Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

Kajian Perhiasan Tradisional

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 3 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

KODE ETIK MAHASISWA STIKOM DINAMIKA BANGSA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

1 of 5 02/09/09 11:52

2. Wanita. a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

Transkripsi:

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai macam kebudayaan tersendiri. Salah satu kebudayaannya adalah kebudayaan Minangkabau. Minangkabau merupakan salah satu etnik yang mendiami sebagiaan besar wilayah Sumatera Barat di Indonesia, dengan sistem kekerabatan matrilineal. Dalam geografis Minangkabau mencakup wilayah Propinsi Jambi dan Riau atau sering disebut juga Alam Minangkabau. Akan lebih baik jika suatu etnik mengenal tentang adat istiadat mereka sendiri. Berawal dari suatu wujud penghormatan kepada seorang pemimpin (penghulu), muncullah sebuah pakaian kebesaran, yakni Pakaian Penghulu Minangkabau. Seorang penghulu didalam etnik Minangkabau, dipilih berdasarkan kesepakatan umum dalam masyarakat. Ia mempunyai tugas memimpin seluruh anggota kaumnya. Penghulu biasanya diangkat dalam suatu upacara yang dinamakan batagak penghulu atau pesta bertegak dan menegakkan penghulu. Dalam upacara ini ia diwajibkan memakai pakaian kebesaran pengulu. Pakaian penghulu adat Minangkabau ini memiliki makna filosofi disetiap bagian perlengkapannya. Hal ini menarik untuk diperhatikan, jika kita mau melihat lebih dalam. Namun tidaklah semua anak bangsa Indonesia mengenal seluruh pakaian-pakaian tersebut. Bahkan, masyarakat setempat kadangkala tidak mengerti dan mengenal pakaian adat mereka sendiri. Hal tersebut menjadi suatu tanda tanya, mengapa hal ini bisa terjadi. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, Indonesia dapat kehilangan jati diri sendiri, karena tidak tahu akan adat istiadat sendiri. Kata kunci : pakaian, penghulu, minangkabau 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai macam kebudayaan tersendiri. Salah satu kebudayaannya adalah kebudayaan Minangkabau. Minangkabau merupakan salah satu etnik mendiami sebagiaan besar wilayah Sumatera Barat di Indonesia dengan sistem kekerabatan matrilineal. Dalam geografis Minangkabau mencakup wilayah Propinsi Jambi dan Riau atau sering disebut juga Alam Minangkabau. Di etnik ini terdapat istilah penghulu dalam masyarakatnya. Seorang penghulu dipilih berdasarkan kesepakatan umum dalam 1

masyarakat. Mempunyai tugas memimpin seluruh anggota kaumnya. Penghulu diangkat dalam suatu upacara yang dinamakan batagak penghulu atau pesta bertegak dan menegakkan penghulu. Dalam upacara ini ia diwajibkan memakai pakaian kebesaran penghulu. Indonesia terdiri dari banyak pakaian suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa, masing-masing memiliki pakaian adat kebesaran. Namun tidaklah semua anak bangsa Indonesia mengenal seluruh pakaian-pakaian tersebut. Bahkan, masyarakat setempat kadangkala tidak mengerti dan mengenal pakaian adat mereka sendiri. Masyarakat Indonesia sendiri kurang mengetahui apa maksud dan makna filosofi yang terkandung didalam pakaian daerahnya. Sama halnya dengan pakaian penghulu Minangkabau. Pakaian ini juga kurang dikenal masyarakat setempat, terkhusus pada generasi muda. Padahal pakaian ini memiliki arti dan makna filosofi yang terkandung pada setiap bagian pakaian. 1.2 Metodologi Penelitian. Metodologi yang digunakan dalam peneletian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yaitu mencari informasi melalui studi literatur seperti buku, internet, majalah, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode kuantitatif yaitu mencari informasi dengan melakukan wawancara serta penyebaran angket. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Definisi. Sebagaimana yang kita ketahui dan kita lihat, pakaian Penghulu Minangkabau bukanlah hanya sebuah pakaian yang dibuat untuk seorang penghulu. Melainkan dibalik pembuatan pakaian tersebut terdapat hikmah dan falsafah yang mengandung ajaran-ajaran bagi si pemakainya (penghulu). Dan Pada pakaian itu sebenarnya terkandung banyak sekali rahasia yang menyangkut sifat-sifat dan martabat serta larangan seorang penghulu begitupun tugasnya dan kepemimpinannya (ilmu yang bersangkutan dengan leadership)(h.idrus Hakymy Dt.Rajo Penghulu, Pokok-Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau.PT.Remadja Rosdakarya Bandung, 2001, h.104-105) Pakaian Penghulu Minangkabau hampir sama bentuknya disetiap daerah, walaupun disana sini terdapat beberapa variasi. Setiap bagian pakaian Penghulu Minangkabau memiliki makna atau ajaran-ajaran didalamnya. Diantaranya pakaian tersebut terdiri dari : 2

1. Saluak : Gambar 2.1 : Saluak pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 suatu keputusan yang datar dan adil bagi segala pihak. g. Melambangkan bahwa orang yang memakainya adalah orang yang tahu dengan seluk beluk adat Minangkabau. h. Melambangkan kedalaman ilmu orang yang memakainya. 2. Baju lapang (besar) : a. Melambangkan sistem pemerintahan demokrasi dalam masyarakat Minangkabau, b. Melambangkan penyimpanan segala buruk baik, segala rahasia yang merupakan persoalan dalam masyarakatnya. c. Warna merah melambangkan keberanian. d. Warna hitam yang melambangkan dapat bekerjasama dalam bidang apa saja untuk kebaikan kaumnya atau masyarakat pada umumnya. e. Melambangkan bahwa Penghulu mempunyai derajat yang tertinggi dalam masyarakatnya. f. Melambangkan bahwa dalam mencari mufakat akan diperoleh Gambar 2.2 : Baju Lapang pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 a. Melambangkan bahwa pemakainya adalah orang besar, beralam luas, berdada lapang dan bersifat sabar. b. Melambangkan keterbukaan pemimpin dan kelapangan dadanya. c. Selalu ingat dan menjaga kelestarian adat. d. Berilmu, berwibawa, bermagrifat, yakni tawakal kepada Allah. e. Kaya dan miskin terletak pada hati dan kebenaran. 3

f. Hemat dan cermat. g. Sabar dan ridho. h. Melambangkan bahwa Penghulu tidak mempunyai sifat pembohong atau tidak pendusta, tidak mempunyai sifat mengambil kesempatan dalam kesempitan. i. Melambangkan bahwa Penghulu tidak berbuat merugikan orang lain atau kawan sendiri. j. Melambangkan bahwa orang Minangkabau hidup dengan penuh perasaan. k. Warna hitam melambangkan bahwa sepatah kata Penghulu tidak dapat dirubah lagi, karenanya semuanya yang dikatakan Penghulu itu merupakan hasil musyawarah bersama. 3. Celana lapang (besar) a. Melambangkan langkah yang selesai untuk menjaga segala kemungkinan musuh yang datang tiba-tiba. Walaupun lapang tetapi langkahnya mempunyai batas-batas tertentu dan mempunyai tata tertib tertentu pula. b. Melambangkan agar bersifat jujur, benar dan tulus-ikhlas. c. Melambangkan jangan berlindung pada orang lain semaunya, jangan suka enak sendiri dalam masyarakat. 4. Sisamping (samping) Gambar 2.4 : Sisamping pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 a. Melambangkan orang yang Gambar 2.3 : Celana lapang pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 memakainya akan selalu hormatmenghormati. b. Warna merah melambangkan keberanian dan bertanggung jawab. 4

c. Melambangkan si pemakai mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidangnya. d. Melambangkan agar pemakai dalam berjalan harus memelihara kaki, dan dalam berkata pelihara lidah. Dengan kata lain samping tersebut dapat dikatakan melambangkan kehati-hatian pemakai dalam segala tindaktanduknya dalam masyarakat. 5. Cawek (ikat pinggang) Gambar 2.5 : Cawek pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 Gambar 2.6 : Sandang pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 a. Melambangkan tanggung jawab seorang Penghulu terhadap kesejahteraan anak kemenakannya. b. Melambangkan tanda kebesaran seorang Penghulu. c. Melambangkan bahwa Penghulu itu adalah orang yang jujur dan selalu menepati janji yang telah dibuat bersama. d. Melambangkan penghapus keringat yang terdapat pada kening. 7. Tongkat a. Melambangkan setiap sesuatu itu harus dengan rundingan menyelesaikannya. Penghulu tidak boleh menjadi hakim sendiri. b. Melambangkan keteguhan orang Minangkabau pada perjanjian. 6. Sandang (salempang) Gambar 2.7 : Tongkat pembinaan permuseuman Sumatera Barat Tahun 1996-1997 5

b. Melambangkan kejernihan a. Melambangkan kebesaran pemakaianya, atau orang yang harus didahulukan dan dituakan sepanjang adat. b. Melambangkan kemampuan dan kemakmuran negeri. c. Melambangkan komando terhadap anak kemenakan. d. Melambangkan bahwa tiaptiap keputusan yang telah dibuat, tiap peraturan yang telah ditetapkan harus dipertahankan dan ditegakkan dengan penuh wibawa. e. Melambangkan bahwa semua masalah tidak dikuasai sendiri dan tidak diselesaikan atau dihakimi sendiri. f. Melambangkan sebagai pertahanan diri terhadap serangan musuh. g. Melambangkan bahwa Penghulu mempunyai pembantu dalam menjalankan tugasnya(17. Drs.Anwar Ibrahim,dkk, Pakaian Adat Tradisional Daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986,h.29-98). 8. Baju takwa putih a. Melambangkan kesucian hati seorang Penghulu. pikiran seorang Penghulu dalam pengambilan keputusan. c. Melambangkan bahwa Penghulu adalah seorang yang bertakwa kepada Tuhan. 9. Selop Disini selop hanya berfungsi sebagai pelindung / pengaman kaki agar tidak terkena benda tajam, disamping itu juga perlindungan terhadap diri seorang Penghulu. 2.2 Sejarah Pakaian Penghulu Minangkabau. Seperti yang diketahui masyarakat umum masyarakat Minangkabau, menganut sistem kekrabatan matrilineal, yaitu garis keturunan seseorang dengan segala aspeknya dihitung menurut garis ibu. Dimana kelompok kekerabatan terkecil adalah orang-orang seibu dan yang lebih besar adalah seperut. Nagari adalah istilah yang biasa digunakan untuk tempat tinggal kelompok tersebut. Dimana salam sebuah nagari tersebut terdapat minimal empat suku atau yang lebih sering dinamakan nagari baampek suku. Didalam sebuah kelompok pastilah ada seorang pemimpin. Pemimpin didalam kelompok yang stelsel matrilineal adalah mamak atau paman, yaitu saudara (kakak 6

atau adik) laki-laki dari ibu. Mamak dikategori menjadi dua, yakni mamak rumah (tungganai), dan mamak suku (penghulu). Namun apabila yang bersangkutan memakai gelar pusaka kaumnya maka ia disebut datuk. Pemilihan seorang penghulu melalui suatu upacara atau yang lebih sering dinamakan batagak penghulu. Dimana penghulu ini dipilih berdasarkan kesepakatan umum, dan seorang penghulu bertugas atau mengabdi untuk mengurus seluruh anggota kaumnya. Pada saat pengangkatan, seorang penghulu diwajibkan memakai pakaian penghulu minangkabau. Hal inilah yang menjadi awal dari munculnya pakaian penghulu minangkabau. Pakaian penghulu minangkabau merupakan suatu wujud penghormatan terhadap seorang penghulu atau pemimpin yang diangkat. Pakaian penghulu minangkabau juga tidak sembarangan bisa dipakai sembarang orang, dan sembarang tempat. Pakaian ini hanya dapat dipakai oleh seorang penghulu dalam upacara pengangkatan dan acara-acara besar saja. Seperti pernikahan, acara peresmian, dan lain sebagainya. 2.3 Fenomena Saat Ini. Hingga sampai nilai yang terkandung didalam pakaian Penghulu Minangkabau masih terjaga. Walaupun tidak setiap masyarakat mengerti makna yang terkandung didalam pakaian penghulu Minangkabau, tidak terdapat pergeseran makna akan pakaian Penghulu Minangkabau tersebut. Pakaian adat penghulu Minangkabau ini masih digunakan seorang penghulu sebagiamana mestinya, dan tidak sembarang orang bisa memakainya. Dan pakaian ini masih hanya digunakan pada acara besar saja. 3. ANALISIS 3.1 Angket Berdasarkan penyebaran angket yang disebarkan kepada 30 mahasiswamahasiswi di perguruan tinggi swasta maupun negri, di Yogyakarta dan Bandung didapatkan data yang telah disajikan berupa grafik sebagai berikut : 1. Pendapat responden mengenai pertanyaan pengetahuan pakaian penghulu Minangkabau. Grafik 2.1 Mengetahui Pakaian Penguhulu 20 10 Ya 0 17 13 Grafik pertanyaan 1 7

