RechtsVinding Online

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 ada unit sedangkan pada tahun 2015 ada

LIKA-LIKU PERUBAHAN REGULASI TRANSPORTASI ONLINE DI INDONESIA Oleh: Deasy Kamila, S.H. Diterima : 16 April 2018; disetujui 23 April 2018

BAB III LANDASAN TEORI. Bisnis online adalah bisnis yang dijalankan secara online dengan

KEMENHUB TERBITKAN PM 108 TAHUN 2017 SEBGAI PAYUNG HUKUM ANGKUTAN ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan seperti GOJEK menyatakan dalam

HASIL WAWANCARA. ATD.M.SI dan Bapak Tri Bowo ATD.M.SI, perwakilan dari dinas perhubungan,


BAB I PENDAHULUAN. kendaraan roda empat berpelat hitam dengan harga yang terjangkau. Salah

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

SOSIALISASI REVISI PM 26 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara R

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA MENGGUNAKAN APLIKASI ONLINE

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar dan berbiaya murah. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

BAB I PENDAHALUAN. kemajuan teknologi yang kian hari makin canggih. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang diperdagangkan kepada masyarakat. memperluas penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat. Selain itu, semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

2. Kategori Arah Isu Kategori arah isu yang terdapat pada penelitian ini antara lain :

2. Undang - undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran ( 3. Undang - undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dari seluruh dunia

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

BAB I PENDAHULUAN. saja yang terlibat, akan tetapi pihak swasta juga terlibat. Transportasi merupakan

2017, No dalam rangka Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 te

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 47/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

Perjanjian Kemitraan Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), perjanjian merupakan suatu peristiwa di

BAB I PENDAHULUAN. untuk para pengemudi ojek dalam jaringan. Pengemudi ojek dalam jaringan

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan angkutan umum lainnya kita harus menunggu disatu tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, dan sekarang sering kita lihat di media mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 088 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT. Ir. CUCU MULYANA, DESS DIREKTUR ANGKUTAN DAN MULTIMODA MERLYNN PARK HOTEL JAKARTA, 13 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB 1 PENDAHULUAN. (ojek), kini telah hadir ojek online (GO-JEK), GO-JEK adalah perusahaan berjiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang berdiri pasti pernah mengalami krisis, entah itu krisis

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. jenis transportasi, baik yang bersifat transportasi publik maupun private. Di

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 1

227, No Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angku

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengembangkan diri di mata konsumen. manusia yang berada di dalam organisasi. Dapat disimpulkan

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

Surat Perjanjian Kerja Sama Terkait Program Pemagangan Keterampilan Orang Asing (Contoh)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.03/2014

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh masyarakat luas untuk menjalani aktifitasnya sehari-hari seperti

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

Transkripsi:

POLEMIK PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TERKAIT TRANSPORTASI BERBASIS APLIKASI Oleh: Muhammad Faiz Aziz * Naskah diterima: 02 Mei 2016; disetujui: 10 Mei 2016 Diam-diam dan secara mengejutkan Kementerian Perhubungan menerbitkan peraturan mengenai transportasi onlineatau transportasi berbasis aplikasi melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. PM 32/2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Peraturan yang dirilis pada 20 April 2016 lalu ternyata telah ditetapkan pada 28 Maret 2016 dan diundangkan pada 1 April 2016. Peraturan yang menggantikan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35/003 tentang Penyelenggaran Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum ini pun akan berlaku 6 (enam) bulan kemudian setelah pengundangan. Dengan melihat tanggal penetapan di atas dan tanggal kesepakatan antara pemerintah, perusahaan angkutan umum, dan perusahaan aplikasi (tripartit) pada 25 Maret 2016 lalu,terdapat kemungkinanbahwa peraturan itu telah final sebelum atau ketika kesepakatan tercapai dan hanya tinggal ditandatangani pada 28 Maret 2016.Atau, jikapun peraturan tersebut dibuat pasca kesepakatan tadi, maka hampir dipastikan peraturan ini dibuat dengan tergesa-gesa. Dengan melihat jumlah 55 pasal yang dimuat dalam Permenhub No. PM 32/2016, proses pembahasan peraturan ini rasanya hampir mustahil dilakukan dalam waktu yang singkat. Kemungkinan,pembahasan sudah berjalan sejak beberapa waktu lalu. Sayangnya, di tengah polemik soal keberadaan transportasi berbasis aplikasi ini, konsultasi publik perancangan peraturan ini dan khususnya mengenai isu transportasi berbasis aplikasi terbilang minim. Peraturan ini pun malah dirilis ke publik hampir sebulan setelah penetapan dan pengundangannya. Meskipun peraturan tingkat menteri secara umum bersifat menjalankan peraturan di atasnya yaitu Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah, pengaturan hal-hal yang sifatnya baru dan diserahkan kepada kementerian yang berpotensi 1

