manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
SISWA. Diajukan. Gelar. Disusun Oleh: A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Pelajaran fisika menarik untuk dipelajari tetapi pada kenyatan siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. membosankan menurut siswa kelas X-5 SMA 17 Agustus Dengan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang kurang diminati atau kalau bisa dihindari oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung menggunakan metode-metode yang monoton, misalnya. yang tradisional, maka apa yang diharapkan oleh pemerintah akan sukar

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. guru. Kemampuan tiap guru tidak sama, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(TPS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 TASIKMADU KARANGANYAR 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Keywords : teacher, learning process, numbered head together, study result

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu menghadapi segala hal perubahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Manusia saat lahirkemampuan rangsanganya lemah bila dibandingkan denagn hewan, tetapi mempunyai kemampuan potensial berupa pikiran, perasaan, kehendak, dan lain-lain yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Dunia pendidikan saat ini terus berpacu dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat sehingga terjadi perubahan-perubahan yang pesat pula. Saat ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kualitas pembelajarannya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada 1

2 Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang diharapkan. Untuk itulah guru dituntut untuk mengkomunikasikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik dan diharapkan apa yang diajarkan dapat dipahami sepenuhnya oleh siswa. Selain guru harus bisa mengkomunikasikan materi pelajaran yang akan disampaikan, sudah selayaknya kalau siswa juga harus mengimbangi usaha guru yaitu dengan ikut aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan ada dua faktor yang mempengaruhinya, menurut slameto (1995:54) dua faktor tersebut meliputi: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang sangat penting dalam menentukan hasil

3 belajar. Hal tersebut dapat dimengerti karena siswa merupakan subyek utama yang menjadi sasaran dalam proses belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman belajar dan latihan. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam memajukan minat dan rasa suka siswa terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan, khususnya mata pelajaran IPS, sehingga siswa akan selalu ingin belajar dan terus belajar tanpa ada rasa terpaksa. Dari kenyataan yang ada bahwa keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yang berasal dari luar siswa. Faktor dari luar diri siswa itu salah satunya adalah pemilihan metode yang tepat oleh guru. Hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya Ekonomi dimungkinkan disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang efektif. Selain itu dimungkinkan juga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, artinya siswa hanya mengorganisasikan sendiri apa yang dia peroleh tanpa mengkomunikasikan dengan siswa yang lain. Melihat fenomena ini penulis ingin mengusulkan adanya inovasi dalam proses pembelajaran, yaitu dengan adanya proses belajar secara berkelompok. Pengajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan / kelompok ini disebut dengan pembelajaran kooperatif (Robert E. Slavin, 2008). Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelomok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi

4 oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran denga seting kelompok kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan, karena memuat tiga mata pelajaran sekaligus yaitu Ekonomi, Geografi, dan Sejarah. Pada umumnya guru sangat menyadari bahwa mata pelajaran tersebut sangatlah membosankan dan tidak menarik karena harus banyak menghafal materi yang panjang. Bahkan banyak siswa dalam proses pembelajaran yang tidak memperhatikan dan seringkali menganggap mudah mata pelajaran ini. Pada proses pembelajaran dibutuhkan keaktifan dalam pemahaman materi yang diberikan, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Dengan belajar aktif diharapkan siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga hasil belajar yang didapat juga memuaskan. Hasil pengamatan pada bulan november, yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Ekonomi proses pembelajaran keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII A MTS NEGERI 1 WONOGIRI sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

5 No Tabel 1.1. Persentase keaktifan siswa Keaktifan Jumlah Siswa Persentase (%) 1. Visual Activities 13 44,83 % 2. Oral Activities 6 20,69 % 3. Listening activities 20 68,97 % 4. Writting Activities 17 58,62 % 5. Mental Activities 3 10,34 % Rata-rata Keaktifan 40,69 % Tabel 1.2. Nilai Pretest hasil belajar siswa No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Kriteria 1. 41-50 9 31 % Tidak Tuntas 2. 51 60 12 41 % Tidak Tuntas 3. 61 70 8 28 % Tuntas Dari tabel di atas menemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keaktifan siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan antara lain dalam proses pembelajaran berlangsung masih didominasi oleh guru, guru masih banyak menggunakan metode ceramah, murid tidak memperhatikan pelajaran, banyak yang masih bicara atau ngobrol dengan teman, dan siswanya kurang aktif dalam menerima materi pelajaran. Banyak siswa yang belum berani untuk mengemukakan pendapat, untuk bertanya serta menjawab pertanyaan sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Tak sedikit juga siswa yang menganggap remeh pelajaran Ekonomi yang terkadang membosankan. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan.

6 Untuk mengatasi masalah tersebut guru IPS kelas VII A MTS NEGERI 1 WONOGIRI telah menggunakan berbagai model pembelajaran seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas tetapi hasilnya cenderung tidak membuat siswa menjadi lebih aktif. Dengan permasalahan yang muncul seperti ini, peneliti berusaha mencari alternatif menggunakan metode lain yang bisa membuat siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran khususnya pada mata pelajaran Ips (Ekonomi) yaitu dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar supaya dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif. Apabila suasana yang kondusif telah tercapai maka hasil belajar siswa akan meningkat. Tidak hanya hasil belajarnya saja yang meningkat tetapi juga kemampuan siswa dalam menguasai materi akan meningkat. Beberapa pendapat mengemukakan tentang Numbered Heads Together (NHT) diantaranya sebagai berikut: Muhammad Nur (2005:78);Konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29);Isjoni (2007). Berdasar uraian diatas maka akan dilakukan penelitian mengenai efektifitas penggunaan metode pengajaran Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan salah satu metode pengajaran kooperatif untuk mata pelajaran Ekonomi yang memiliki banyak hal untuk didiskusikan pada sistem belajar kelompok. Menurut Anita Lie (2007), Numbered Head Together adalah metode belajar dengan cara siswa dibagi dalam kelompok, dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya, kelompok memutuskan jawaban yang

7 dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini, guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan semangat belajar siswa karena dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, memberikan ide/gagasannya, serta dituntut untuk bekerjasama dengan sesama anggota. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan judul PENERAPAN METODE PENGAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS (EKONOMI) KELAS VII A MTS NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana penggunaan metode Numbered Heads Together untuk mata pelajaran IPS ( Ekonomi) dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa VII A Mts Negeri 1 Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Bagaimana penerapan metode

8 Numbered Heads Together untuk mata pelajaran IPS (Ekonomi) dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa VII A Mts Negeri 1 Wonogiri. D. Manfaat Penetian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang efektifitas penerapan NHT (Numbered heads together ) dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIIA MTSN 1 WONOGIRI. b. Sebagai bahan pertimbangan penelitian yang relevan degan penelitian ini. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 2) Meningkatkan pemahamansiswadalampembelajaran. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Memperbaiki pembelajaran yang dikelola. 2) Membantu guru berkembang secara professional.

9 3) Memperluas pengalaman mengajar dikelas dalam rangka perencanaan pembelajaran yang efektif. 4) Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan meningkatkan proses pembelajaran di kelas. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di sekolah. 2) Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah.