BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

EFEKTIVITAS MEDIA BOLA LUNAK DALAM MENGURANGI KEKAKUAN GERAK JARI JARI TANGAN ANAK CEREBAL PALSY TIPE SPASTIK di HALABAN, KEC.KUBUNG.KAB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelainan berupa kecacatan bentuk dan atau fungsi tubuh. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BINA GERAK DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GURU 2009 OLEH: NIA SUTISNA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SISTEM PENDIDIKAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) D YPAC BANDUNG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

CIRI-CIRI ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini, akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd)

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA SISWA KELOMPOK B TK MERPATI POS TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

Keywords: fine motor skill, trace, first grader

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAHAN KULIAH PERKEMBANGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KE 5 PPS-PLB. Dr.Mumpuniarti, M Pd

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan dan pertumbuhan anak. Perkembangan motorik anak itu sendiri terkait erat dengan perkembangan fisiknya. Perkembangan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus. Gerakan kasar atau gross motor ini meliputi gerakan merangkak, berjalan, berlari, meloncat dan melompat, sedangkan gerakan motorik halus atau fine motor meliputi memegang, membawa, merobek kertas, menggunting, melipat, menempel, mewarnai, membuat garis, menulis dan kegiatan lain yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Hurlock (2007:164) berpendapat dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Anak jilid 1 mengenai keterlambatan perkembangan motorik yang dialami oleh anak sebagai berikut: Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah norma umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, anak yang berada di bawah norma umur untuk dapat berjalan dan makan sendiri, akan dipandang sebagai anak yang terbelakang. Seperti apa yang dikatakan oleh Hurlock, masalah tersebut terjadi pula pada anak berkebutuhan khusus, terutama pada anak tunadaksa. Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Anak tunadaksa berdasarkan kelompok kelainan fungsi dan jenis serta sebab yang melatarbelakanginya dikelompokkan menjadi dua yaitu anak tunadaksa yang berhubungan dengan kerusakan pada alat gerak tubuh dan sistem persarafan. Kerusakan pada alat gerak tubuh terdiri dari kerusakan tulang dan sendi serta kerusakan otot. Sedangkan, kerusakan pada sistem persarafan 1

2 terdiri dari kerusakan otak (cerebral palsy) dan kerusakan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Soeharso (Muslim dan Sugiarmin, 1996:69) mengemukakan pengertian dari cerebral palsy sebagaimana berikut: Menurut arti katanya cerebral palsy terdiri dari dua perkataan, yaitu: perkataan cerebral yang berasal dari cerebrum yang berarti otak dan perkataan palsy yang berarti kekauan. Jadi menurut arti katanya, cerebral palsy berarti kekauan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak di dalam otak. Cerebral palsy merupakan keadaan yang komplek, tidak hanya menjadi gangguan gerak, tetapi juga gangguan penyerta pada pendengaran, penglihatan, serta kecerdasan dan bicara, oleh karena itu anak dengan cerebral palsy di anggap sebagai kelainan yang komplek. Hambatan yang paling menonjol terjadi pada anak cerebral palsy ialah pada gangguan geraknya, dimana anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan fungsi motorik. Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Dilihat dari sudut gangguan pergerakan otot-otot, spastik merupakan jenis cerebral palsy yang paling banyak terjadi. Kesulitan yang dihadapi oleh kebanyakan anak cerebral palsy dengan tipe spastik yaitu ia memiliki kesulitan dalam menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Hal ini disebabkan adanya kekejangan pada otot, akibatnya gerakan tubuh menjadi terbatas dan lambat. Kekejangan pada anak cerebral palsy tipe spastik akan timbul jika otot digerakan dan kekejangan tersebut akan semakin berat jika anak dalam keadaan takut, kaget atau marah. Dampak dari kekejangan atau kekakuan yang dialami anak cerebral palsy tipe spastik diantaranya adalah hambatan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan otot, seperti kemampuan motorik halus. Hal tersebut menyebabkan anak sulit melakukan kegiatan yang menggunakan otot-ototnya seperti pada saat mengambil benda, memegang benda, merobek kertas, menggunting, mengancingkan baju, menulis, bermain lempar tangkap bola, menyuapkan makanan dan kegiatan sehari-hari lainnya. Dampak lain dari kekakuan yang dialami anak cerebral palsy tipe spastik sudah barang tentu

3 menimbulkan berbagai masalah, seperti masalah dalam bina diri dan kegiatan belajar. Kegiatan merawat diri seperti mandi, sikat gigi, makan, minum, menggunakan pakaian dan menggunakan sepatu tentu mengharuskan seseorang untuk menggerakkan anggota gerak dan matanya secara terintegrasi. Melihat kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bina diri secara mandiri maka mereka membutuhkan bantuan orang lain. Keterampilan motorik adalah keterampilan alami yang akan digunakan seumur hidup, begitu pula dengan siswa cerebral palsy tipe spastik mereka perlu difasilitasi untuk mengembangkan keterampilan motoriknya, karena pada hakekatnya anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan mudah mempelajari hal-hal baru yang sangat bermanfaat dalam menjalani pendidikan. Penguasaan keterampilan motorik juga dapat memacu anak untuk menekuni bidang tertentu sejak dini seperti bermain musik, melukis, membuat kerajinan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, untuk mengembangkan kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy tipe spastik dibutuhkan suatu metode atau aktivitas pembelajaran yang tepat agar kemampuan motorik halus yang dimiliknya dapat dikembangkan. Untuk mengatasi hambatan dalam motorik halus tersebut, hendaknya guru mengetahui metode atau aktivitas yang sesuai dengan keadaan siswa. Peneliti menemukan siswa cerebral palsy tipe spastik yang duduk di kelas VII SMPLB-D YPAC Bandung dengan inisial MBY. Ia termasuk kedalam cerebral palsy golongan sedang. Ia memerlukan bantuan dan pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri dan memerlukan bantuan khusus seperti kursi roda untuk membantunya melakukan mobilisasi. Kelumpuhan anggota gerak bawah mengakibatkan kemampuannya untuk berjalan mengalami hambatan. Begitu pula kekakuan yang disertai tremor pada anggota gerak atas mengakibatkan kemampuan anak yang berhubungan dengan fungsi tangan mengalami hambatan. Peneliti berkesempatan melakukan observasi terhadap MBY selama melakukan praktek mengajar di SLB-D YPAC Bandung dan didapatkanlah beberapa informasi mengenai kondisinya. Kondisi fisiknya menyebabkan ia kesulitan dalam melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan motorik halus, baik

4 dalam kegiatan kehidupan sehari-hari ataupun kegiatan akademik di sekolah. Hal tersebut terlihat ketika ia kesulitan mengenakan pakaian seragam sekolah baik kaos oblong ataupun yang berkancing, ketika ia mengenakan celana, mengenakan sepatu, menyuapkan makanan dan minuman ke dalam mulutnya, mewarnai, menulis, meraih benda, memegang benda, menaruh benda, dan melempar bola. Kemampuan motorik halus MBY masih sangat rendah. Selain itu, koordinasi mata dan tangan yang kurang baik dimana fungsi jari jemari tangan yang tidak luwes membuat ia kesulitan mengendalikan gerakan terutama yang berhubungan dengan benda yang berukuran kecil, tangannya pun masih sering bergetar dan masih kesulitan untuk mengontrol gerak tangannya serta keterbatasan penglihatannya membuat ia kesulitan melihat detail dari suatu benda, mudah terganggu konsentrasinya, cepat bosan dan mudah menyerah. Melihat kondisi yang dialami MBY maka diperlukan suatu pendekatan yang terpadu dalam memberikan aktivitas pembelajaran kepada siswa cerebral palsy tipe spastik. Salah satunya dengan aktivitas yang dilakukan guna melatih motorik halus anak, koordinasi mata dan tangan dengan sebuah aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Muslim (1995:75) Biasanya kekejangan akan berkurang atau hilang kalau anak dalam keadaan tenang. Salah satu aktivitas tersebut ialah kolase. Kolase merupakan teknik yang kaya akan aktivitas meremas, melipat, merobek, menempel, serta menggunting yang memungkinkan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jarinya. Aktivitas kolase jika dilihat dari sisi dana cukup murah, karena bisa dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekitar, misalnya kertas, daun, biji-bijian, plastik, botol-botol bekas dan sebagainya. Aktivitas kolase ini merupakan aktivitas yang menyenangkan sehingga dapat membangkitkan minat anak dalam mengembangkan motorik halusnya dan dapat melenturkan tangan khususnya jari jemari anak, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis permulaan. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas yang kaya akan pengembangan

5 kemampuan motorik halus seperti kolase. Kegiatan kolase yang akan diterapkan kepada siswa merupakan kolase yang sederhana dan mudah dilakukan oleh anak, yaitu dengan merobek kertas warna menjadi bagian yang lebih kecil kemudian menempelkannya pada kertas dengan pola gambar yang sudah tersedia. Objek yang akan ditempeli oleh sobekan kertas warna berupa gambar berbentuk lingkaran. Lingkaran dipilih karena bentuknya sederhana dan sedikit detail, selain itu kegiatan menempel dipilih untuk mengoptimalkan kemampuan motorik tangannya. Keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui pengaruh aktivitas kolase terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy tipe spastik. Kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan adalah tidak akan pernah diketahui seberapa besar pengaruh aktivitas kolase terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy tipe spastik. B. IDENTIFIKASI MASALAH Adapun indentifikasi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Salah satu hambatan yang dialami oleh kebanyakan anak cerebral palsy dengan tipe spastik yaitu ia memiliki kesulitan dalam menggunakan ototototnya untuk bergerak. Hal ini disebabkan adanya kekejangan pada otot, akibatnya gerakan tubuh menjadi terbatas dan lambat. Dampak dari kekejangan atau kekakuan yang dialami anak cerebral palsy tipe spastik diantaranya adalah hambatan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan otot, seperti kemampuan motorik halus. 2. Kemampuan motorik halus anak dengan cerebral palsy tipe spastik jelas berbeda dengan kemampuan motorik halus anak pada umumnya. Hal ini menimbulkan berbagai dampak pada kehidupan sehari-harinya, karena banyak sekali kegiatan kehidupan sehari-hari yang melibatkan kemampuan motorik halus.

6 3. Kemampuan motorik halus seseorang akan lebih baik kualitasnya jika sering dilatih dengan aktivitas atau kegiatan yang melibatkan pergerakan tubuh khususnya pergelangan dan jemari tangannya. 4. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung adanya aktivitas yang kaya akan latihan motorik halus jelas akan semakin memperburuk kondisi kemampuan anak. C. BATASAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh informasi bahwa siswa cerebral palsy tipe spastik yang menjadi subjek peneliti, memiliki masalah motorik yang berimbas pada kegiatan kehidupan sehari-hari dan kegiatan akademiknya di sekolah. Pada penelitian ini, peneliti hanya terfokus pada permasalahan motorik halus gerak koordinasi mata dan tangan pada aspek ketepatan yaitu dengan menerapkan sebuah aktivitas kolase. Diharapkan dengan diberikannya aktivitas kolase dapat melatih motorik halus siswa menjadi lebih baik. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Apakah aktivitas kolase berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy tipe spastik kelas VII di SMPLB-D YPAC Bandung? E. PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimana kemampuan motorik halus siswa cerebral palsy tipe spastik sebelum diberikan aktivitas kolase? 2. Bagaimana kemampuan motorik halus siswa cerebral palsy tipe spastik setelah diberikan aktivitas kolase? F. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy tipe spastik kelas VII di SMPLB-D YPAC Bandung. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan motorik halus gerak koordinasi mata dan tangan yang dikhususkan pada aspek ketepatan pada siswa cerebral palsy tipe spastik sebelum diberikan aktivitas kolase. 2) Untuk mengetahui kemampuan motorik halus gerak koordinasi mata dan tangan yang dikhususkan pada aspek ketepatan pada siswa cerebral palsy tipe spastik sesudah diberikan aktivitas kolase. 3) Untuk mengetahui pengaruh aktivitas kolase terhadap peningkatan kemampuan motorik halus gerak koordinasi mata dan tangan yang dikuhusukan pada spek ketepatan pada siswa cerebral palsy tipe spastik. 2. Kegunaan Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus bagi siswa cerebral palsy tipe spastik. b. Diharapkan dapat membantu siswa cerebral palsy tipe spastik untuk lebih mudah dalam persiapan menulis permulaan. G. STRUKTUR ORGANISASI Rincian struktur organisasi dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan dalam penelitian ini berisi latar belakang penelitian, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian serta Tujuan dan Kegunaan Penelitian. 2. BAB II Kajian Pustaka dalam penelitian ini berisi Deskripsi Teori, Penelitian Sebelumya yang Relevan, dan Kerangka Berfikir.

8 3. BAB III Metode Penelitian dalam penelitian ini berisi Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Instrumen Peneltian, Teknik Pengumpulan Data, serta Pengolahan dan Analisis Data. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam penelitian ini berisi Hasil Penelitian, Analisis Data, dan Pembahasan. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran dalam penelitian ini berisi Kesimpulan dan Saran.