menimbulkan polemik semestinya dikonsultasikan terlebih dulu kepada khalayak umum atau publik. Akses terhadap perancangan tersebut haruslah ada sebagai sarana untuk memberikan masukan pengaturan. Hal inibisa kita tangkap darimakna Pasal 96 ayat (4) UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Karakter transportasi berbasis aplikasi adalah kombinasi karakter angkutan taksi dan angkutan sewa. Tarif transportasi ini dapat ditentukan berdasarkan jarak (meter atau kilometer) namun kendaraan yang digunakan adalah kendaraan berplat hitam atau kendaraan pribadi. Tarif dan rekrutmen serta penggunaan kendaraan pribadi memang menjadi isu sentral ketika polemik ini terjadi. Dalam Permenhub ini, terdapat larangan bagi perusahaan aplikasi untuk menentukan tarif dan melakukan perekrutan pengemudi (Pasal 41 ayat 3). Meski begitu, Permenhub No. PM 32/2016 memberikan solusi penentuan tarif dan rekrutmen dengan mewajibkan perusahaan aplikasi untuk menjadi perusahaan angkutan umum jika ingin menentukan tarif dan melakukan rekrutmen pengemudi. Dengan melihat karakteristik Uber, GrabCar, GoCar, dan sebagainya yang mirip dengan angkutan sewa dari aspek pemanfaatan kendaraan, maka pemenuhan kebutuhan soal penentuan tarif dan rekrutmen dapatlah dipenuhi oleh perusahaan aplikasi yang memperoleh izin angkutan orang melalui kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Hal ini sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b dimana tarif ditentukan sesuai dengan perjanjian antara pengguna jasa (konsumen) dan perusahaan angkutan. Kesepakatan disini bisa saja kesepakatan harga yang telah ditentukan perusahaan angkutan umum yang bersifat take it or leave it (ambil atau tinggalkan) bagi konsumen. Pada akhirnya, selera konsumenlah yang menentukan perusahaan angkutan umum mana yang hendak dimanfaatkan jasanya. Hal yang sama bisa berlaku juga bagi mitra pengemudi terhadap perusahaan angkutan umum terkait dengan tarif atau harga yang ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bagi konsumen, tarif murah dan pelayanan bagus tentunya lebih diminati. Semetara bagi mitra pengemudi, tarif kompetitif dan sikap apresiatif perusahaan seperti iming-iming bonus tentunya lebih diminati daripada 2

jumlah setoran besar yang ditargetkan perusahaan. Substansi peraturan yang disorot Dalam kaitan ini, substansi pengaturan dari Permenhub No. PM 32/2016 yang perlu mendapat sorotan adalah soal kewajiban mempunyai kendaraan atas nama perusahaan danbukan soal penentuan tarif angkutan ataupun rekrutmen pengemudi. Sebagai perusahaan angkutan umum, syarat sebagai badan hukum, minimal limakendaraan atas nama perusahaan, lulus uji berkala, kepemilikan pul dan bengkel, dan pengemudi yang harus memiliki surat izin mengemudi (SIM)wajib dipenuhi oleh perusahaan angkutan umum (Pasal 23).Syarat ini relatif mudah dapat dipenuhi oleh setiap perusahaan angkutan umum termasuk perusahaan aplikasi transportasi yang bermetamorfosis sebagai perusahaan angkutan umum. Namun, syarat kepemilikan kendaraan atas nama perusahaan dapat menjadi tembok penghalang bagi berlakunya konsep shared economy yang sudah dipraktekan oleh Uber, Grabcar, Go Car, dan kawan-kawan di Indonesia. Ini sama saja kembali menegaskan bahwa kendaraan atas nama pribadi pengemudi mitra tidak boleh dijadikan angkutan umum. Perusahaan-perusahaan tadi yang menggunakan kendaraan pribadi atas nama pengemudi mitranya untuk menjalankan usahanya bisa dianggap melakukan perbuatan ilegal. Padahal, disinilah sebetulnya implementasi praktek shared economy yang membuka peluang bagi setiap orang(termasuk angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan) untuk menikmati bagian hasil dari sebuah sektor ekonomi secara langsung. Keberadaan ketentuan tadi malah menjadi antiklimaks atas praktek shared economy yang sudah berjalan dengan baik dan minim masalah di lapangan. Perusahaan tidak dapat memanfaatkan kendaraan pengemudi mitranya untuk memberikan jasanya kepada konsumen. Sebaliknya, pengemudi mitra kehilangan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan dari kendaraan yang dimilikinya.sangat disesalkan, hal ini malah tidak terakomodasi dalam Permenhub No. PM 32/2016.Situasi ini berpotensi menghambat dan menurunkan aktivitas perekonomian yang berkembang dari sektor transportasi. Dalam hal ini, pengaturan transportasi angkutan orang kita sama saja berjalan di tempat. Tidak 3

