BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

BAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah syariah adalah sesuatu yang bisa dikatakan sedang marak sejak

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu. Fatwa DSN-MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN FATWA NO. 21/DSN- MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.

) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF BAGI HASIL PADA AJB BUMIPUTERA 1912 DIVISI SYARIAH JEMBER

Pedoman Umum Asuransi Syariah

TINJAUAN PUSTAKA. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

I. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sesuai dengan kehendak syariah, seluruh perikatan yang dilakukan para pihak

PENGARUH PENDAPATAN DAN BIAYA PADA LABA DI PT ASURANSI SINARMAS SYARIAH PERIODE

BAB IV. Prudential Life Assurance Kantor Agency Cabang Kudus 1 yaitu PRUlink. Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi

...Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS.

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

BAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Risiko Asuransi Syariah PT. Asuransi Sinar Mas (ASM)

PROSENTASE INVESTASI DANA TABARRU YANG DAPAT DIINVESTASIKAN UNTUK MENCEGAH KEKURANGAN PEMBAYARAN KLAIM SAAT DEFISIT UNDERWRITING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung unsur-unsur perasaan, dorongan itu bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Praktik dari Produk Asuransi Pendidikan Mitra Iqra dan Asuransi Haji

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT.Takaful Keluarga Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.

BAB III SISTEM PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI SYARI AH DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB V PENUTUP. sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Pengelolaan Dana Tabarru' di AJB Bumiputera Syariah Cabang Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA. A. Sejarah Ringkas PT. Takaful Umum. Dibuat di hadapan Notari Yudo Paripurno, SH dan telah memperoleh persetujuan

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri, namun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari. fitrah manusia yang selalu beradapan dengan risiko.

ANALISIS PERBANDINGAN ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIONAL. Slamet Heri Winarno

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut PSAK No 108, paragraph 7, definisi asuransi syariah adalah:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah :

ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. bahaya.resiko yang mengancam manusia sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.53/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD TABARRU

BAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan

BAB I PENDHULUAN. ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahankesalahanya,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang dirasakan semakin cepat telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat dan kebutuhan. menjadi dua yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional.

PROSEDUR PELAKSANAAN TABUNGAN HAJI PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DALAM LEMBAGA PERASURANSIANDI INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang usaha (bisnis) pengelolaan atau penanggulangan risiko, pada hakikatnya bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi atau meminimalisir risiko tertentu di masa mendatang yang tidak diharapkan terjadinya, namun dapat berdampak negatif apabila risiko tersebut benar-benar terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi berasuransi juga sangat penting dijalankan oleh pelaku usaha dalam rangka menanggulangi risiko kerugian pada aset-aset usahanya. Dalam kerangka tujuan yang lebih luas lagi, lembaga asuransi juga mempunyai peranan yang sangat strategis, karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat semakin meningkatkan pengerahan dana masyarakat yang berguna bagi pembiayaan pembangunan. Selain asuransi umum (asuransi konvensional) seperti yang telah ada sebelumnya, dalam industri perasuransian di Indonesia pada saat sekarang ini juga dikenal adanya asuransi syariah. Yaitu usaha asuransi yang kegiatan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah, dengan jalan menghindari hal-hal yang diharamkan dalam syariat Islam, seperti transaksi gharar (ketidakjelasan), maisir (perjudian), dan riba (bunga).

2 Asuransi syariah di Indonesia telah ada dan beroperasi sejak awal tahun 90-an. PT. Asuransi Takaful Keluarga (ATK) yang berdiri pada tahun 1994 menjadi perusahaan asuransi pertama di Indonesia yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Kemudian disusul dengan berdirinya PT. Asuransi Takaful Umum (ATU) pada tahun 1995. Dan sampai dengan akhir tahun 2006, terdapat sekitar 40 perusahaan asuransi syariah. Pada akhir tahun 2010 Dewan Syariah Nasional (DSN), mentargetkan bahwa seluruh asuransi konvensional memiliki cabang yang bergerak pada asuransi dengan prinsip syariah 1. Melihat pesatnya perkembangan asuransi syariah di Indonesia, ternyata tidak diikuti dengan perkembangan perangkat hukum yang mengaturnya. Sehingga keberadaan lembaga ini belum memiliki pondasi yang kokoh yang dapat menjamin keberlangsungan kegiatan usahanya. Yang dapat dilihat dari masih minimnya aturan hukum yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum keberadaan asuransi syariah di Indonesia. Mengingat Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan undang-undang yang mengatur tentang usaha perasuransian yang ada pada saat ini, yaitu Undang-undang No. 2 Tahun 1992 hanya mengatur mengenai kegiatan usaha asuransi yang dijalankan dengan prinsip konvensional. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh asuransi syariah pada saat ini hanya dilandaskan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi 1 Ach. Bakhrul Muchtasib, 26 April 2008, Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia, www.pojokasuransi.com ( 11:34).

