL = 44.315%, dan PI = 80.658% dengan nilai specific gravity sebesar 2.528. Menurut klasifikasi USCS termasuk dalam kelompok CH (lempung organic) Untuk CBR terendam dan tak terendam memiliki pola yang sama, yaitu mendapatkan nilai maksimum pada variasi penambahan 10%, yaitu masingmasing sebesar 4.166% dan 8.316%. Pada pengujian swelling terendah didapatkan pada variasi 15% sebesar 0.198%. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan yang telah banyak memberikan bantuannya pada pengerjaan dan penyusunan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancer. DAFTAR PUSTAKA Bowles, J. E. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga Braja, M. Das. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid I. Jakarta: Ertlangga Christady, H. 2010. Stabilisasi Tanah untuk Perkerasan Jalan Raya. Yogyakarta: GMUP D. Nelson, J. 1991. Expansive Soil. Colorado: Wiley Hardiyatmo, H.C. 1999. Mekanika Tanah I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Hartati. 2009. Studi Pengaruh Steel Slag Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Campran Aspal Beton Terhadap Workabilitas dan Durabilitas. Jurnal. Padang: Politeknik Negeri Padang. LH Sirley. 1994. Geoteknik dan Mekanika Tanah. Bandung: NOVA Prasetyo, Rendra. 2013. Pengaruh Penambahan Campuran Slag Baja dan Fly Ash pada Tanah Lempung Ekspansif Terhadap Nilai CBR dan Swelling. Malang: Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya Malang. Risman. Kajian Kuat Geser dan CBR Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan Abu Terbang dan Kapur. Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang.