BAB I PENDAHULUAN. mesin yang dapat menerima informasi input digital, kemudian. Internet merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kontrak jual beli yang dilakukan baik secara konvensional maupun secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perilaku konsumen mengalami perubahan lebih. mengedepankan kemudahan di segala aspek kehidupan. Dalam melakukan suatu

BAB III PENUTUP. 1. Kontrak elektronik yang dilakukan melalui SMS Banking sah sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan masyarakat. Salah satu bukti dari kemajuan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan permasalahan dalam pengambilan setiap keputusan. Hukum. akan mendapatkan sanksi dari eksternal power.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

KEABSAHAN KONTRAK PERDAGANGAN SECARA ELEKTRONIK ( E-COMMERCE

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

BAB I PENDAHULUAN. disebut e-commerce (electronic commerce) atau transaksi elektronik. E- serta tidak menggunakan tanda tangan asli (non-sign).

A. Pengertian E-Commerce

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kelancaran sarana telekomunikasi akan menunjang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( )

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi dalam era globalisasi, membuat berbagai aktivitas sehari-hari dilakukan dengan bantuan alat-alat elektronik yang salah satunya adalah komputer. Komputer merupakan suatu mesin yang dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang dimilikinya dan menghasilkan output berupa informasi. Konvergensi antara teknologi komunikasi, media dan komputer menghasilkan sarana baru yang disebut dengan internet. Internet merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintah, komersial, organisasi maupun perorangan. 1 Fasilitas yang ada dalam internet yaitu, E-mail (surat elektronik), File Transfer Protocol (FTP), Information Browsing (gopher), Remote Login (Telnet), Advanced Browsing (www), Automated Title search (archie, veronica), Automated content search dan Komunikasi Audio dan Visual. Internet menjadikan dunia tanpa batas, seakan-akan baik tempat maupun waktu bukan suatu masalah yang berarti. Dengan internet seseorang yang berencana untuk membeli suatu barang tidak perlu datang ke tempat penjualan secara langsung, karena cukup dengan menggunakan komputer 1 H. Achmad Sodiki, Kejahatan Mayantara (cyber crime), PT Refika aditama, 2005, Bandung, hlm 24. 1

2 yang memiliki fasilitas internet dan menekan tombol-tombol pada komputer, maka akan mendapatkan barang yang diinginkan selanjutnya, bila tertarik dengan barang tersebut dapat dilakukan transaksi dengan memasukkan nomor kartu kredit beserta alamat rumah, dengan demikian barang yang sudah dipesan akan langsung dikirim ke alamat tujuan. Aktivitas di internet dapat menjangkau seluruh belahan bumi dengan melampaui batas-batas negara. Ketentuan hukum di Indonesia mengatur mengenai kebebasan berkomunikasi dengan menggunakan media elektronik, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 28f Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Ketentuan ini dengan tegas memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan informasi maupun transaksi yang salah satunya menggunakan media elektronik seperti internet. Perjanjian jual beli dalam Pasal 1457 Burgerlijk Wetboek atau yang disingkat dengan BW mengatur bahwa jual beli merupakan perjanjian pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu kebendaan sedangkan pihak yang lain membayar harga yang diperjanjikan. Dalam pembuatan kontrak jual beli konvensional harus memperhatikan syarat sahnya kontrak seperti yang diatur dalam Pasal 1320 BW yaitu sepakat, cakap, suatu hal

3 tertentu dan sebab yang halal, sedangkan untuk kontrak jual beli yang dilakukan melalui transaksi elektronik syarat sahnya tidak hanya mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 BW saja namun juga pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tahyn 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kontrak jual beli yang dilakukan dalam dunia bisnis sebagian besar berbentuk perjanjian baku (standard contract). Adapun yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah suatu perjanjian tertulis yang isinya telah diformulasikan oleh suatu pihak dalam bentuk formulir-formulir, sebagai contoh dapat ditemukan perjanjian baku seperti dalam perjanjian kredit perbankan, perjanjian asuransi, perjanjian penitipan barang, perjanjian antara konsumen dengan PT Telkom, perjanjian antara konsumen dengan PDAM, perjanjian antara pemilik hotel dengan konsumen, perjanjian antara konsumen dengan perusahaan chemical laundry dan sebagainya. 2 Pada prinsipnya perjanjian baku hanya ditentukan oleh salah satu pihak saja, sehingga pihak yang lain tidak mempunyai kebebasan untuk melakukan penawaran. Hal ini tidak bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak seperti yang diatur dalam Pasal 1338 BW yaitu para pihak yang melakukan suatu kontrak bebas menentukan isi dan format dari kontrak itu sendiri. Pihak-pihak dalam melakukan suatu transaksi jual beli melalui internet selain adanya penjual/pelaku usaha dan pembeli, ada juga peran dari provider. Jasa layanan Internet Service Provider diantaranya adalah 2 Mieke Komar Kantaatmadja,et. Al., Cyberlaw: Suatu Pengantar, 2002, Elips II, hlm.17