3 Syariah. Meskipun fatwa DSN-MUI tersebut bukan merupakan sebuah produk hukum yang dibuat oleh pemerintah. Namun secara khusus mempunyai kekuatan mengikat terhadap lembaga asuransi syariah. Sehingga perusahaan asuransi syariah yang tidak memenuhi ataupun melanggar ketentuan di dalam fatwa tersebut, dapat diberikan sanksi secara hukum berdasarkan aturan hukum yang diatur di dalam peraturan perundangan yang terkait dengan asuransi syariah. Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan No. 426/KMK.06/2003 tentang Perijinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, bahwa prinsip syariah dalam usaha perasuransian adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum Islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah dengan mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang diselenggarakan sesuai dengan syariah. Ketentuan tersebut sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN- MUI/X/2001, tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, bahwa asuransi syariah (ta min, takaful atau tadhamun) adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Yang di maksud akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah dalam fatwa ini adalah akad yang tidak mengandung gharar (ketidakjelasan), maisir (perjudian), riba, zhulm (pennganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

4 Seperti juga yang telah diatur dalam fatwa DSN-MUI di atas, agar akadakad dalam asuransi sesuai dengan syariah, maka akad yang dilakukan antara perusahaan asuransi syariah dengan peserta terdiri atas akad tijarah dan akad tabarru'. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan komersial (mencari keuntungan). Dan akad tabarru' adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Kemudian, masih menurut kekentuan fatwa DSN-MUI tersebut, bahwa akad tijarah yang dimaksud adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru' adalah hibah. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam fatwa DSN-MUI tersebut, berbeda dengan asuransi pada umumnya (asuransi konvensional), di mana dalam asuransi syariah terjadi hubungan kerjasama diantara para pesertanya dengan cara saling menanggung risiko secara bersama-sama (risk sharing). Peran perusahaan asuransi syariah sebatas sebagai fasilitator hubungan diantara para pesertanya. Yaitu dengan menyediakan suatu pos (rekening) yang ditujukan oleh perusahaan untuk memfasilitasi para peserta dalam rangka melakukan kegiatan asuransi, yang disebut sebagai tabarru. Tabarru merupakan suatu bentuk keterikatan bersama di antara sesama peserta asuransi syariah untuk saling menanggung risiko yang akan terjadi. Di mana setiap peserta menghibahkan sebagian atau seluruh preminya, yang diniatkan sejak awal secara ikhlas untuk tujuan saling membantu dan tolongmenolong sesama peserta asuransi syariah.

5 Premi yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan akan dipisahkan menjadi dua, yaitu premi tabarru' dan premi tabungan. Premi tabarru' yang telah dibayarkan para peserta tersebut, oleh perusahaan akan dikumpulkan dan di tempatkan dalam suatu rekening khusus milik peserta (rekening tabarru ), yang hanya akan digunakan untuk membayar klaim atau sebagai dana kebajikan (dana klaim) apabila ada diantara peserta yang tertimpa musibah. Premi tabarru' ini merupakan hak peserta, oleh karena itu perusahaan asuransi syariah tidak boleh mengklaim dana tersebut adalah kekayaan perusahaan, seperti yang terjadi di dalam asuransi konvensional. Karena perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penerima amanah yang mengelola dana tabarru' tersebut, untuk dibayarkan kepada pemegang polis/ahli waris apabila terdapat pengajuan klaim. Mengenai premi tabungan peserta tersebut, adalah sebagai dana investasi peserta. Yang dalam hal ini peserta bertindak selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dan perusahaan sebagai pengelola dana (Mudharib) dengan menggunakan konsep bagi hasil (Mudharabah). Sehinggga peserta dapat memperoleh uangnya kembali meskipun tidak terjadi klaim atau polisnya belum jatuh tempo, kecuali dana tabarru'. Hal ini jelas berbeda jika dibandingkan dengan yang terjadi di dalam asuransi konvensional, di mana risiko diambil alih oleh perusahaan dengan konsekuensi bahwa peserta diwajibkan membayar premi atas pengalihan risiko tersebut kepada perusahaan (risk transfer). Perusahaan berperan sebagai pihak yang mengambil alih risiko (penanggung) dari pemegang polis/peserta

6 (tertanggung) dengan memberikan sejumlah uang sebagai bentuk pembayaran klaim kepada peserta apabila evenement yang diperjanjikan benar-benar terjadi. Artinya premi yang dibayarkan oleh peserta menjadi kekayaan perusahaan sebagai timbal balik dari pengambil alihan risiko dari pemegang polis/peserta (tertanggung) tersebut. Konsekuensinya adalah perusahaan bebas mengelola dana miliknya tersebut dalam berbagai investasi yang berbasis pada sistim bunga (interest). Keuntungan dari hasil investasi ini menjadi milik perusahaan dan sebagian lagi akan digunakan untuk membayar klaim kepada pihak tertanggung. Namun apabila evenement yang diperjanjikan tidak terjadi sampai dengan masa asuransinya berakhir maupun pada saat tertanggung menghentikan perjanjian asuransinya sebelum jatuh tempo, maka tertanggung tidak akan mendapatkan apa-apa. Dalam arti dananya tersebut menjadi hangus dan menjadi bagian dari keuntungan perusahaan. Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa kegiatan operasional yang dijalankan oleh asuransi konvensioal tersebut, terdapat adanya unsur gharar (ketidakjelasan), maisir (perjudian), dan riba (bunga) dalam praktik operasionalnya. Lain halnya dengan asuransi syariah, di mana dalam operasional asuransi syariah praktik-praktik asuransi yang di dalamnya terdapat unsurunsur tersebut berusaha untuk dihilangkan. Oleh karenanya permasalahan akad (perikatan) di dalam asuransi syariah menjadi sangat fundamental karena akan menentukan sah tidaknya secara syariah transaksi yang terjadi dalam operasional asuransi syariah. Akad-akad tersebut merupakan pedoman bagi