Keterangan : Dari 30 responden, 17 orang menjawab mengetahui tentang pakaian penghulu Minangkabau, dan 13 orang tidak mengetahui tentang pakaian penghulu Minangkabau. 2. Pendapat responden mengenai tanggapan masyarakat pada saat ini tentang pakaian penghulu Minangkabau. 20 10 0 Tanggapan Masyarakat Pada Saat ini. Keterangan 12 18 Grafik 2.2 Grafik pertanyaan 2 : Dari 30 responden, 12 orang menjawab masyarakat masih melestarikkan pakaian penghulu Minangkabau, dan 13 orang tidak mengetahui tentang pakaian penghulu Minangkabau. Melestarik Tidak melestarik setempat untuk melestarikan pakaian penghulu Minangkabau. K e t e r a n g an Grafik 2.3 Grafik pertanyaan 3 Upaya Dari Masyarakat Setempat Untuk Melestarikan 20 15 10 : Dari 30 responden, 16 orang menjawab masih adanya upaya masyarakat setempat masih melestarikkan pakaian penghulu Minangkabau, dan 14 orang menjawab tidak adanya upaya masyarakat setempat masih melestarikkan pakaian penghulu Minangkabau 16 14 4. Pendapat responden mengenai perbedaan yang ada disetiap suku yang ada di Minangkabau dan menggunakan pakaian penghulu Minangkabau. A T 3. Pendapat responden mengenai upaya dari masyarakat 8

30 20 10 0 Perbedaan Pakaian Penghulu Berbeda suku 24 6 Ya Ti Keterangan : Dari 30 responden, 24 orang menjawab mendukung untuk tetap melestarikan pakaian penghulu Minangkabau, dan 6 orang tidak mendukung untuk melestarikan pakaian penghulu Minangkabau, Grafik 2.4 Grafik Pertanyaan 4 Keterangan : Dari 30 responden, 24 orang menjawab terdapat perbedaan pada setiap suku di Minangkabau yang mengenakan pakaian penghulu, dan 6 orang tidak terdapat perbedaan pada setiap suku di Minangkabau yang mengenakan pakaian penghulu. 5. Pendapat responden mengenai dukungan untuk melestarikan penggunaan pakaian penghulu? Dukungan Untuk Melestarikan 50 0 24 6 Tabel 2.5 Tabel Pertanyaan 5 Ya Ti 3.2 Hasil Analisa Data Wawancara Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagai masyarakat asli Minangkabau, responden dapat mengetahui pakaian penghulu terdiri dari apa saja. Namun untuk tidak dapat membedakan pakaian pakaian penghulu menurut suku yang berbeda. 2. Pengetahuan akan pakaian penghulu Minangkabau yang memiliki makna filosofi masih kurang, namun tetap ada keinginan untuk melestarikan pakaian penghulu Minangkabau melalui penggalakan pengangkatan datuk. 4. KESIMPULAN Pakaian penghulu merupakan salah satu pakaian khas dari etnik Minangkabau. Dimana tujuan pembuatan pakaian ini untuk menghormati sosok seorang pemimpin (penghulu). Pakaian ini terdapat sedikit perbedaan, yang terletak dipenghias kepala, 9

yakni saluak dan deta bakaruik. Pakaian ini memiliki makna filosofis yang mendalam mengenai sosok serta sifat dari seoranrang penghulu. Pakaian penghulu Minangkabau hendaknya diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia agar masyarakat lebih mengenal, apa yang menjadi hak milik bangsanya sendiri. Hendaknya pakaian ini tetap dilestarikan, dan menjaga makna filosofi yang terkandung didalamnya. Pakaian ini dapat menjadi salah satu model pakaian pria, dengan melakukan sedikit perubahan desain yang sesuai dengan trend saat ini 10