BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pelaksana Teknis (UPT) I Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab warga negara dan masyarakatnya. Kaitannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Desentralisasi merupakan suatu istilah yang mulai populer di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BUPAT1BANYUMAS PROVWS1JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3i TAHUN2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB II MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN. A. Retribusi Parkir dan Pengaturannya di Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan tersedianya dana yang memadai, baik dana yang bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN WILAYAH KECAMATAN TULAKAN KANTOR DESA NGUMBUL Jl.Raya Desa Ngumbul Kec.Tulakan Kode Pos 63571

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan penduduk yang padat. Untuk mengatur dan menjalankan sebuah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN 1999-2004 (Tap MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan pada dasarnya diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak serta kewajiban dan tanggung jawab bersama seluruh rakyat. Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara bertahap akan lebih banyak dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Setiap daerah yang disebut daerah otonom diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengurus rumah tangganya sendiri. 1

2 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 21 menjelaskan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak sebagai berikut: 1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; 2. Memilih pimpinan daerah; 3. Mengelola aparatur daerah; 4. Mengelola kekayaan daerah; 5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah; 6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah; 7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan 8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Berdasarkan pasal tersebut berarti kabupaten atau kota memiliki kewenangan yang luas untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Selain itu, daerah kabupaten atau kota juga memiliki kewenangan pula untuk membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik dengan baik, meningkatkan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka daerah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masingmasing dalam membiayai rumah tangganya sendiri serta untuk pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu peningkatan sumber pendapatan daerah dipandang sebagai salah satu cara yang efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

3 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sumber-sumber pendapatan daerah yaitu: 1. Pendapatan Asli Daerah; 2. Pinjaman Daerah; dan 3. Lain-lain Pendapatan. Sedangkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti yang tertuang pada poin 1 terdiri dari: 1. Pajak Daerah; 2. Retribusi Daerah; 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Berdasarkan pasal tersebut berarti Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki peranan yang potensial sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan oleh masingmasing daerah dan selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, salah satu pungutan retribusi daerah adalah retribusi pasar. Retribusi pasar ini termasuk dalam retribusi jasa umum yang memberikan kontribusi yang cukup potensial terhadap peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. Retribusi pasar memberikan banyak manfaat baik untuk

4 pengguna pasar maupun untuk pemerintah daerah itu sendiri. Manfaat retribusi bagi para pengguna pasar antara lain untuk memenuhi serta meningkatkan pelayanan dalam hal penyediaan, penggunaan dan perawatan fasilitas pasar yang berupa halaman atau pelataran, kios dari pemerintah. Sedangkan manfaat retribusi pasar untuk pemerintah daerah adalah sebagai salah satu sumber pemasukan retribusi daerah yang cukup potensial untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta Tahun 2011 No Asal Pendapatan Jumlah Pendapatan Prosentase 1 Pajak Daerah 99.900.500.000,00 49,39 % 2 Retribusi Daerah 32.611.090.101,00 16,12 % 3 Pengelolaan Kekayaan Daerah 11.031.304.700,00 5,45 % 4 Lain-lain yang Sah 58.717.924.855,00 29,03 % Total PAD 202.260.819.656,00 100 % Sumber: http://djkd.depdagri.go.id diakses pada 1 Maret 2012 Berdasarkan data yang diakses dari situs resmi Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta pada tahun 2011 adalah Rp. 202.260.819.656. Retribusi daerah sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) menyumbang sebesar Rp. 32.611.090.101 atau sekitar 16,1 % dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara itu pada tahun 2011 dari retribusi 33 pasar yang ada di Kota Yogyakarta memberikan sumbangan pemasukan Rp. 14.157.620.659 atau sekitar 43,4 % total pendapatan daerah dari sektor retribusi.

5 Melihat potensi pasar yang cukup besar, pengelolaannya memang harus dioptimalkan. Pengelolaan pasar harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah supaya memperoleh pemanfaatan hasil yang optimal untuk kesejahteraan bersama. Adapun hal yang lebih nyata adalah mampu meningkatkan pelayanan serta fasilitas pendukung pasar. Pengelolaan pasar di Kota Yogyakarta diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2009 tentang Pasar. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar pada Pasal 4 menyebutkan bahwa pengelolaan pasar meliputi : 1. pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan pasar dan fasilitas pasar; 2. pengelolaan kebersihan pasar; 3. penataan, penertiban dan pengamanan pasar; 4. penataan, pembinaan dan pemberdayaan pedagang pasar; 5. pengendalian dan pengembangan perekonomian dan perdagangan di pasar; 6. penetapan dan pemungutan retribusi dan pungutan lainnya; 7. penyetoran hasil pemungutan pada Kas Daerah; 8. pengelolaan kawasan pasar. Adapun tujuan dari pengelolaan pasar tersebut seperti yang tertuang pada Pasal 5 yaitu : 1. Untuk mencapai pengelolaan pasar yang lebih berdaya guna, dapat dilaksanakan pendirian, pembangunan kembali, penghapusan, pemindahan dan penggabungan pasar. 2. Untuk mencapai pengelolaan pasar yang aman, nyaman dan tertib perlu tata tertib pasar yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Walikota. 3. Pendirian, pembangunan kembali, penghapusan, pemindahan dan penggabungan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Walikota berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