4 menyediakan akses kepada para pelanggannya dan setelah seseorang mendaftarkan dirinya dengan biaya akses tertentu, maka perusahaan Internet Service Provider akan memberikan kepadanya suatu kode-kode untuk meng-install sambungan internet ke komputernya. Gunanya kode-kode tersebut adalah sebagai panduan komputer untuk mengkondisikan dirinya agar dapat membaca data yang kemudian disampaikan dari saluran telepon atau sebuah kabel data. 3 Provider berkewajiban untuk menyediakan jasa layanan kepada calon pembeli agar dapat melakukan transaksi jual beli melalui Internet dengan penjual yang menawarkan produknya lewat Internet tersebut, dengan demikian terdapat kerja sama antara penjual dengan provider dalam transaksi jual beli melalui internet. Kontrak jual beli yang dilakukan melalui internet tidak terlepas dari persoalan-persoalan hukum, misalnya kontrak jual beli yang dibuat tidak sah menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 BW, Pasal 17 ayat (2), Pasal 8 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi ELektronik, dan salah satu pihak yang membuat kontrak tidak melaksanakan hak dan kewajiban yang tertera dalam isi kontrak. Apabila hal ini terjadi maka, diperlukan suatu pembuktian hokum untuk dapat menemukan alat-alat bukti yang sah agar dapat membuktikan kontrak yang dibuat sudah susuai tau belum dengan ketentuan yang terdapat dalam BW maupun Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi ELektronik. 3 Mariam Darus Badrulzaman, dkk,2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, hlm.277

5 Sistem pembuktian hukum privat tetap menggunakan ketentuan yang diatur di dalam Burgerlijk Wetboek (BW), Het Herziene Indonesisch Reglement (untuk Jawa Madura) dan Rechts Reglement Buitengewesten (untuk diluar Jawa dan Madura). Dalam hukum pembuktian ini, alat-alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari bukti tulisan, bukti saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah yang diatur dalam Pasal 1866 BW dan Pasal 164 HIR. 4 Namun dengan berkembangnya transaksi melalui elektronik, memberi pengaruh bagi sistem pembuktian hukum di Indonesia yaitu ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur penambahan beberapa alat bukti yang sah dalam melakukan transaksi jual beli melalui media ielektronik. Dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur mengenai kekuatan pembuktian dari informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik yang terdapat pada suatu perjanjian yang dilakukan melalui media elektronik. Pengaturan mengenai informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik secara umum dikatakan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, yang merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Demikian halnya dengan tanda tangan elektronik, memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Namun 4 Mieke Komar Kantaatmadja,et. Al., opcit, hlm. 33

6 pembuatan tanda tangan elektronik tersebut harus memenuhi persyaratanpersyaratan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kontrak jual beli melalui internet sudah banyak digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia, mulai dari jual beli produk-produk dalam negeri sampai dengan produk-produk mancanegara, namun dalam hubungan jual beli antara pelaku usaha dan pembeli tersebut seringkali tidak dituangkan ke dalam suatu kontrak jual beli, hal ini dikarenakan dalam dunia bisnis transaksi terjadi hanya berlandaskan kepercayaan semata. Hampir sebagian besar transaksi dilakukan secara sederhana saja yaitu hanya sebatas adanya kata sepakat diantara kedua belah pihak tanpa adanya suatu kontrak yang mengikat para pihak, karena kebanyakan diantara mereka yang melakukan transaksi masih belum mengerti mengenai keabsahan dari transaksi itu sendiri dan hanya berpikir praktis dalam hal pencapaian suatu kebutuhan. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh dunia maya mendorong masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas menggunakan internet. Dampak dari perkembangan teknologi tersebut meluas sampai ke bidang perdagangan, yaitu ditandai dengan kemajuan sistem bertransaksi dalam melakukan jual beli di internet. Jual beli di internet tidak hanya terjadi pada lingkup perdagangan dalam negeri saja, namun juga meliputi perdagangan antar negara. Oleh karena itu, apabila kontrak jual beli yang dilakukan melalui internet melibatkan hubungan antar negara maka yang digunakan

7 adalah ketentuan yang terdapat dalam prinsip hukum kontrak komersial internasional. Prinsip hukum kontrak komersial internasional diatur dalam Principles of International Commercial Contracts (UNIDROIT) dan dalam Konvensi PBB tentang kontrak-kontrak bagi jual beli barang Internasional (The United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods) atau yang disingkat dengan CISG. CISG berlaku terhadap kontrak jual beli barang yang para pihaknya memiliki tempat usaha di negara yang berbeda, ruang lingkupnya juga dibatasi hanya pada barang untuk tujuan komersial bukan untuk tujuan pribadi atau untuk kepentingan pemerintah. CISG tidak berlaku terhadap jual beli barang untuk dipakai sendiri, kepentingan keluarga atau untuk kebutuhan rumah tangga, kecuali untuk menutup kontrak penjual tidak mengetahui penggunaan barang itu. CISG juga tidak berlaku terhadap jual beli melalui lelang, eksekusi oleh otoritas tertentu, jual beli saham, sekuritas investasi, surat berharga atau uang dan juga tidak berlaku atas jual beli kapal laut, hover-craft, pesawat udara dan listrik. Sedangkan prinsip-prinsip UNIDROIT merupakan prinsip-prinsip umum bagi kontrak komersial internasional yang bisa diterapkan ke dalam aturan hukum nasional atau dapat dipakai oleh para pembuat kontrak untuk mengatur transaksi-transaksi komersial internasional sebagai pilihan hukum. 5 Prinsip UNIDROIT tidak mengatur syarat sahnya kontrak seperti yang dimuat dalam Pasal 1320 BW. Alasan tidak dimuatnya aturan demikian ditegaskan dalam Pasal 3.1 yang menyatakan bahwa prinsip UNIDROIT tidak mengatur ketidakabsahan yang timbul dari: tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki kewenangan, dan amoralitas dan iligalitas. Tidak mungkin semua dasar syarat sahnya kontrak ditemukan dalam berbagai sistem hukum nasional dipakai dalam ruang lingkup prinsip UNIDROIT karena setiap negara memiliki status, kewenangan dan 5 Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, hlm.156.

8 kebijaksanaan publik serta perbedaan ekstrem mengenai cara bagaimana hal itu diperlakukan di dalam hukum domestik. 6 Kontrak jual beli yang dilakukan secara konvensional berbeda media dengan kontrak jual beli yang dilakukan melalui transaksi elektronik, oleh karena itu tentunya memerlukan suatu perluasan alat-alat bukti dalam hal pembuktian hukum. Penulis menulis judul suatu penelitian Pembuktian Hukum Dalam Kontrak Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah rumusan masalah penulisan hukum ini adalah 1. Apakah kontrak jual beli konvensional dapat dijadikan tolok ukur untuk transaksi elektronik? 2. Bagaimanakah pembuktian hukum dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik apabila tidak terdapat sengketa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui kontrak jual beli konvensional yang dapat dijadikan tolok ukur untuk transaksi elektronik. 6 Ibid, hlm.199.

9 2. Untuk mengetahui pembuktian hukum dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, sebagai berikut: 1. Teoritis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya kontrak jual beli melalui transaksi elektronik. 2. Praktis a. Bagi perumus Peraturan Perundang-undangan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan dalam rangka menilai isi peraturan perundang undangan yang berlaku saat ini dan memberikan saran terhadap isi peraturan perundang-undangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan masukan apabila akan dilakukan revisi peraturan perundang undangan. b. Bagi penegak hukum, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penegak hukum dalam hal pembuktian terhadap kasus mengenai kontrak jual beli melalui transaksi elektronik. c. Bagi pelaku usaha/penjual dan pembeli yang melakukan jual beli melalui transaksi elektronik agar dapat mempertimbangkan keabsahan dari kontrak jual beli yang dilakukan supaya menjadi alat bukti yang sah.

10 d. Bagi masyarakat luas, agar mendapatkan kepastian hukum mengenai alat pembuktian yang sah terhadap kontrak jual beli melalui transaksi elektronik e. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum. E. Batasan Konsep 1. Pembuktian Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan pembuktian adalah proses membuktikan dan meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil yang dikemukan oleh para pihak dalam suatu persengketaan di muka persidangan. 7 2. Kontrak Jual beli Berdasarkan Pasal 1457 Burgerlijk Weboek (BW) yang dimaksud jual beli adalah perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 3. Transaksi Elektronik Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang dimaksud dengan 7 http://makmum anshory.blogspot.com/2009/10/pembuktian.html, diakses tanggal 9 September 2010.

