1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
profesional, bersih dan berwibawa.

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance),

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu

negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (public service. Perbaikan atau reformasi di bidang kepegawaian

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat

VISI : TERCIPTANYA MANAJEMEN APARATUR PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN YANG PROFESIONAL BERBASIS E-PERSON

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BAB I PENDAHULUAN. memandang kerja adalah sesuatu yang mulia. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIDANG KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

(IKU) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang optimal dan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota 4.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-01/M.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Visi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Indragiri Hilir. yang ingin diwujudkan oleh Instansi Pemerintah.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Rekruitmen. Pegawai Lembaga Penegak Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN GOWA TAHUN l5

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-03/M.

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

VISI, MISI, TUJUAN, RENCANA STRATEGI DAN KEBIJAKAN BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TAHUN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian,

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya. Konsekuensi logis dari pemikiran tersebut adalah diperlukannya perhatian yang lebih besar bagi manajemen sumber daya manusia baik jenis, bentuk dan kegiatannya. Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, serta transparan (good governance) dibutuhkan sosok aparatur pemerintah yang berkualitas yang mampu mengaplikasikan pendekatan dan efisiensi dan efektifitas di dalam setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Untuk itu pemerintah harus membina aparaturnya secara terus menerus, terarah, transparan dalam suatu pola pengembangan karir pegawai negeri sipil. Pembinaan karir dalam organisasi, dalam hal ini organisasi pemerintah, perlu dilakukan dengan baik sehingga mampu mendukung pencapaian tujuan organisasi. Pembinaan karir pegawai di lingkungan organisasi pemerintah yang lebih dikenal dengan sebutan Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini sangat perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan PNS merupakan unsur aparatur dalam birokrasi pemerintah yang berfungsi sebagai motor penggerak pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintah dan pembangunan. Pembinaan karir di lingkungan PNS perlu dilakukan dengan baik, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyebutkan bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan diperlukan PNS yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Pembinaan karir ini dimaksudkan untuk memberi peluang yang sama bagi setiap PNS meningkatkan prestasi, meningkatkan kemampuan dan meningkatkan persaingan secara sehat. Dengan

2 kata lain, upaya untuk menciptakan aparatur yang profesional, bersih dan bertanggung jawab diperlukan pengembangan karir yang jelas dan dapat dilaksanakan secara baik dan konsekuen sehingga mendorong pegawai untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalisme guna meraih karir yang dicitacitakan. Seorang pegawai dalam upaya mencapai karir yang dicita-citakannya harus melakukan perencanaan karir (career planning) yakni proses perencanaan kehidupan kerjanya. Melalui perencanaan karir seorang pegawai mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir dan merencanakan aktifitas pengembangan praktis. Dengan demikian fokus utama dalam perencanaan karir haruslah sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan yang tersedia secara realistis. Perencanaan karir seorang pegawai dalam organisasi, dalam hal ini organisasi publik, akan dapat terlaksana dengan baik jika organisasi mengelola pengembangan karir pegawai dengan baik pula. Pengelolaan karir individu ini merupakan hal penting yang diperhatikan oleh manajemen sumber daya manusia, mengingat fungsi dan tugas manajemen sumber daya manusia yang baik harus: (1) mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari dalam perusahaan; (2) mengurangi adanya kekurangan tenaga berbakat yang dapat dipromosikan; (3) menyatakan minat karyawan; (4) meningkatkan produktifitas; (5) mengurangi turn-over karyawan; (6) memungkinkan manajer untuk meningkatkan minat pribadi terhadap bawahannya; dan (7) meningkatkan citra rekruitmen yang positif. Berkaitan dengan pengembangan karir pegawai, maka pembinaan karir dalam organisasi publik dalam hal ini pemerintahan, perlu dilakukan dengan lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan PNS merupakan aparatur dalam birokrasi pemerintahan yang sangat menentukan keberhasilan jalannya pemerintahan dan pembangunan. Upaya pembinaan pegawai yang bersih, tertib dan berwibawa serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam organisasi publik senantiasa perlu ditingkatkan sehingga kualitas pelayanan kepada masyarakat dapat terlaksana secara optimal. Oleh karena itu upaya penataan kembali (restructuring) organisasi pemerintahan perlu dikembangkan dan ditunjang dengan

