1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan laju pembangunan di Indonesia yang di ikuti dengan laju perkembangan teknologi, maka meningkat pula kebutuhan manusia akan gaya hidup. Salah satunya adalah semakin besar minat masyarakat di bidang hiburan, khususnya semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka dari itu semakin banyak pula orang yang mengapresiasikan jiwa seninya yang di tuangkan dalam bentuk ciptaan lagu. Perkembangan musik di Indonesia dewasa ini semakin besar. Masyarakat Indonesia penikmat musik pun tidak kalah apresiatifnya dengan perkembangan music di Indonesia. Sesuai dengan isi Undang Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Seorang pencipta lagu memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak ijin kepada pihak lain 1. Itu berarti bahwa pihak lain atau orang lain yang melakukan keinginan untuk menggunakan karya cipta milik orang lain, maka ia harus terlebih dahulu meminta ijin dari pencipta lagu yang memegang hak cipta atas lagu tersebut. Sehubungan dengan hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak cipta lagu sebagaimana yang di jelaskan di atas, maka pemegang hak cipta dapat saja memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakan lagu ciptaannya tersebut. Pemberian 1 Edy Damian, 2002, Hukum Hak Cipta, P.T. Alumni Bandung, Bandung, Hal. 35
2 ijin tersebut biasanya disebut sebagai pemberian lisensi yang ketentuannya di atur dalam pasal 45 47 UU hak cipta. Bersama dengan pemberian lisensi tersebut, biasanya diikuti oleh pembayaran royalti kepada pemegang hak cipta lagu tersebut. Royalty itu sendiri dapat di artikan sebagai kompensasi bagi penggunaan sebuah ciptaan termasuk karya cipta lagu 2. Sebagai orang yang menggunakan karya cipta lagu milik orang lain maka siapapun orang tersebut berkewajiban untuk terlebih dahulu meminta ijin dari si pemegang pencipta lagu tersebut 3. Berkaitan dengan penggunaan karya cipta, pemegang hak cipta tidak memiliki kemampuan untuk memonitor setiap penggunaan karya cipta oleh pihak lain. Pemegang hak cipta tersebut tidak bisa setiap waktu mengontrol setiap lokasi pemutaran lagu untuk mengetahui berapa banyak karya cipta lagunya telah di perdengarkan di tempat tersebut. Oleh karna itu, untuk menciptakan kemudahan bagi si pemakai maka si pencipta/pemegang hak cipta dapat saja menunjuk kuasa (baik seseorang ataupun lembaga) yang bertugas mengurus hal tersebut. Dalam praktiknya di beberapa Negara, pengurusan lisensi atau pengumpulan royalti dilakukan melalui lembaga menegemen kolektif. Di Indonesia, salah satu managemen kolektif adalah Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Institusi ini adalah fasilitator yang sangat penting bagi pencipta maupun pengguna karya cipta/pemakai. 2 Ibid. Hal. 42 3 Yusnan Isniani, 2009, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Bogor, Hal. 22-23
3 Karena institusi ini menjembatani hubungan antara pemegang hak cipta atau pencipta menerima bayaran anggotanya untuk menegosiasikan royalti atau syarat penggunaan karya cipta tersebut kepada pemakai, mengeluarkan lisensi untuk pemakai, mengumpukan dan mendistribusikan royalti. Pemakai yang antara lain adalah rumah karaoke yang memutar dan mendengarkan lagu / musik untuk kepentingan komersial berkewajiban untuk membayar royalti tersebut melalui YKCI. Perlu diingat bahwa royalti yang dibayarkan tidak masuk kedalam institusi YKCI melainkan akan didistribusikan oleh YKCI kepada para pencipta lagu yang karyanya telah digunakan. Untuk mempermudahnya, pemakai dapat juga memiliki lisensi dari YKCI ini sehingga dapat menggunakan jutaan karya cipta musik untuk kepentingannya dimana sebagai konsekuensinya adalah membayar royalti kepada YKCI atas lisensi tersebut. Sehubungan dengan lisensi tersebut, perlu di perhatikan beberapa hal penting bahwa lisensi tersebut sesuai dengan sifatnya yang merupakan perjanjian yang pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak tanpa paksaan, sebagai suatu perjanjian, baik anda yang merupakan pengguna/pemakai karya cipta maupun pemegang/pencipta hak cipta / YKCI (sebagai kuasa) yang merupaka para pihak dalam perjanjian pada dasarnya dapat melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan dalam perjanjian. Dalam negosiasi tersebut dapat dibahas hal yang menyangkut kepentingan anda sebagai
4 pemakai, diantaranya mengenai ruang lingkup pemanfaatan karya cipta tersebut apakah akan digunakan untuk kepentingan sendiri atau untuk komersial. Di mana apabila suatu karya cipta digunakan untuk kepentingan sendiri tidak ada kewajiban untuk membayar royalti. Negosiasi tersebut juga dapat digunakan terhadap besarnya royalti yang harus dibayarkan oleh pengguna dan system pembayaran royalti tersebut sesuai dengan kapasitas si pengguna dalam melakukan pembayaran tersebut. YKCI sendiri adalah Yayasan Karya Cipta Indonesia yang berdiri pada 12 juni 1990 dan dapat memberikan lisensi pada tempat tempat seperti karaoke dan diskotik, hotel apartemen dan rumah sakit, restoran, café, transportasi udara, darat dan laut, pertokoan dan perkantoran, media penyiaran seperti televisi dan stasiun radio. Musik Indonesia dan asing yang merupakan peserta YKCI dan pihak lain yang berafiliasi dengan YKCI, yang merupakan bagian dari undang undang Hak Cipta beserta peraturan pelaksanaanya, ketentuan mana terpisah dari hak hak lain yang dilindungi di dalam seperti hak moral pencipta : hak memperbanyak ciptaan maupun hak cipta rekaman suara. Lisensi diterbitkan tiap taun dalam bentuk Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik (SLPM) YKCI. Bedasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk memilih judul Tinjauan Terhadap Penghimpunan dan Pendistribusian Royalti Lagu Kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
5 terkait Yang Dijadikan Komoditi Oleh Rumah Karaoke (Studi di Yayasan Karya Cipta Indonesia Surabaya) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme penghimpunan dan pendistribusian royalti lagu oleh YKCI Surabaya dari rumah karaoke di Jawa Timur? 2. Faktor faktor apa saja yang menghambat Yayasan Karya Cipta Indonesia Surabaya dalam menghimpun, mendistribusikan royalti dari rumah karaoke di Jawa Timur? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemungutan royalti lagu atau musik oleh YKCI Surabaya kepada rumah karaoke di Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui faktor faktor yang menghambat dalam pemungutan royalti oleh YKCI dirumah karaoke di Jawa Timur. D. Manfaat Penelitian Adapun maanfaat dari penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut :
6 1. Secara Teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada dunia ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum, terutama pada kasus yang diteliti, yang secara teoritis dijadikan tambahan referensi sebagai tambahan untuk mengajar khususnya di mata kuliah Hak atas Kekayaan Intelektual b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terhadap perbaikan Peraturan Perundang undangan khususnya yang mengatur mengenai pemungutan royalti. 2. Secara Praktis a. Bagi Penulis Adapun manfaat yang bisa penulsi dapatkan adalah pertama, penulis dapat memenuhi persyaratan guna menyelesaikan program Sarjana Hukum Strata Satu program studi Ilmu Hukum. Kedua penulis dapat lebih menambah wawasan serta mengetahui bagaimana cara pemungutan royalti oleh lembaga managemen kolektif. b. Bagi Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) Dengan adanya hasil ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi dalam meningkatkan kinerja YKCI dalam mengelola royalti dengan tetap memperhatikan faktor penghambat di lapangan.
