Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

ABSTRAK. knowledge, role of teacher, shcool dental hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

Peran Orang Tua, Teman, Guru, Petugas Kesehatan Terhadap Perilaku Menggosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumberejo

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V - VI DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2015

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM:

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dengan Karies Gigi Murid Usia 5 Tahun di Pondok Labu Tahun 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENGARUH MENYIKAT GIGI SEBELUM TIDUR MALAM HARI TERHADAP KARIES PADA ANAK SD NEGERI 15 JATI TANAH TINGGI ABSTRAK

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan gigi (Isro in, 2012). Misalnya seorang anak makan makanan yang manis

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol.02 No.2, Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

Perilaku Perawat Gigi dalam Pelaksanaan Program UKGS di Kota Pontianak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

PENGARUH PROMOSI MENYIKAT GIGI TERHADAP SKOR PLAK DI SEKOLAH DASAR KANDANGAN II, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENYULUHAN METODE AUDIO VISUAL DAN DEMONSTRASI TERHADAP PENGETAHUAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Ngatemi Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta I Email : Ngatemi01@yahoo.com Abstrak Status kesehatan gigi dan mulut serta peran orangtua dalam kesehatan gigi mulut merupakan faktor penting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan manajemen pelaksanaan UKGS dan peran orang tua terhadap status kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas V dan VI di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan tahun 2011. Jenis penelitian deskriptif analitik, dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel penelitian adalah semua siswa dan orangtua siswa kelas V dan VI SDN wilayah binaan Puskesmas se- Kecamatan Cilandak, yang berjumlah 6 buah Puskesmas dan 6 SDN. Sampel sebanyak 557 orang Analisis data yaitu analisis univariat, bivariat (uji Kai Kuadrat dan Uji Anova), dan multivariat (uji Regresi Logistik dan Regresi Linier). Hasil status kesehatan gigi dan mulut siswa nilai rata-rata indeks DMFT siswa adalah 1,42, indeks CPITN 1,47, dan OHIS siswa adalah 1,65. Manajemen program UKGS di sekolah sebagian besar berjalan dengan kurang (50,0%). Hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks DMFT adalah pengorganisasian (OR = 3,379) setelah dikontrol oleh peran orangtua. Tidak ada variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks OHIS. Dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks CPITN adalah perencanaan (B = 0,161) setelah dikontrol oleh variabel pengendalian dan peran orangtua. Kesimpulan manajemen pelaksanaan UKGS dan peran orang tua dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas V dan VI. Kata Kunci : status kesehatan gigi mulut, manajemen UKGS, peran orangtua Abstract Oral health status and the role of parents in dental health of the mouth is an important factor. The purpose of this study to see the effect of the implementation UKGS management and the role of parents of the health status of teeth and mouth and mouth in class V and VI pupils in the District Cilandak, South Jakarta in 2011. This type of research is a descriptive analytic cross sectional design. Population and study sample was all students and parents classes V and VI in the target region SDN a district health center Cilandak, were amounted to 6 pieces of health centers and 6 SDN. A sample of 557 people univariate analysis of the data analysis, bivariate analysis (Chi square test and Anova), and multivariate analysis (Logistic Regression and Linier Regression). The results of univariate analysis of known dental and oral health status of students the average student DMFT index was 1.42, CPITN index known to the average value is 1.47, and the average value OHIS students is 1.65. Management program at the school UKGS mostly running with less (50.0%). The results of multivariate analysis, variables related to the status of DMFT is organization (OR = 3,379) and the role of parents. Nothing variables related to the status of OHIS. Variables related to the status of CPITN is planning (B = 0,161), control, and role of parents. Conclusion UKGS implementation and management roles parents can affect the oral health status of the students in grade V and VI. Key words : dental oral health status, UKGS management, the role of parents. Pendahuluan Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan masalah masyarakat yang penting, hal ini dapat dilihat dari prevalensi karies di Indonesia yang masih tergolong tinggi. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, sebanyak 72,1% penduduk Indonesia menderita karies gigi (gigi berlubang) dan 103

Ngatemi, Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS... 104 23,4% mengeluhkan masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut hanya 29.6% yang mengkonsultasikan masalahnya dan mendapatkan perawatan dari tenaga medis. Selain itu, riset tersebut juga mengungkapkan bahwa dari 91,1 % masyarakat berusia lebih dari 10 tahun yang menggosok gigi setiap hari, hanya 7,3% yang menggosok gigi secara benar. 1 Hasil penelitian Pratiwi 2, mengemukakan bahwa karakteristik organisasi seperti halnya sarana prasarana, biaya operasional, petugas, unit sekolah, monitor, dan evaluasi pada akhirnya berdampak terhadap kinerja dan keberhasilan program UKGS dan status kesehatan gigi dan mulut siswa. Namun demikian, penelitian tersebut tidak membahas tentang manajemen UKGS secara lengkap dalam unit sekolah, yang terkait juga dengan perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Dimana dalam hal ini akan dibahas secara tuntas dan menyeluruh oleh peneliti, sehingga kinerja UKGS dikaji dalam sudut pandang yang cukup luas, baik dari pihak sekolah, Puskesmas, maupun orangtua murid sendiri. Berkaitan dengan kondisi diatas, mengingat cukup tingginya persentase karies gigi pada anak sekolah yang terkait erat dengan berbagai faktor, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan faktor manajemen tenaga pelaksana UKGS dan peran orangtua terhadap status kesehatan gigi dan mulut murid Sekolah Dasar Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011. Metode Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan Mix method yaitu dengan menggunakan keterpaduan antara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif dengan menggunakan metode survei analitik dan rancangan penelitian Cross Sectional (potong lintang). 3 Metode kualitatif untuk melihat keterwakilan fungsi manajemen pelaksanaan UKGS, yaitu informasi yang berasal dari Kepala Puskesmas, penanggung jawab Program UKGS, perawat gigi, dokter gigi, dan Guru kelas. Populasi penelitian adalah semua siswa dan orangtua siswa kelas V dan VI yang ada di SDN dalam wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Cilandak, yang berjumlah 6 buah Puskesmas dan 6 SDN, dengan total 556 orang siswa. Informan penelitian adalah seluruh tenaga pelaksana UKGS yang ada di wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, dengan total keseluruhan sebanyak 36 orang Hasil Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dilakukan analisis, yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. A. Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011 Status Gilut Frekuensi (n) Persentase (%) OHIS Buruk 117 21,0 Sedang 395 70,9 Baik 45 8,1 Total 557 100,0 DMFT

105 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei 2013, Hal.69-140 Rendah 341 61,2 Tinggi 216 38,8 Total 557 100,0 CPITN Karang gigi 147 26,4 Berdarah 45 8,1 Sehat 365 65,5 Total 557 100,0 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar indeks OHIS siswa SD adalah sedang (70,9%). sebagian besar indeks DMFT siswa SD adalah rendah (61,2%), dan sebagian besar indeks CPITN siswa SD adalah sehat (65,5%). 1. Manajemen UKGS Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar perencanaan program UKGS di SD Binaan Puskesmas Kecamatan Cilandak berjalan dengan kurang baik (66,7%), pengorganisasian UKGS memiliki proporsi yang sama, pengorganisasian program UKGS berjalan dengan kurang baik (50,0%). sebagian besar pelaksanaan program UKGS berjalan dengan baik (66,7%). Pengendalian UKGS memiliki proporsi yang sama, yaitu pengendalian program UKGS berjalan dengan kurang baik dan 3 sekolah menyatakan pengendalian program UKGS berjalan dengan baik (50,0%). seperti terlihat dalam tabel 4 berikut. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Manajemen Program UKGS pada Siswa SD Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011 Variabel Frekuens i (n) Persentas e (%) Perencanaan Kurang baik 4 66,7 Baik 2 33,3 Pengorganisasia n Kurang baik 3 50,0 Baik 3 50,0 Total 6 100,0 Pelaksanaan Kurang baik 2 33,3 Baik 4 66,7 Pengendalian Kurang baik 3 50,0 Baik 3 50,0 Total 6 100,0 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar manajemen program UKGS di sekolah berjalan dengan kurang yaitu sebanyak 3 sekolah (50,0%), sedangkan yang termasuk cukup sebanyak 2 sekolah (33,3%), dan yang termasuk baik sebanyak 1 sekolah (16,7%) 2. Peran Orangtua Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar orangtua siswa berperan dengan baik yaitu 440 orang (79,0%) Tabel 3 Distribusi Frekuensi Peran Orangtua Siswa Sekolah Dasar Binaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011 Peran Orangtua Frekuensi (n) Persentase (%) Kurang baik 117 21,0 Baik 440 79,0 Total 557 100,0 B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama antara variabel manajemen UKGS (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian) dan peran orangtua dengan status gigi dan mulut siswa (indeks OHIS, DMFT, CPITN). 1. Hubungan manajemen UKGS dan peran orangtua secara sendirisendiri dengan status gigi dan mulut siswa