3 pemantapan jenjang karir, pendidikan dan pelatihan serta uraian jabatan yang jelas. Restrukturisasi organisasi bertujuan agar para pegawai mempunyai motivasi yang tinggi dalam menjalankan setiap tugasnya atau dalam pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Adanya kejelasan dan kepastian karir dapat mendorong setiap pegawai untuk bekerja lebih baik, karena tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman dan keterampilannya. Dengan kata lain, jenjang karir yang jelas dapat dibuat rencana karir sebagai pedoman dalam pengembangan karir menuju ke arah profesionalisme aparatur pemerintah termasuk pejabat imigrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Hal tersebut di atas sesuai dengan Visi Direktorat Jenderal Imigrasi menjadikan aparatur Imigrasi yang profesional, berwibawa dan berwawasan global, serta Misi Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu melaksanakan pelayanan yang cepat, memberi kemudahan yang berkualitas dalam pelayanan terhadap masyarakat serta melaksanakan pengawasan dan pemantauan orang asing dalam kerangka mengamankan serta menunjang pembangunan nasional sangat membutuhkan sumber daya manusia yang terampil, berdisiplin, kompetitif dan profesional. Untuk mewujudkan hal tersebut organisasi imigrasi membutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu mengelola, mengembangkan dan membina jabatan dan karir pejabat imigrasi dalam suatu pola tertentu, yang berkesinambungan dan dimulai sejak proses perencanaan, seleksi penerimaan pegawai, pendidikan dan pelatihan, dan penempatan sebagai bagian dari pola. Dasar pemikirannya adalah jika pengelolaan sumber daya manusia dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan maka keluaran (output) menghasilkan pegawai-pejabat imigrasi yang berkualitas dan profesional. Mengingat pentingnya dibentuk sistem pengembangan karir dan jabatan dalam struktur organisasi imigrasi, maka sistem yang dibangun harus dapat dikembangkan dalam suatu subsistem-subsistem berupa tahapan-tahapan yang mandiri dan dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkaitan dengan sub-sub sistem yang lainnya. Misalnya Tahapan Perencanaan, harus didasarkan pada

4 kebutuhan nyata formasi Pejabat Teknis dan Nonteknis yang dibutuhkan di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi; Tahapan Rekruitmen, merupakan salah satu kunci keberhasilan mendapatkan sumber daya manusia yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan pejabat di organisasi imigrasi terdapat dua pola rekruitmen petugas imigrasi, yaitu (1) rekruitmen eksternal, yaitu menyaring pelamar umum melalui mekanisme panitia penerimaan CPNS yang dilakukan oleh Departemen Hukum dan HAM RI untuk menjadi petugas imigrasi; (2) rekruitmen internal yaitu menyaring sumber daya manusia dari dalam lingkungan imigrasi dan daerah, untuk menjadi petugas teknis di bidang keimigrasian; Tahapan Seleksi, merupakan tahapan yang sangat krusial untuk mendapatkan petugas-petugas imigrasi yang berkualitas. Seleksi dalam rekruitmen adalah rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan, keduanya merupakan tindak lanjut dari tahapan perencanaan sumber daya manusia. Agar pola pengembangan pegawai efektif, proses seleksi tidak saja dilakukan dalam tahap rekruitmen awal namun tetap dilakukan pada setiap tingkatan jenjang karir dan jabatan, sehingga petugas yang lolos seleksi sesuai dengan standar kualifikasi yang dibutuhkan; Tahapan Pendidikan dan Pelatihan, sebagai suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan analisis. Apabila dilakukan secara tepat dan cermat maka akan memperluas wawasan dan membentuk semua pola dan alur pikir individu. Hal ini pada gilirannya akan membantu pencapaian optimalisasi kinerja organisasi akibat pelaksanaan tugas dan fungsi tidak lagi berdasarkan rutinitas namun dilandasi oleh pertimbangan dan analisis. Tahapan ini disesuaikan dengan tingkat kecakapan yang diperluas untuk mengemban pekerjaan dan tugas tertentu. Selain itu dikembangkan pola pelatihan yang terdiri dari: (1) Pelatihan Penjenjangan, yang dimulai dari Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV untuk eselon IV sampai dengan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I untuk eselon I; (2) Pelatihan Teknis, yang meliputi: Pelatihan Dasar Keimigrasian, Pelatihan Teknis Keimigrasian Tingkat I dan II, Pendidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Imigrasi, Kursus Intelijen (Susintel) Imigrasi, Pelatihan Pendeteksian Dokumen Palsu (Document Fraud), Pelatihan Staf Paripurna, dan Pelatihan Pelayanan Prima; Tahapan Penempatan, Mutasi, dan Promosi merupakan suatu rangkaian

5 kegiatan yang berkesinambungan dan tidak terpisahkan, mengingat hal ini terkait dengan aspek kebutuhan organisasi dalam revitalisasi dan reposisi karir dan jabatan pejabat imigrasi. Pola penempatan disesuaikan dengan pendidikan dan pelatihan yang diikuti dan dikaitkan dengan tempat penugasan yang telah dilaksanakan oleh seorang pejabat imigrasi. Mengenai jumlah pejabat imigrasi menurut data yang tercatat di Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Imigrasi hingga Mei 2008 adalah sebagaimana tabel.1 berikut: Tabel.1. Komposisi Jumlah Pejabat Imigrasi Sedangkan jumlah pejabat imigrasi yang saat ini belum menduduki jabatan struktural menurut data yang tercatat di Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Imigrasi hingga Mei 2008 adalah sebagaimana tabel.2 berikut: Tabel.2. Komposisi Jumlah Pejabat Imigrasi Non Struktural

6 Kemudian, jumlah jabatan struktural yang telah terisi di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi menurut data yang tercatat di Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Imigrasi hingga Mei 2008 adalah sebagaimana tabel.3 berikut: Tabel.3. Komposisi Jumlah Jabatan Yang Tersedia Terakhir, jumlah jabatan struktural yang belum terisi (kosong) di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi menurut data yang tercatat di Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Imigrasi hingga Mei 2008 adalah sebagaimana tabel.4 berikut: Tabel.4. Komposisi Jumlah Jabatan Yang Kosong

7 Data kepegawaian Direktorat Jenderal Imigrasi tersebut di atas memperlihatkan bahwa dari jumlah pejabat imigrasi sebanyak 1690 orang dengan jabatan struktural sebesar 1566 posisi masih terdapat adanya kekosongan jabatan dari berbagai tingkatan jabatan struktural sebanyak 551 posisi jabatan. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah pejabat imigrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi masih kurang dari jumlah kebutuhan jabatan struktural yang ada yakni sebanyak 551 posisi jabatan dari berbagai tingkatan, oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan dalam pengembangan karir pejabat imigrasi dengan baik mengingat bahwa jumlah jabatan struktural yang tersedia masih banyak tapi jumlah pejabat imigrasi kecil. Keterbatasan jumlah pejabat imigrasi yang ada berbanding terbalik dengan jumlah jabatan struktural yang masih tersedia (kosong) memperlihatkan bahwa pengembangan karir di Direktorat Jenderal Imigrasi perlu disesuaikan. Dengan demikian apabila pejabat imigrasi mempunyai keinginan mendapatkan atau meningkatkan jabatan sebagai jalur karir di Direktorat Jenderal Imigrasi, maka untuk meraih karir yang dicita-citakan pejabat imigrasi tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu antara lain tingkat keterampilan dan kemampuan yang dimiliki, pangkat, pendidikan dan pelatihan yang pernah diikutinya.

8 Perbandingan yang relatif kurang seimbang antara jumlah pejabat imigrasi dan jumlah jabatan tersebut di atas menjadikan sistem pengembangan karir pejabat imigrasi di Direktorat Jenderal Imigrasi dalam memperoleh jabatan struktural cenderung sulit dilakukan. Selain sulitnya pengelolaan sistem pengembangan karir, berdasarkan tabel di atas Direktorat Jenderal Imigrasi juga masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kekurangan pejabat teknis (Pejabat Imigrasi). Sementara jumlah pejabat imigrasi yang dihasilkan oleh Akademi Imigrasi hanya sekitar 60 orang pertahun atau 420 orang sampai dengan tahun 2010. Untuk itu perencanaan dan pengembangan karir perlu dilakukan dengan baik. Menurut pendapat Siegel/Myrtle (1985:151) bahwa proses organisasi apapun, perencanaan karir pegawai harus dapat mencukup kebutuhan ganda jika proses organisasi itu dikatakan efektif. Pada satu pihak, perencanaan karir pegawai harus memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga kerja yang memiliki kualifikasi dan produktif tinggi kepada organisasi. Di pihak yang lain, perencanaan karir pegawai harus mencukupi kebutuhan-kebutuhan setiap pegawainya yang memiliki aspirasi dan kebutuhan yang khusus. Perencanaan karir yang terpola secara sistematik akan lebih memudahkan pejabat imigrasi mengidentifikasi sasaran karir yang akan dicapai. Hal ini dikarenakan perencanaan karir secara umum di dalam organisasi akan memperbaiki dan meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, memacu semangat dan disiplin kerja pegawai, serta meningkatkan profesionalitas dan produktifitas kerja, sehingga akan menguntungkan organisasi tersebut. Secara khusus pengembangan karir bagi pegawai merupakan katalisator untuk menggali segenap potensi kerja yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap pimpinan pada setiap unit organisasi di lingkungan pemerintahan akan dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat apabila secara serius memperhatikan dan merumuskan perencanaan karir pegawainya. Menyikapi keadaan tersebut di atas, peneliti terdorong untuk meneliti perencanaan dan pengembangan karir pejabat imigrasi yang telah dijalankan di Direktorat Jenderal Imigrasi. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diungkapkan

9 bagaimana sistem pengembangan karir yang berjalan saat ini di Direktorat Jenderal dapat memenuhi perencanaan karir bagi para pejabat imigrasinya. 1.2. Perumusan Masalah Telah diuraikan sebelumnya bahwa pengembangan karir merupakan bagian kegiatan dalam pengembangan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dalam pengembangan karir pegawai bertanggung jawab atas perencanaan karirnya sedangkan organisasi dalam hal ini pengelola (manajemen) bertanggung jawab atas pengelolaan karir (Gilley dan Eggland, 1989). Direktorat Jenderal Imigrasi telah berupaya untuk menciptakan suatu aturan dan pola dalam pengembangan karir bagi pegawainya melalui tahapan-tahapan mandiri yang pelaksanaannya dilakukan secara berkesinambungan dan saling berkaitan. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai pedoman perencanaan pegawai. Sebagai pengelola manajemen kepegawaian dalam hal ini dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal Departemen Hukum dan HAM atau Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi. Terlihat disini bahwa peraturan, ketentuannya sudah ada demikian juga dengan pengelolanya. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana pola perencanaan dan pengembangan karir pejabat imigrasi di Direktorat Jenderal Imigrasi? b) Bagaimana strategi implementasi pengembangan karir di Direktorat Jenderal Imigrasi? 1.3. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan pokok masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: a) Menganalisis pola perencanaan dan pengembangan karir di Direktorat Jenderal Imigrasi.

1 0 b) Menganalisis strategi implementasi pengembangan karir di Direktorat Jenderal Imigrasi. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi upaya pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Secara rinci hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep-konsep manajemen sumber daya manusia dan menambah perbendaharaan studi ilmiah di bidang pengembangan karir 2. Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan Pejabat Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dan penyempurnaan administrasi di bidang sumber daya manusia. 1.4. Sistematika Penulisan Penulisan dalam tesis ini terbagi dalam 6 (enam) bab, dengan garis besar sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas hasil studi kepustakaan tentang konsep dan landasan kepustakaan mengenai perencanaan dan pengembangan karir pejabat imigrasi. BAB III : METODE PENELITIAN

1 1 Bab ini mengemukakan tentang metode penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data, serta proses analisa data. BAB IV : GAMBARAN UMUM Bab ini berisi uraian tentang jenjang karir PNS dalam jabatan struktural pada Direktorat Jenderal Imigrasi, kedudukan, tugas, fungsi, susunan, dan struktur organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi, Rumah Detensi Imigrasi, Kantor Imigrasi Kelas II, dan Akademi Imigrasi Departemen Hukum dan HAM BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang uraian singkat mengenai hasil penelitian yang meliputi deskripsi hasil penelitian, serta analisa data. BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir tesis ini, akan dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran atau rekomendasi berdasarkan kesimpulan tersebut.