11 Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) yaitu penelitian hukum dengan melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian. 2. Bahan Hukum Sekunder. Penelitian ini terdiri dari Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum 1. Bahan Hukum Primer berupa Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti, yaitu : a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 28 f. b. BW khususnya Pasal 1457, Pasal 1458, Pasal 1851 ayat (2), Pasal 1740 BW, Pasal 1694, Pasal 1320, Pasal 612, Pasal 616, Pasal 620, Pasal 613, Pasal 1514, Pasal 1266, Pasal 1267, Pasal 1338, Pasal 1337, Pasal 1870, Pasal 1865,Pasal 1945, Pasal 1866, Pasal 1867-1894, Pasal 1869, Pasal 1870, Pasal 1880, Pasal 1875, Pasal 1902-

12 1912, Pasal 1877, Pasal 1874, Pasal 1916, Pasal 1915 sampai dengan Pasal 1922, Pasal 1909 alinea 2, Pasal 1910, Pasal 1910 alinea 1, Pasal 1905 dan Pasal 1902-1912. c. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) khususnya Pasal 138, Pasal 153, Pasal 154, Pasal 164, Pasal 165, Pasal 163, Pasal 162 sampai dengan Pasal 177, Pasal 139-152, Pasal 168-172, Pasal 155 sampai dengan Pasal 158, Pasal 173, Pasal 146, Pasal 145 ayat 4, Pasal 145 ayat 1 sub 3 jo. Ayat 4, Pasal 145 ayat 1 sub 4, Pasal 145 ayat 1 sub 1, Pasal 145 ayat 1 sub 2, Pasal 169, Pasal 139-152 dan Pasal 168-172. d. RBg khususnya Pasal 285, Pasal 283, Pasal 284, Pasal 282 sampai dengan Pasal 314, Stb 1867 No.29, Pasal 164 dan Pasal 285 sampai dengan 305 RBg, S 1867 No. 29, Pasal 286 sampai Pasal 305, Pasal 288, Pasal 165-179, Pasal 181, Pasal 182 sampai dengan Pasal 185, Pasal 310, Pasal 174, Pasal 173, Pasal 172 ayat 1 sub 4 jo. 173, Pasal 172 ayat 1 sub 5, Pasal 172 ayat 1 sub 1, 172 ayat 1 sub 3, Pasal 306, Pasal 165-179 dan Pasal 288 e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58 tambahan Lembaran Negara nomor 4843), khususnya Pasal 1 angka 5, Pasal 1 angka 17, Pasal 21 ayat (3), Pasal 1 angka 8, Pasal 17 ayat (2), Pasal 8, Pasal

13 15, Pasal 18, Pasal 20, Pasal 11, Pasal 1 angka 12, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7. f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi khususnya Pasal 1 angka 8 dan Pasal 1 angka 14. g. Principles of International Commercial Contracts (UNIDROIT). h. (The United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods) atau yang disingkat dengan CISG. i. Kontrak jual beli Glodok Shop. 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan pejelasan mengenai bahan hukum primer yaitu buku-buku dan pendapat hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan guna memperoleh bahan hukum primer maupun sekunder dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, serta artikel yang diperoleh dari makalah atau internet yang berhubungan dengan obyek penelitian. 4. Narasumber Dalam hal ini dipaparkan penjelasan berupa pendapat dari narasumber yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dikaji, yaitu Bapak Budiman sebagai officer dua Hukum dan Perikatan PT

14 Telekomunikasi Indonesia cabang Sumatera bagian Selatan dan Bapak Walfred Pardamean selaku Hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta. 5. Metode Analisis Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya disistemasisasikan untuk dilakukan analisisis. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah deskriftif kualitatif dengan alur berpikir deduktif, yaitu dimulai dari peraturan hukumnya dan kemudian dibawa ke permasalahan sebenarnya. Deskriftif yaitu menganalisis data dengan cara memaparkan secara terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terkait dengan permasalahan pengaturan hukum yang berkaitan dengan permasalahanpermasalahan yang timbul dalam kontrak jual beli yang dilakukan melalui transaksi elektronik kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus yaitu suatu pembuktian hukum dalam kontrak jual beli melalui transaksi elektronik tersebut. Kualitatif yaitu menganalisis pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistemasisasikan tersebut dengan cara yang didapat dari teoriteori hukum dan hukum positif untuk dapat menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami dan ilmiah.

15 G. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, dari latar belakang masalah tersebut dapat diketemukan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, serta metode penelitian. BAB II: Pembahasan Dalam Bab II bagian A berisi mengenai tinjauan tentang kontrak jual beli baik yang dilakukan dengan kontrak jual beli konvessional maupun kontrak jual beli elektronik. Bagian B mengenai tinjauan tentang pembuktian hukum dalam kontrak jual beli dan pembuktian hukum kontrak jual beli dalam transaksi elektronik. BAB III: Penutup Berisi kesimpulan terhadap hasil penulisan berdasarkan rumusan masalah dan saran untuk penyelesaian permasalahan yang muncul.