(c) bahwa sumber data cuaca yang utama di lautan hanya didapat dari kapal-kapal yang sedang berlayar, pulau-pulau terpencil dan bangunan di laut; (d)

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERHUBUNGAN. Menimbang :

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE)

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

2015, No Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pela

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2017, No Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nom

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.011/2013 TENTANG

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN 1989 TENTANG PENERTIBAN PENUMPANG, BARANG DAN KARGO YANG DIANGKUT PESAWAT UDARA SIPIL

Angkutan Jalan a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

2014, No.1090 NOMOR PM 71 TAHUN 2013 Contoh 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1960 TENTANG BADAN MUATAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No dalam rangka Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 te

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 15/PJ/2011 TENTANG

SALINAN TENTANG. kepabeanann. Negara Republik. (Lembaran. dan Organisasi

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG

83/PMK.03/2009 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN BAGI SELURUH PEGAWAI SERTA PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1985 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

PER - 46/PJ/2010 TATA CARA PEMBERIAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR ATAU

DEWAN ANGKATAN LAUT Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN ANGKATAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN KABUPATEN BANYUWANGI

PROSEDUR PENGADAAN PESAWAT TERBANG DAN HELIKOPTER

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 06 TAHUN 2015

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

PUTUSAN NOMOR HK.2010/30/X/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 250 / 11 / VI /2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM.295/MG.201/Phb-81 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGIRIMAN DATA CUACA MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : (a) bahwa data hasil pengamatan cuaca di laut dan di pulau - pulau yang terpencil maupun bangunan- bangunan di laut merupakan salah satu prasarana penting bagi peningkatan keselamatan pelayaran dan usaha kegiatan di sektor lain; (b) bahwa data cuaca yang lengkap dan terus menerus sangat penting bagi Badan Meteorologi dan Geofisika untuk keperluan analisa cuaca; 1

(c) bahwa sumber data cuaca yang utama di lautan hanya didapat dari kapal-kapal yang sedang berlayar, pulau-pulau terpencil dan bangunan di laut; (d) bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu ditetapkan ketentuan pelaksanaan pengamatan cuaca dan pengiriman i data cuaca; Mengingat : 1. Peraturan Perkapalan 1935; 2. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974; 3. Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 jo Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1979; 4. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1969; 5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.164/OT.001//Phb-1980; 1980; 2

M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGIRIMAN DATA CUACA BAB 1 TATA CARA PENGAMATAN CUACA Pasal 1 (1) Kapal-kapal Niaga Indonesia sewaktu berlayar di perairan wilayah Indonesia dan mercusuar-mercusuar, mercusuar, serta bangunan di laut lainnya di seluruh wilayah Indonesia diwajibkan melaksanakan pengamatan cuaca yang lengkap dan terbatas sesuai dengan peralatan yang dimiliki. (2) Kapal-kapal Niaga yang berada di perairan Indonesia diwajibkan untuk setiap saat memonitor data cuaca. 3

Pasal 2 Waktu pengamatan cuaca dilaksanakan pada jam-jam 00.00 GMT, 06.00 GMT, 12.00 GMT dan 18.00 GMT dalam sehari. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas penelitian dan pengamatan cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika dapat mengikut sertakan petugasnya dalam kapal-kapal yang sedang berlayar. Pasal 4 Penempatan perlengkapan peralatan Meteorologi untuk keperluan pengamatan cuaca di kapal-kapal niaga Indonesia, di pantai, di mercusuar atau bangunan- bangunan di laut ditetapkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika. 4

Pasal 5 Setiap kapal yang berlabuh wajib memberikan kesempatan atau bantuan kepada petugas Badan Meteorologi dan Geofisika yang akan melakukan pemeriksaan atau perbaikan alat - alat meteorologi atau memberikan petunjuk - petunjuk sehubungan dengan pengamatan cuaca di laut. BAB II TATA CARA PENGIRIMAN DAN PENGUMPULAN DATA CUACA Pasal 6 Bagi kapal - kapal niaga dan mercusuar - mercusuar diwajibkan segera mengirimkan berita cuaca ke stasiun radio pantai yang terdekat sesudah pengamatan selesai. 5