7 c. Bagi musisi Musisi yang berperan sebagai pencipta lagu diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan diharapkan para musisi selaku pemilik dan pemegang hak cipta atas karya musiknya mengetahui hak ekonomi yang dimilikinya. E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis : sebagai bentuk mengembangkan kreatifitas dalam rangka sebagai upaya memberikan gagasan gagasan sebagai solusi dalam menanggapi permasalahan terkait hak cipta. 2. Bagi semua pencipta lagu di seluruh Indonesia dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat mengetahui kepastian hukumnya. F. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang jenjang yang baru di lalui oleh suatu proses penelitian/ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sedangkan penelitian sendiri adalah tiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematika dan terkontrol melalui data empires (pengalaman) yang artinya metode dapat diuji beberapa kali dengan hasil yang sama. Dalam melaksanakan penulisan hukum ini, maka metode penulisan yang dipilih oleh penulis sebagai berikut :
8 1. Jenis Penelitian Di dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu lebih menitik beratkan kepada studi terhadap fenomena hukum yang telah terjadi dalam masyarakat. Penelitian penulisan hukum ini menggunakan metode yuridis sosiologis. Yuridis yaitu pendekatan dari aspek hukum, sedangkan sosiologis merupakan pendekatan dengan kejadian atau kenyataan pada masyarakat 4. 2. Lokasi Penelitian Tempat yang dipilih penulis disini ialah mengadakan penelitian langsung ke instansi instansi berwenang. Yayasan Karya Cipta Indonesia ( YKCI ) Surabaya sehingga dapat di ketahui bagaimana keadaan yang sebanarnya. 3. Sumber Data a. Sumber Data Primer 1. Wawancara ( Interview ) Merupakan situasi peran atar pribadi yang bertatap muka, ketika seorang yakin pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden. Wawancara kepada Bu Tioria selaku Korwil yang di peroleh langsung dari YKCI Surabaya selain dilakukan dengan tatap muka langsung,juga dilakukan via telephone. 4 Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi Dan Metode Penelitian Hukum, Malang, UMM Press. Hal. 103
9 2. Dokumentasi Data yang dikumpulkan penulis secara studi dokumen. Teknik dokumen ini digunakan untuk mandapat sumber hukum sebagai pelengkap sumber hukum primer. b. Sumber Data Skunder Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari sumber kedua. Data yang tidak secara langsung tidak di peroleh dari sumbernya melainkan melalui penelusuran perpustakaan, Bahan Hukum Skunder yaitu bahan hukum yang di peroleh dari berbagai perpustakaan seperti buku buku referensi, jurnal ilmiah, hasil penelitian, makalah dalam seminar maupun internet yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Sumber Data Tersier Bahan Hukum Tersier yaitu data yang diambil dari kamus dan ensiclopedia dan majalah majalah yang terkait dengan objek penelitian, untuk membantu menjelaskan bahan hukum primer dan skunder dalam penelitian hukum ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data penulis menggunakan teknik pengumpulan data penelitian yakni sebai berikut : 1) Wawancara atau interview yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Tanya jawab langsung pada pihak
10 pihak terkait yaitu Bu Tioria selaku Korwil Jawa Timur di Yayasan Karya Cipta Indonesia Surabaya. 2) Dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data data yang dimiliki oleh para pihak, dalam hal ini berkenaan dengan proses penelitian serta ditambahkan penelurusan undang undang 3) Studi kepustakaan adalah dengan melakukan pencarian atau penelusuran bahan bahan kepustakaan berbagai literature / buku buku maupun jurnal. Penelusuran internet atau studi website untuk melengkapi bahan hukum yang lain. 5. Teknik Analisis Data Analisis dalam penelitian melalui pendekata yuridis sosiologis ini adalah melalui metode deskriptif kuantitatif 5. Metode penelitian kuantitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat di ukur dengan angka angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kuantitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisa dengan pendekatan induktif. Penelitian kuantitatif jauh lebih subyektif dari pada penelitian atau survey kuantitatif dengan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulakan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam. Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah membandingkan peraturan peraturan, ketentuan ketentuan, dan 5 Ibid, Hal. 19