7 asuransi yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Melalui akad dan operasional perusahaan yang sesuai dengan syariah, maka aktivitas usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi syariah diharapkan dapat terhindar dari unsur yang diharamkan Islam tersebut. Keberadaan asuransi syariah menjadi alternative solution untuk menjawab keraguan umat muslim di Indonesia atas kehalalan transaksi yang terjadi di dalam operasional asuransi konvensional. Namun, terlepas dari hal tersebut, sengketa klaim asuransi antara pemegang polis dengan perusahaan asuransinya telah menjadi sebuah permasalahan klasik di dalam industri perasuransian. Image ini cenderung melekat pada asuransi konvensional, namun tidak menutup kemungkinan hal ini juga terjadi pada asuransi syariah. Di mana sering kali pemegang polis mengeluhkan mengenai sulitnya melakukan klaim atas polis asuransi yang dimilikinya. Yang sebenarnya klaim merupakan hak peserta yang wajib dibayarkan oleh perusahaan asuransi karena syarat-syarat di dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi. Dan telah mendapat jaminan hukum dari undang-undang melalui peraturan pelaksananya, yaitu di dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1999, yang diatur lebih lanjut di dalam Pasal 25 dan Pasal 26 Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

8 Sebagai salah satu contoh kasus sengketa klaim asuransi syariah adalah seperti yang dialami oleh pemegang polis asuransi sebuah perusahaan asuransi syariah yang mempunyai kantor cabang di Yogyakarta. Bahwa pemegang polis tersebut telah menjadi peserta produk asuransi pendidikan pada perusahaan asuransi syariah tersebut sejak tahun 2004, dengan kewajiban membayar premi tiap bulannya sebesar Rp. 167.000,-. Setelah masa asuransinya berjalan selama 2 tahun pemegang polis mulai merasakan adanya itikad yang tidak baik dari perusahaan, yaitu dengan tidak pernah lagi ditagihnya premi kepada pemegang polis dan kantor cabangnya selalu tutup apabila pemegang polis akan membayarkan preminya. Yang pada akhirnya pemegang polis memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengklaim dananya yang telah disetorkan kepada perusahaan untuk diambil kembali. Klaim diajukan pada tanggal 11 Juli tahun 2006, tetapi setelah menunggu selama 1 tahun dana klaim tidak juga dibayarkan oleh perusahaan. Kemudian pemegang polis melakukan konfirmasi dengan melayangkan surat kepada kantor pusatnya di Jakarta. Namun setelah 2 kali konfirmasi melalui surat, pemegang polis tidak juga mendapat tanggapan dari perusahaan dan status klaimnya pun masih tetap belum dibayarkan kepada pemegang polis 2. Fakta tersebut tentu saja sangat kontradiktif sekali, mengingat dalam memasarkan produk asuransinya kepada calon peserta, perusahaan akan memberikan jaminan prosedur pengajuan klaim dengan cara yang mudah dan cepat. Karena dengan kemudahan dan cepatnya proses pelayanan klaim oleh 2 Suarapublika, 1 Mei 2008, Asuransi Syariah Mubarokah (Klaim Nasabah Tak Dijawab), www.republika.com (15.39).

9 suatu perusahaan asuransi, merupakan suatu cerminan perusahaan yang tidak dapat dipisahkan dari awal suatu proses penutupan perjanjian asuransi. Yang secara pasti pernah dijanjikan oleh perusahaan kepada calon peserta ketika melakukan penawaran asuransi dan menandatangani surat permintaan asuransi, bahwa pada saat terjadi klaim, jatuh tempo, maupun apabila terjadi penghentian perjanjian, peserta tidak akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam menerima pembayaran klaim. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembayaran klaim asuransi jiwa syariah bagi pemegang polis produk asuransi jiwa syariah Mitra Iqra' pada Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian pembayaran klaim asuransi jiwa syariah bagi pemegang polis produk asuransi jiwa syariah Mitra Iqra' pada Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran klaim asuransi jiwa syariah bagi pemegang polis asuransi jiwa syariah Mitra Iqra' pada Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta.

10 b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses penyelesaian pembayaran klaim asuransi jiwa syariah bagi pemegang polis asuransi jiwa syariah Mitra Iqra' pada Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta. 2. Tujuan Subyektif Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penulis, mahasiswa, terutama bagi peminat pemerhati asuransi syariah. 2. Manfaat Praktis a. Memperluas dan memperdalam pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan dalam bidang hukum dagang mengenai asuransi syariah. b. Menambah kepustakaan ilmu hukum pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.