6 Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah tersebut memberikan arahan yang jelas mengenai fungsi dan tujuan umum pengelolaan pasar. Pengelolaan pasar yang baik seharusnya mampu menjadikan pasar lebih berdaya guna, aman, nyaman, tertib. Di Pasar Demangan Yogyakarta yang merupakan pasar cukup strategis untuk transaksi jual beli karena berada di kawasan padat perkotaan masih dijumpai beberapa permasalahan mengenai kondisi fisik dan non fisik yang harus segera ditangani oleh pemerintah setempat. Beberapa permasalahan itu mengindikasikan belum tercapainya fungsi dan tujuan pengelolaan pasar seperti yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar. Adapun permasalahan yang ditemui di Pasar Demangan diantaranya masih kurangnya sarana pengelola kebersihan. Kebersihan di Pasar Demangan masih sangat memprihatinkan, masih banyak dijumpai sampah yang berserakan di beberapa sudut pasar sehingga pedagang sering mengeluhkan jika lingkungan Pasar Demangan kotor dan sering tercium bau busuk. Selain itu di beberapa titik pasar juga masih dijumpai atap dan talang yang bocor sehingga cukup mengganggu aktivitas pedagang di saat musim penghujan tiba karena air menggenangi pasar hingga setinggi mata kaki orang dewasa. Genangan air terjadi karena talang yang rusak pada banyak bagian, sehingga bila terjadi hujan lebat air hujan meluber. (sumber: http://jogja.tribunnews.com, diakses 15 Maret 2012). Masalah lainnya yaitu tingkat pengamanan yang masih kurang sehingga pedagang kurang merasa aman karena sering terjadi kasus kehilangan barang dagangan (sumber: http://jogjatv.tv, diakses 18 Maret 2012). Masalah lain

7 yang tidak tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar namun perlu ditangani dengan segera yaitu mengenai penyediaan fasilitas lahan parkir. Meskipun Pasar Demangan merupakan pasar kelas 3 yang tidak memiliki fasilitas penunjang seperti lahan parkir, namun di Pasar Demangan lahan parkir menjadi permasalahan yang serius. Ketidaktersediaan lahan parkir yang memadai membuat kendaraan pedagang dan pembeli tumpah ruah di tepi jalan raya sehingga mengganggu ketertiban umum. Ruas jalan raya dijadikan tempat parkir mobil, sepeda motor dan becak sehingga menyebabkan ruas jalan menyempit dan menimbulkan kemacetan para pengguna jalan (sumber: http://antarayogya.com, diakses 18 Maret 2012). Merebaknya pasar modern di sekitar Pasar Demangan semakin menambah keprihatinan para pedagang karena lambat laun pembeli enggan memasuki pasar karena kondisi pasar yang kurang nyaman sementara di luar banyak pasar modern yang lebih memberikan layanan, keamanan dan kenyamanan ekstra (sumber: http://jogja.tribunnews.com, diakses 18 Maret 2012). Keadaan Pasar Demangan dengan berbagai permasalahan seperti yang telah disebutkan di atas memang cukup memprihatinkan mengingat Pasar Demangan merupakan salah satu pasar pokok yang ada di perkotaan yang sebagian masyarakatnya masih mengandalkan pasar tradisional sebagai tempat untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari. Sebagai salah satu pasar pokok, Pasar Demangan telah memberikan penghidupan kepada ratusan pedagang yang menggantungkan penghasilan dari aktivitas jual beli yang dilakukan di pasar tersebut (sumber: http://ekonomi.kompasiana.com diakses

8 20 Maret 2012). Pengelolaan pasar yang baik untuk meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan publik di Pasar Demangan mutlak dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan para pengguna pasar baik pedagang maupun pembeli. Selain itu juga sebagai bentuk tanggung jawab pemeritah daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna pasar yang telah memberikan sumbangan pemasukan kas daerah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan Pasar Demangan Yogyakarta sebagai upaya untuk meningkatkan fasilitas pelayanan publik? 2. Faktor-faktor apakah yang menghambat dalam pengelolaan Pasar Demangan Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Pasar Demangan Yogyakarta dilihat dari aspek administrasi, petugas, evaluasi dan pengawasan, serta pemanfaatan hasil dari pengelolaan retribusinya. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan Pasar Demangan Yogyakarta.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bermanfaat untuk menambah kepustakaan dan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian dan analisis yang sejenis. b. Sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menganalisis tentang pengelolaan pasar untuk meningkatkan fasilitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaan pasar dan fasilitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat terutama pedagang dari hasil pengelolaan pasar tersebut. b. Bagi Pemerintah Memberi masukan kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Yogyakarta tentang pentingnya pengelolaan pasar yang baik dan berkesinambungan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan publik bagi pengguna pasar khususnya pedagang. E. Batasan Pengertian 1. Pegertian Pengelolaan Pengelolaan adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

10 Organisasi yang dimaksud disini sangatlah luas, baik organisasi swasta, pemerintahan atupun sekolah. 2. Pengertian Pasar Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap (1997:472) pasar adalah tempat orang berjual beli, tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa. Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk berjual beli barang (Suyanto Nurhadi, 2004:2). Jadi yang dimaksud pengelolaan Pasar Demangan Yogyakarta adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Organisasi yang dimaksud disini adalah organisasi yang menangani pasar khususnya Pasar Demangan.