Ngatemi, Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS... 106 No Hasil tabel menunjukkan bahwa perencanaan UKGS berhubungan dengan indeks DMFT dan CPITN, pengorganisasian UKGS hanya berhubungan dengan indeks DMFT, pelaksanaan UKGS berhubungan dengan indeks DMFT dan CPITN, pengendalian UKGS berhubungan dengan indeks DMFT dan CPITN, peran orangtua berhubungan seluruhnya dengan status kesehatan gigi dan mulut, yang meliputi indeks OHIS, DMFT dan CPITN. Secara jelas, terlijat dalam tabel 4 berikut. Tabel 4 Hubungan Manajemen UKGS Dengan Status Gigi dan Mulut Siswa Manajemen UKGS Status Gigi dan Mulut p value OR Kesimpulan 1 Perencanaan OHIS 0,308 - Tdk ada hub DMFT 0.001 1,853 Ada hub CPITN 0,004 - Ada hub 2 Pengorganisasian OHIS 0,101 - Tdk ada hub DMFT 0,005 3,32 Ada hub CPITN 0,573 - Tdk ada hub 3 Pelaksanaan OHIS 0,643 - Tdk ada hub DMFT 0.005 2,23 Ada hub CPITN 0,040 - Ada hub 5 Peran orangtua OHIS 0,411 - Tdk ada hub DMFT 0.001 1,81 Ada hub CPITN 0,053 - Ada hub OHIS 0,029 - Ada hub DMFT 0.022 1,68 Ada hub CPITN 0,037 - Ada hub Kurang 1,78 0,58 0,0005 Cukup 1,44 0,44 Baik 1,97 0,43 Indeks OHIS Kurang 0,58 0,88 0,528 Cukup 0,61 0,87 Baik 0,69 0,89 Indeks CPITN Kurang 2,44 0,82 0,956 Cukup 2,46 0,98 Baik 2,47 0,87 C. Analisis Multivariat Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gigi dan mulut siswa Hasil akhir analisis multivariat, ternyata variabel pengorganisasian dan peran orangtua merupakan variabel yang berhubungan dengan indeks DMFT siswa. Dan dari kedua variabel tersebut, variabel pengorganisasian merupakan variabel yang paling dominan (OR = 3,379) berhubungan dengan indeks DMFT siswa. Hasil akhir analisis multivariat, dapat dilihat dalam tabel berikut. 2. Hubungan Manajemen UKGS dengan Status Gigi dan Mulut Siswa Hasil tabel menunjukkan bahwa manajemen UKGS berhubungan dengan indeks DMFT, sedangkan untuk indeks OHIS dan CPITN ditemukan tidak adanya hubungan bermakna. Tabel 5 Hubungan Manajemen UKGS Dengan Status Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Kelas V dan Kelas VI di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2011 Manajemen Mean UKGS Indeks DMFT Standar Deviasi p value Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Logistik Antara Variabel Pengorganisasian, Dan Peran Orangtua Variabel Independen Dependen (Manajemen UKGS) B P DMFT 1,218 0,000 Peran orangtua 0,571 0,012 Perencanaan OHIS 0,134 0,144 4 Pengendalian Pengorganisasian Pengorganisasian 0,000 0,998 Pelaksanaan 0,007 0,961 Pengendalian -0,178 0,131 Peran orangtua -0,070 0,435

107 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei 2013, Hal.69-140 Perencanaan CIPTN 0,284 0,002 Pengorganisasian 0,049 0,643 Pelaksanaan -0,024 0,863 Pengendalian -0,234 0,045 Peran orangtua -0,174 0,049 Pembahasan A. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Dari hasil penelitian diketahui status kesehatan gigi dan mulut siswa berdasarkan indeks OHIS diperoleh nilai rata-rata OHIS siswa adalah 2,45 dan standar deviasi 0,88. Indeks paling rendah adalah 6 dan paling tinggi adalah 0. Dari hasil pengelompokkan OHIS, diketahui sebagian besar indeks OHIS siswa SD adalah sedang (70,9%). Oral higiene indeks dapat diketahui dengan menjumlahkan skor debris dan skor kalkulus (OHI = DI + CI). Skor semakin kecil menandakan kebersihan gigi dan mulut lebih baik. Dari hasil penelitian ternyata rata-rata skor OHIS siswa adalah 2,45, yang menandakan bahwa tingkat OHIS siswa berada dalam kategori sedang. Selain OHIS, indeks kesehatan gigi dan mulut siswa juga diketahui dari indeks DMFT. Dari hasil penelitian, Indeks DMFT rata-rata adalah 1,72 dan standar deviasi 0,56. sebagian besar indeks DMFT siswa SD adalah rendah, yaitu sebanyak 341 orang (61,2%) Indeks pengalaman karies (DMFT) merupakan indikator dari keadaan gigi yang mengalami kerusakan, hilang atau ditambal akibat adanya karies. dari hasil penelitian juga menemukan bahwa rata-rata siswa yang mengalami caries gigi tetap adalah sebanyak 1 2 buah gigi dengan jumlah gigi tetap paling banyak adalah 11 buah gigi. Hasil penghitungan karies gigi rata-rata per siswa adalah sebanyak 3,02 buah gigi. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar siswa mengalami caries gigi yaitu sebanyak 56,9% Adanya gigi yang menjadi karies, berlubang, dan hilang, disebabkan oleh banyak faktor, disamping akibat konsumsi makanan yang manis, juga dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk dari siswa yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi, seperti halnya ngemil, menghisap jari, menggigit pensil atau sejenisnya, mengunyah makanan 1 sisi, mengemut makanan, dan menopang dagu. Untuk indeks CPITN diketahui bahwa nilai rata-rata indeks CIPTN siswa adalah 1,01. Hasil pengelompokkan indeks CPITN diketahui bahwa sebagian besar indeks CPITN siswa SD adalah sehat (65,5%). Hasil penelitian menemukan bahwa sebanyak 26,4% kondisi periodontal siswa telah membentuk karang gigi. Hal tersebut terjadi karena adanya kebiasaan buruk dari siswa yang seringkali mengunyah makanan pada satu sisi, sehingga endapan makanan lama kelamaan menjadi keras dan pada akhirnya membentuk karang gigi. B. Manajemen UKGS 1. Perencanaan UKGS Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar perencanaan program UKGS di sekolah berjalan dengan kurang baik (66,7%). Hasil analisis hubungan perencanaan UKGS dengan status kesehatan gigi dan mulut, diketahui bahwa pada hubungan perencanaan UKGS dengan indeks OHIS menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna (p = 0,308). Berbeda dengan hasil

Ngatemi, Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS... 108 hubungan perencanaan UKGS dengan indeks DMFT (P = 0,001) dan indeks CPITN (p = 0,004) ternyata menunjukkan adanya hubungan bermakna. Kondisi tersebut dapat terjadi karena salah satu tujuan dari pengukuran indeks DMFT adalah untuk mengetahui seberapa parah kondisi gigi anak, indeks tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah gigi siswa yang mengalami karies, yang harus ditambal, yang harus dicabut, dan yang sudah ditambah sempurna, sedangkan indeks CPITN adalah untuk menentukan kebutuhan perawatan yang meliputi jenis tindakan, besar beban kerja dan kebutuhan tenaga, yang kesemuanya itu terdapat dalam komponen perencanaan. Sedangkan untuk indeks OHIS, maksud dan tujuannya adalah mengumpulkan data kebersihan gigi dan mulut sasaran dan merencanakan tindakan promotif preventif. Komponen perencanaan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan indeks DMFT dan CPITN. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya pengaruh antara perencanaan dengan indeks OHIS siswa. 2. Pengorganisasian UKGS Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa baru 50% sekolah yang menyatakan bahwa pengorganisasian program UKGS pada siswa berjalan dengan baik. Pengorganisasian dalam hal ini adalah penyusunan tenaga yang akan melaksanakan berbagai program yang telah direncanakan sebelumnya. Susunan organisasi tersebut biasanya terbentuk dalam struktur organisasi pelaksanaan program UKGS di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengorganisasian tidak berhubungan secara bermakna dengan indeks OHIS maupun CPITN, hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor lain yang pengaruhnya lebih dominan dibandingkan dengan pengorganisasian, seperti pelaksanaan UKGS, pengendalian maupun peran dari orangtua. Sehingga meskipun pengorganisasiannya baik, namun jika pelaksanaan dan atau pengendalian serta peran orangtuanya kurang, maka hal tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut siswa. Berbeda dengan indeks DMFT yang menunjukkan adanya hubungan bermakna. Atau dapat kita nyatakan bahwa pengorganisasian erat kaitannya dengan indeks DMFT pada siswa sekolah. 3. Pelaksanaan UKGS Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar pelaksanaan program UKGS di sekolah berjalan dengan baik (66,7%). Pelaksanaan program UKGS di sekolah adalah aplikasi dari berbagai program yang sebelumnya telah direncanakan. Setelah disusun rencana program UKGS oleh sekolah kemudian program tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, dengan didukung oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai di sekolah, serta IPTEK yang ada. Disamping itu, diperoleh pula informasi bahwa pelaksanaan

109 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei 2013, Hal.69-140 kegiatan UKGS di sekolah belum berjalan secara optimal baru mencapai 50%. Beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan antara lain penyuluhan kesehatan gigi belum di jalankan oleh guru karena materi dan alat peraga serta buku pedoman tidak ada kegiatan sikat gigi bersama, sebagian besar SD belum menjalankan program minimal 1 bulan sekali, pencabutan gigi, penambalan gigi, penumpatan gigi, karena tindakan tersebut hanya dapat dilakukan oleh profesi kesehatan gigi seperti halnya perawat gigi dan dokter gigi, sedangkan di sekolah tidak disediakan tenaga perawat gigi dan dokter gigi, disamping itu keterbatasan pula dalam hal alat/bahan gigi tersebut. Kegiatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh sekolah dalam program UKGS antara lain adalah pemeriksaan gigi, sikat gigi massal, penyuluhan kesehatan gigi, dan rujukan. 4. Pengendalian UKGS Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 3 sekolah (50%) menyatakan bahwa pengendalian program UKGS berjalan dengan kurang baik. Hasil analisis hubungan pengendalian UKGS dengan status kesehatan gigi dan mulut, diketahui bahwa pengendalian berhubungan secara bermakna dengan. indeks DMFT (p = 0,001). Berbeda dengan indeks CPITN (0,051) dan indeks OHIS (p = 0,411), yang menemukan tidak adanya hubungan yang bermakna. Pengendalian UKGS dapat berjalan dengan baik, jika pada awalnya seluruh unsur manajemen terlaksana dengan optimal. Meskipun pengendalian kurang baik, namun jika didukung perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program UKGS berjalan dengan baik, maka hal tersebut berpengaruh dengan status kesehatan gigi mulut siswa. Hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa pengendalian yang banyak dilaksanakan di sekolah adalah dalam bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Petugas UKGS Puskesmas, baik melalui kunjungan / survei langsung ke sekolah maupun observasi dan evaluasi program yang telah dijalankan. Untuk Kepala Puskesmas sendiri, sangat jarang melakukan survei langsung ke sekolah. Pengawasan dari Suku Dinas kesehatan dilakukan setiap 6 bulan sekali berupa observasi laporan hasil kegiatan yang di lakukan, temuan yang di rekomendasikan untuk perbaikan kelengkapan data, cara pembuatan laporan yang benar. C. Peran Orangtua Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar orangtua siswa berperan dengan baik (79,0%). Hasil analisis diketahui bahwa peran orang tua menunjukkan adanya hubungan bermakna dengan semua status kesehatan gigi dan mulut, yaitu indeks OHIS (p = 0,029), indeks DMFT (p = 0,022), indeks CPITN (p = 0,037), Peran orangtua sangat penting pengaruhnya terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak. Orangtua yang berperan baik seperti