ada terobosan luar biasa dari peraturan ini. Di negara lain seperti di kota Edmonton Kanada dan di Filipina, transportasi berbasis aplikasi atau onlinejustru memanfaatkan kendaraan pribadi. Transportasi ini masuk dalam kategori kelas baru yaitu penyedia transportasi privat (Priviate Transportation Provider-PTP) di Edmonton dan the Transportation Network Vehicle Service (TNVS) di Filipina. Mekanisme, syarat, dan biaya perizinannya pun berbeda dan terpisah dari taksi. Di Canberra, transportasi berbasis aplikasi masuk kategori transportasi Hire Car. Di ibukota Australia ini, bahkan setiap calon pengemudi mesti memenuhi persyaratan akreditasi dimana salah satunya adalah tidak memiliki rekam jejak kriminal, selain memenuhi syarat terkait kewarganegaraan Australia, izin berkendara, dan mengikuti tes penilaian (assessment). Proses mempengaruhi Substansi Idealnya, penyusunan sebuah peraturan bersifat transparan terutama jika terdapat isu publik di dalam rancangannya. Baik atau tidaknya dan transparan atau tidaknya proses bisa mempengaruhi baik atau buruknya substansi pengaturan. Proses yang baik saja tidak menjamin kesempurnaan materi muatan pengaturan, terlebih lagi proses yang kurang baik dan tidak transparan. Itulah yang sesungguhnya yang bisa dipersepsikan dari Pemenhub No. PM 32/2016. Substansi Permenhub ini transportasi berbasis aplikasi seharusnya disempurnakan lagi melalui proses pembentukan peraturan yang mengakomodir kepentingan yang lebih luas. Hal yang Perlu Diatur Hal yang masih belum terakomodasi dan perlu diatur dalam Permenhub sehubungan dengan eksistensi transportasi online ini adalah kerjasama kemitraan, tanggung jawab perusahaan angkutan umum aplikasi, tanggung jawab perusahaan angkutan konvensional, tanggung jawab pengemudi, perlindungan pengemudi dan kendaraannya, dan perlindungan konsumen. Pertama, soal kerjasama kemitraan antara perusahaan aplikasi dan perusahaan angkutan umum taksi dan sewa. Ini belum ada pengaturannya dalam Permenhub No. PM 32/2006. Selain itu, hubungan hukum antara perusahaan angkutan umum aplikasi dan individu pengemudi pun belum ada juga. Bahkan, 4

penyediaan jasa melalui individu perorangan tidaklah diakui secara legal. Praktik yang hadir sebelum polemik ini terjadi adalah kerjasama antara perusahaan aplikasi transportasi dan perusahaan angkutan taksi serta antara adanya hubungan kemitraan antara perusahaan aplikasi dan pengemudi penyedia jasa angkutan. Tentu saja, hubungan kerjasama dan kemitraan perlu diatur yang setidaknya meliputi model kemitraan yang adil, pembagian hasil atau pengupahan, serta hak dan kewajiban masing-masing perusahaan angkutan umum aplikasi, perusahaan aplikasi, perusahaan angkutan umum, dan perorangan penyedia jasa angkutan umum. Kedua, tanggung jawab perusahaan angkutan umum aplikasi. Hal ini khususnya terhadap perorangan pengemudi penyedia jasa dan konsumen. Tanggung jawab tersebut adalah berupa penyimpanan dan merahasiakan data pribadi, perlindungan mitra dan konsumen dari kecelakaan, dan khusus untuk kendaraan pengemudi adalah perlindungan kendaraannya itu sendiri, pembentukan unit aduan layanan keluhan serta pemberian ganti rugi akibat kesalahan perusahaan perusahaan angkutan umum aplikasi. Ketiga, perlindungan pengemudi dan kendaraannya serta konsumen. Hal ini terkait dengan kendaraan plat hitam yang dimiliki dan digunakan oleh penyedia jasa dalam mengangkut konsumen. Bagi pengemudi dan kendaraan serta konsumen, perlindungan yang mesti diatur dan diberikan adalah perlindungan terkait dengan kerahasiaan data pribadi mitra dan konsumen; transaksi dan pengupahan; moral hazard perusahaan misalnya penawaran yang mengganggu, penagihan yang tidak wajar, atau gangguan privacy; perlindungan dari kecelakaan dan atau kerusuhan. * Penulis adalah Peneliti pada Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) dan Pengajar pada Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera. 5