Pasal 7 (1) Penetapan dan pengaturan stasiun-stasiun radio pantai yang melaksanakan penerimaan berita-berta berta cuaca (OBS) dari kapal-kapal dan penyiaran ramalan cuaca yang diterima oleh Badan Meteorologi dan Geofisika dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. (2) Hasil Pengamatan cuaca dalam bentuk berita cuaca dikirim dalam kesempatan pertama ke setiap stasiun radio pantai. Pasal 8 (1) Stasiun laporan pengamatan dan cuaca termasuk yang menggunakan saluran radio, ditetapkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika. (2) Badan Meteorologi dan Geofisika menyiapkan berita-berita cuaca untuk stasiun radio pantai guna disiarkan bagi mereka yang berada di laut. (3) Penetapan stasiun meteorologi di pelabuhan ditetapkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika dan diumumkan dalam daftar resmi. 6

Pasal 9 Semua kapal niaga Indonesia setiap kali memasuki pelabuhan di mana terdapat stasiun meteorologi wajib menukar buku pengamatan cuaca yang telah penuh terpakai kepada Syahbandar setempat. Pasal 10 (1) Pandu kapal setempat memandu kapal masuk wajib mengambil dan menyerahkan buku pengamatan cuaca atau laporan tertulis kepada syahbandar setempat. (2) Dalam hal tidak memakai pandu penyerahan buku laporan cuaca atau laporan tertulis dilakukan oleh salah satu awak kapal yang bersangkutan. (3) Syahbandar diwajibkan mengawasi pelaksanaan ayat (1) dan (1). 7

Pasal 11 Berita-berita cuaca yang dikirim oleh kapal-kapal niaga Indonesia maupun kapal asing melalui stasiun-stasiun radio pantai dibebaskan dari biaya pengiriman. BAB III PENGATURAN DAN PENGADAAN FASILITAS Pasal 12 Badan Meteorologi dan Geofisika : (1) Menyediakan tenaga kerja yang cakap dan trampil untuk melayani perlengkapan data cuaca. (2) Melatih petugas-petugas p g yang akan menggunakan atau melayani perlengkapan yang dimaksud pada ayat di atas dalam hal pemakaian dan perawatannya. 8

(3) Menyediakan buku-buku petunjuk dan tabel-tabel yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dimaksud pada ayat (2). Pasal 13 Badan Meteorologi dan Geofisika ik menetapkan persyaratan teknis meteorologi untuk kapal-kapal niaga Indonesia sebagai selected ships, supplementary ships atau auxillary ships. BAB IV PENUTUP U P Pasal 14 Badan Meteorologi dan Geofisika setahun sekali atas nama Departemen Perhubungan, dapat memberikan piagam atau tanda penghargaan lainnya kepada kapal-kapal, kapal, mercusuar-mercusuar yang dijaga atau bangunan-bangunan di laut yang telah menunjukan prestasi tertinggi dalam hal melaksanakan pengamatan cuaca selama tahun silam. 9

Pasal 15 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut kemudian. Pasal 16 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 11 Desember 1981 MENTERI PERHUBUNGAN ttd Digandakan oleh : Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok ROESMIN NURJADIN 10

Jakarta, 29 Maret1980 Kepada Yth. 1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut 2. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika 3. Kepala Badan SARNAS 4. Para Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan 5. Para Direksi Perusahaan Pelayaran Nasional S U R A T E D A R A N Nomor : SE 5/AL.403/Phb 403/Phb-1980 TENTANG KEWAJIBAN KAPAL-KAPAL NIAGA NASIONAL MENYAMPAIKAN DATA CUACA KEPADA SYAHBANDAR 1. Untuk kelancaran, keamanan dan keselamatan pelayaran serta usaha kegiatan di sektor lain, data hasil pengamatan cuaca di laut dan dari pulau- pulau yang terpencil serta bangunan di laut merupakan salah satu 11

masukan yang sangat diperlukan untuk dianalisa dan diteruskan kepada pengguna data tersebut. Oleh karena itu sumber data cuaca dan informasi dari kapal-kapal yang sedang berlayar sangat diperlukan. 2. Sebagaimana tindak lanjut butir 1 di atas telah dikeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor : KM.295/MG.201/Phb-81 tentang Pengamatan Cuaca dan Pengiriman i Data Cuaca dan dalam kenyataannya Keputusan Menteri Perhubungan tersebut kurang dilaksanakan oleh kapal niaga nasional, dan untuk itu perlu ditegaskan kembali agar setiap kapal niaga nasional diwajibkan menyampaikan data cuaca kepada syahbandar, sehingga Keputusan Menteri Perhubungan tersebut betul-betul dilaksanakan. 3. Demikian agar ketentuan tersebut dilaksanakan dan disebarluaskan baik kepada para nakhoda kapal maupun Awak kapal Niaga Nasional. MENTERI PERHUBUNGAN ttd Digandakan oleh : Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok Ir. AZWAR ANAS 12