11 buku referensi, serta data yang di peroleh, kemudian dianalisis secara kuantitatif yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang aspek hukum yang berhubungan dengan masalah pemungutan royalti. G. Sitematikan Penulisan Pada penulisan hukum ini tentunya penulis perlu untuk menyusun suatu sistematika penulisan dimana nantinya sistematika penulisan ini akan membantu penulis maupun pembaca dalam memahami permasalahan hukum yang diangkat oleh penulis. Adapun sistematika penulis ialah sebagai berikut : BAB I : Seiring dengan peningkatan laju pembangunan di Indonesia yang di ikuti dengan laju perkembangan teknologi, maka meningkat pula kebutuhan manusia akan gaya hidup. Salah satunya adalah semakin besar minat masyarakat di bidang hiburan, khususnya semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka dari itu semakin banyak pula orang yang mengapresiasikan jiwa seninya yang di tuangkan dalam bentuk ciptaan lagu. Perkembangan musik di Indonesia dewasa ini semakin besar. Masyarakat Indonesia penikmat musik pun tidak kalah apresiatifnya dengan perkembangan music di IndonesiaBerdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : Bagaimana bentuk penghimpunan dan pendistribusian royalti lagu oleh YKCI
12 Surabaya kepada rumah karaoke di Jawa Timur? Factor factor apa saja yang menghambat YKCI Surabaya dalam menghimpun, mendistribusikan dan menarik royalti dari rumah karaoke di Jawa Timur?. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu lebih menitik beratkan kepada studi terhadap fenomena hukum yang telah terjadi dalam masyarakat. Penelitian penulisan hukum ini menggunakan metode yuridis sosiologis. BAB II : Dalam Bab ini berisikan pengertian tentang tinjauan mengenai hak cipta, yang dimana menjabarkan seluruh isi dari hak cipta mulai dari sejarah hak cipta yang pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, akan tetapi konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Yang kemudian dilanjutkan dengan pengertian hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan di wujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan sifat serta isi hak cipta. Hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta adalah padanan neighboring right atau related right. Pengertian pencipta dan pemegang hak cipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dan juga terdapat perlindungan hukum pemegang hak cipta lagu, yang mencakup beberapa point yaitu :
13 pengertian perlindungan hukum, tinjauan hukum, konsep perlindungan hukum dan masa berlakunya perlindungan hak cipta. BAB III : Permasalahan yang akan di bahas yaitu, Bagaimana bentuk penghimpunan dan pendistribusian royalti lagu oleh YKCI Surabaya kepada rumah karaoke di Jawa Timur? dalam penghimpunan dan pendistribusian perlu adanya pendataan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai berapa banyak/ jenis acara yang sifatnya mengumumkan musik atau lagu. Data-data yang didapatkan tersebut merupakan variabel bebas yang nantinya akan digunakan dalam penghitungan besarnya jumlah royalti yang harus dibayarkan oleh pengguna (user). Sebelum royalti dipungut dari pemakaian (user), untuk kemudian dibayarkan pada pencipta di perlukan data, namanama pencipta atau pemegang hak cipta, laporan pemakaian musik atau lagu oleh pemakai serta beberapa kali pemakaiannya. Factor factor apa saja yang menghambat YKCI Surabaya dalam menghimpun, mendistribusikan dan menarik royalti dari rumah karaoke di Jawa Timur? Adanya UUHC yang terbaru tidak mengurangi sebuah tujuan untuk merangkai suatu tahapan agar lebih sistematis dan terencana. Namun dalam operasionalnya, terkadang sebuah mekanisme dapat melenceng dari proses yang diharapkan, begitupula dengan penghimpunan dan Pendistribusian Royalti lagu oleh YKCI Surabaya kepada rumah karaoke di Jawa Timur. Adanya benturan terhadap realitas/ kenyataan, tidak menjadikan sistem harus
14 berhenti, sehingga dalam menyiasatinya harus menyesuaikan. Benturan terhadap realitas/ kenyataan seperti ini lazim disebut pula dengan kendala. Berikut akan dibahas mengenai kendala atau hambatan yang ditemui dalam menghimpun, mendistribusikan dan menarik royalty dari rumah karaoke di Jawa Timur BAB IV : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat penulis merumuskan bahwa : Mekanisme penggunaan royalti terhadap rumah karaoke dilakukan berdasarkan perjanjian lisensi antara YKCI Surabaya dangan pihak perusahaan rumah karaoke. Dan dapat menarik saran dari penulisan ini adalah Banyaknya celah hukum dan ketentuan yang belum diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta membuat pelaksanaan UndangUndang Hak Cipta menjadi mandul. Dan mengingat banyaknya kasus hak cipta yang menimbulkan problem hukum, maka dalam hal ini Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) tampaknya harus bekerja keras untuk menerapkan UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang saat ini berlaku. Adapun poin yang harus menjadi prioritas nantinya adalah tentang pengaturan dan mekanisme pemungutan royalti, baik yang dilakukan perseorangan maupun oleh lembaga profesi.