Ngatemi, Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS... 110 halnya mengajarkan anak cara menyikat gigi, menyediakan sikat gigi dan pasta gigi khusus untuk anak, mengawasi dan memperhatikan anak menyikat gigi, membatasi konsumsi jajanan kariogenik, memeriksa kondisi gigi anak, dan membawa anak ke dokter gigi secara teratur, akan besar pengaruhnya terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak. D. Manajemen Program UKGS Hasil penelitian diketahui bahwa manajemen program UKGS di sekolah sebagian besar berjalan dengan kurang (50,0%), hanya 16,7% sekolah yang memiliki manajemen UKGS baik. Hasil uji statistik juga diperoleh bahwa manajemen UKGS memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks DMFT (p = 0,0005). Sedangkan indeks OHIS dan CIPTN keduanya tidak berhubungan secara bermakna dengan manajemen UKGS. Indeks DMFT merupakan indeks yang menggambarkan keberhasilan program UKGS secara terus menerus. 6 Berbeda dengan indeks OHIS dan CIPTN, karena kedua indeks tersebut sangat mudah berubah dan terpengaruh oleh kebiasaan/perilaku anak. Seperti halnya dengan kondisi OHIS dan CIPTN siswa yang dengan mudah dapat diperbaiki / ditingkatkan dengan menggosok gigi secara teratur dan minum obat kumur/larutan yang dapat menyehatkan gigi dan mulut. Berbeda dengan indeks DMFT, kondisi gigi yang berlubang, ditambal ataupun hilang, merupakan gambaran kondisi gigi siswa yang besifat lama, tidak dapat diubah dalam sekejap, sehingga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh manajemen program UKGS yang dijalankan di sekolah, disamping faktor lainnya yang juga penting seperti halnya peran orangtua. Kesimpulan Hasil analisis univariat diketahui status kesehatan gigi dan mulut siswa nilai rata-rata indeks DMFT siswa adalah 1,42, indeks CPITN diketahui nilai rata-rata adalah 1,47, dan nilai rata-rata OHIS siswa adalah 1,65. Manajemen program UKGS di sekolah sebagian besar berjalan dengan kurang (50,0%). Manajemen UKGS memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks DMFT. Hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks DMFT adalah pengorganisasian setelah dikontrol oleh variabel peran orangtua. Tidak ada variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks OHIS. Dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan indeks CPITN adalah perencanaan setelah dikontrol oleh variabel pengendalian dan peran orangtua Saran Untuk meningkatkan status gigi dan mulut siswa melalui manajemen UKGS dan peran orangtua, maka perlu meningkatkan kegiatan UKGS, koordinasi bersama Puskesmas, pelaksanaan program UKGS dengan rutin dan berkesinambungan, meningkatkan peran Kepala Sekolah, dan pendidikan kesehatan kepada orangtua siswa Daftar Pustaka 1. Depkes RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta 2. Pratiwi, Netty, 2008. Hubungan Karakteristik Organisasi Dengan Kinerja Program UKGS

111 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei 2013, Hal.69-140 Kota Binjai Tahun 2006. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Priyohastono, S, 2007. Analisis Data. Universitas Indonesia. Jakarta. 4. Wahyuni, dkk, 2009. Hubungan Karakteristik Anak dan Sosiodemografi dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita 3-5 Tahun di Desa Sawah Kec. Ciputat dan Kel. Cilandak Timur Kec Pasar Minggu Jakarta Timur. Jurnal Medika. Jakarta 5. Depkes RI, 2004 Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat. Jakarta 6. Finn S.B, 1962. Clinical Pedodontic 2 nd edition. Philadelphia, London 7. Notoatmodjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta 8. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Rineka Cipta Jakarta 9. Tarigan, Rasinta, 1992. Karies Gigi. Penerbit Hipocrates Jakarta 10. Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara